Jogja bukan hanya tentang Kraton, Malioboro, Parangtritis, Alun-alun Kidul, dan Candi Prambanan. Di kesempatan pertama datang ke Jogja, pasti destinasi-destinasi itu adalah tempat yang menggebu-gebu wajib kamu kunjungi. Selanjutnya kamu rindu ingin datang lagi ke Jogja, lalu bertamasya bareng kawan atau pacar ke pantai-pantai cantik di Gunungkidul, rumah pohon Kalibiru, gunung purba Nglanggeran, gumuk pasir Parangkusumo, dan wisata Merapi.
Rencana kedatanganmu selanjutnya ke Jogja, tak ada salahnya untuk mencoba traveling unik yang tak biasanya jadi alasan orang berwisata ke Jogja. Cobalah hal-hal baru yang ada di Jogja. Di tempat-tempat berikut ini kamu akan menikmati wisata sambil memperoleh sudut pandang baru dalam menjalani kehidupanmu. Siapa tahu hal-hal ini akan sangat berguna bagi masa depanmu.
ADVERTISEMENTS
1. Menjelajahi serunya gang-gang KAUMAN untuk berjumpa kisah sejarah Muhammadiyah dan keramahan asli masyarakat kampung kota Jogja
Kamu biasanya dari Malioboro, Nol Kilometer langsung lurus ke Kraton. Sayang sekali kamu melewatkan Kampung Kauman, padahal tinggal belok ke barat sedikit di Nol Kilometer. Kampung Kauman sangat menarik untuk kamu kunjungi karena menampilkan sisi humanis kampung yang benar-benar Jogja. Rumah-rumah Jawa yang dipadu arsitektur Eropa bisa kamu lihat di kanan kiri sepanjang gang bersama dengan masyarakat yang ramah menyapamu.
Tak boleh kamu lewatkan di Kampung Kauman adalah menjajaki sejarah berdiri dan berkembangnya salah satu organisasi terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah mulai di Kampung Kauman. Tengoklah langgar legendarisnya, yang kini dikenal Langgar Ahmad Dahlan. Di Kauman juga terdapat sekolah pertama Muhammadiyah yang berdiri sejak tahun 1916 yang sampai kini masih digunakan. Perjalanan kamu di Kauman bisa diakhiri di Masjid Agung Yogyakarta yang usianya sudah hampir tiga abad. Selanjutnya, kamu bisa meneruskan perjalananmu menuju Kraton.
ADVERTISEMENTS
2. Menjadi pasien kopi di KLINIK KOPI sambil menyimak cerita kopi inspiratif dari Pepeng tentang enaknya Kopi Nusantara. Coba juga kopi yang ‘light’, yang orang tak suka kopi pun akan bisa meminumnya
Apa yang kamu bayangkan tentang kopi? Pahit? Pekat? Minuman yang bikin deg-degan? Minuman yang harus diminum jika lembur? Nah, kalau kamu ingin tahu kopi yang sangat beda dengan imajinasimu selama ini, Klinik Kopi akan membimbingmu. Adalah dan selalu Pepeng – sang pemilik – yang siap siaga menyambutmu saat kamu ingin merasakan secangkir kopi yang disesaki dengan narasi pengetahuan kopi.
Di Klinik Kopi, kamu tak akan dibuatkan kopi lalu dibiarkan pergi. Pepeng akan memantik percakapan dengan mendiagnosis latar belakangmu tentang kopi, kebiasaan ngopi, lalu memberi saran sebaiknya kamu ngopi seperti apa di Klinik Kopi. Kopi di Klinik Kopi adalah tanpa gula, tapi cobalah rasakan kopinya dijamin tak terasa pahit dan bikin deg-degan seperti kamu bayangkan. Pepeng juga sangat antusias bercerita tentang asal kopinya dari petani-petani di seluruh Indonesia. Lokasi Klinik Kopi begitu mungil di tengah perkampungan, di Jalan Kaliurang km 8 utara gardu PLN. Arsitektur bangunannya yang serba bambu juga sangat menarik dan instagramable.
“Kopi tanpa narasi, hanyalah air berwarna hitam…” sabda Pepeng Klinik Kopi
Mari minum kopi bersamaku, Dek.
ADVERTISEMENTS
3. Menjumpai puluhan kincir angin dan panel surya di Pantai Baru PANDANSIMO bisa membuatmu yakin bahwa energi terbarukan itu sangat mungkin untuk Indonesia
Percaya kan, Jogja dikenal sebagai daerah yang punya banyak inovasi. Kamu bisa buktikan dengan berkunjung ke Pantai Baru Pandansimo di Kabupaten Bantul. Kamu akan disambut oleh puluhan kincir angin yang berjajar gagah menjulang di tepian pantai. Bukan sekedar ‘hiasan’ yang instagram-able lho tapi kincir-kincir angin ini adalah sumber energi listrik. Di beberapa negara maju, kincir angin telah menjadi sumber listrik utama, tidak lagi pakai minyak bumi yang makin hari makin menipis persediaannya.
Ada juga beberapa panel surya yang terpasang di kawasan kincir angin. Kamu bisa belajar kalau panel surya itu sangat ramah lingkungan dan bisa diaplikasikan mulai dari rumahmu. Melengkapi kunjunganmu di sini, kamu harus membelai ombak di atas pasir hitam Pantai Baru sambil dengarkan gemuruh ombak Laut Selatan. Jika lelah, duduklah di antara rimbunan hutan cemara udang yang mengerumuni sejuk tempat ini. Jika lapar, mampirlah ke warung-warung yang menjajakan sea food yang segar. Warung-warung ini dilistriki dari kincir angin dan panel surya lhoo.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Bertamasya ke BUMI LANGIT di perbukitan asri Imogiri bisa meyakinkan kamu lebih nyata tentang betapa pentingnya harmoni manusia dengan alam
Perkara makan biasanya tidak kamu perhatikan selain tinggal makan saja, lalu rasanya enak nan mengenyangkan atau jika ingin kekinian biasanya terlebih dulu difoto, cekrek… Kunjunganmu ke Bumi Langit akan memberi perspektif baru tentang proses suatu makanan. Di Bumi Langit, kamu akan mendapati makanan yang disajikan secara super organik. Makanan di sini berasal langsung dari kawasan Bumi Langit itu sendiri yang sistem pertaniannya dikembangkan secara permaculture. Apa itu permaculture? Mending datang dan buktikan sendiri ke Bumi Langit ya.
Di ketinggian 350 meter pada perbukitan keras di Desa Giriloyo, Imogiri, Bantul, Bumi Langit terletak bersamaan dengan hamparan panorama luas dataran Bantul dan sekitarnya. Kamu bisa menjelajahi setapak-setapak yang melingkupi area bertopografi miring ini sambil berjumpa dengan kandang kambing, area sapi, kandang kelinci, bebek, kebun bunga, kolam ikan, dan bangunan-bangunan cantik berarsitektur Nusantara. Ada juga joglo yang disebut Warung Bumi sebagai tempat menikmati hasil produksi Bumi Langit yang disuguhkan secara nikmat dan murni organik. Percayalah, setelah mengelilingi Bumi Langit, kamu jadi tahu tentang pentingnya hidup harmonis antara manusia dan alam. Kamu sebagai manusia harus bertanggung jawab menjaga keseimbangan itu, ya kan?
ADVERTISEMENTS
5. Menjajal wisata ziarah ke pendiri Kerajaan Mataram Islam di KOTAGEDE dengan berpakaian asli Jawa dan menjelajah lorong-lorong kampungnya yang asyik
Di Kotagede-lah, cerita Yogyakarta bermula. Kotagede menjadi ibukota pertama Kerajaan Mataram Islam, cikal bakal Kesultanan Yogyakarta pada abad ke-16. Tak lengkap kalau kamu sudah sering ke Jogja, tapi tidak mengunjungi Kota Gede beserta seisinya. Yakin deh, Kotagede itu sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Kamu bisa berjalan kaki menyusuri lorong-lorong kampung dan berjumpa dengan keramahan masyarakatnya yang luar biasa. Rumah joglo khas Jawa yang permai berusia ratusan tahun adalah agenda wajib untuk didatangi.
Jika minat menapaktilasi Mataram Islam di Kotagede, kamu perlu berkunjung ke jejak keagungan ibukota di Masjid Kotagede (tertua di Jogja), Pasar Kotagede, Watu Gilang, Watu Cantheng dan reruntuhan Benteng Cepuri. Sekalian penting sekali kamu untuk berkunjung ke kompleks makam para pendiri Mataram Islam: Panembahan Senapati. Cobalah masuk ke bagian dalam makam dan kamu akan dipakaikan baju tradisional Jawa. Di sini, kamu akan diminta untuk dilarang memotret dan memakai perhiasan emas. Setelah selesai menjelajahi Kotagede, kamu akan mendapatkan pengalaman berkesan tentang penjelajahan di suatu kota kuno yang bertahan di modernitas zaman.
6. Siapa bilang Jogja tak punya durian terbaik? Datanglah ke BANJAROYA, santaplah durian terbaik berdaging warna kuning dan merah muda sampai kamu ‘mendem duren’
Bulan-bulan ini jika datang ke Jogja, kamu akan gampang menemui penjual-penjual durian di seantero Jogja. Baunya yang menguar bikin kamu yang gemar durian tak kuasa untuk melirik, meliur atau malah ingin mampir. Tapi tahukah kamu? Kalau ingin mendapatkan durian yang terbaik, kamu harus mendapatkan durian di daerah asalnya. Dijamin masih segar dan matang pohon. Nah, datanglah ke Desa Banjaroya di Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo, kamu akan menjumpai ‘surganya’ durian Jogja.
Desa di lereng Pegunungan Menoreh ini terkenal dengan varietas durian menoreh kuning dan menoreh jambon yang telah diakui secara nasional. Kamu akan mendapati durian yang dagingnya tebal, manis legit semu pahit dan warnanya kontras kuning atau merah muda. Satu buah durian dijamin tak akan cukup. Bagi penggemar durian, ini adalah nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? Kamu juga bisa lanjut dari Banjaroya untuk menjelajahi panorama menawan di Puncak Suroloyo, puncak tertinggi Pegunungan Menoreh yang bisa diakses dengan mobil.
Serunya sih kalau belah duren bareng teman-teman sepermainan. Sama kamu juga ya.
Nah, kalau ada kawanmu yang sok-sokan bilang Jogja itu sudah dijelajahi semua sampai tuntas, tamat, kamu harus bilang padanya, apakah keenam tempat ini sudah didatangi?
Agendakan ke sana ya pas ke Jogja lagi. Benar kiranya bahwa Jogja memang istimewa. Nah, kapan ke Jogja lagi, Mz?