Provinsi Sumatera Barat nggak hanya memiliki keunikan berupa batu Malin Kundang, Jam Gadang, atau Great Wall ala Koto Gadang. Melipir ke Kota Pariaman, tepatnya ke Desa Apar, kamu bisa menemukan keunikan lain berupa sekolah yang diperuntukkan khusus bagi Macaca nemestrina alias beruk.
Yup, kamu nggak salah baca. Beruk-beruk di Pariaman memiliki kesempatan menimba ilmu di sebuah tempat bernama Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB). Kesempatan ini sepertinya nggak dimiliki kawanan beruk yang juga berhabitat di Thailand, Malaysia atau wilayah Indonesia lainnya. Meski terdengar unik, sebenarnya untuk apa STIB ini?
ADVERTISEMENTS
Dari hama menjadi pemetik kelapa terlatih
Kawanan beruk di Pariaman pada mulanya adalah hama yang kerap mengambil buah kelapa milik warga. Oleh warga, beruk-beruk tersebut ditangkap untuk kemudian dijual. Dilansir dari Detik.com, pembeli biasanya akan memanfaatkan beruk untuk memetik kelapa. Namun, dalam proses melatih beruk-beruk liar tersebut, tak jarang sang beruk mengalami kekerasan fisik dari pemilik yang nggak sabar.
Kondisi tersebut kemudian menginspirasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Apar Mandiri untuk mengumpulkan beruk-beruk liar, dan melatihnya untuk menjadi pemetik kelapa yang ulung. Inisiatif dengan dukungan walikota setempat ini kemudian dikenal dengan STIB yang secara resmi dibuka tahun 2019 lalu.
Sebagaimana fungsi sekolah pada umumnya, STIB bertujuan untuk mendidik beruk-beruk agar memiliki keahlian dalam memetik kelapa, yang mana merupakan salah satu komoditas utama daerah Pariaman. Kecekatan primata satu ini dalam memanjat pohon kelapa dinilai sangat membantu masyarakat pengelola kebun yang tak jarang sudah berusia lanjut.
ADVERTISEMENTS
STIB memiliki kurikulum khusus untuk menjadikan seekor beruk terlatih
View this post on Instagram
Didikan yang diberikan kepada beruk-beruk di STIB cukup serius, dengan kurikulum khusus sebagai pedoman pelatihannya. Namun, nama ‘sekolah tinggi’ yang disematkan bukan merujuk pada keseriusan ilmu yang diajarkan, melainkan karena kawanan beruk mendapat pelatihan di ketinggian pohon.
Dilansir dari Liputan6, STIB memiliki enam kurikulum untuk melatih beruk hingga mahir memetik kelapa. Dimulai dari pengenalan diri yang mencakup pemberian makan, minum dan hal-hal mendasar lainnya selama tiga bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan kepada berbagai kelapa yang dipancangkan pada sebuah kayu selama dua bulan. Pelatihan ini diberi nama karambia pancang.
Setelah mengenal kelapa, beruk akan dilatih untuk memutar-mutar kelapa selama satu bulan. Kemudian dilanjutkan selama dua bulan untuk belajar menjatuhkan kelapa yang digantung. Pada kurikulum pemungkas yang akan berlangsung selama tiga bulan, beruk akan diajarkan untuk menjatuhkan kelapa tertentu. Setelah melewati itu semua, beruk dinilai siap terjun ke lapangan.
ADVERTISEMENTS
Wisatawan di STIB dapat menikmati kelapa yang dipetik beruk terlatih
View this post on Instagram
Selain menjadi sekolah bagi beruk-beruk liar, STIB juga menjadi destinasi wisata yang menarik. Di sini wisatawan dapat menyaksikan langsung atraksi “siswa-siswi” STIB dan menikmati hasil petikan mereka. Hanya saja, di masa pandemi ini kondisi STIB sedikit berbeda.
Diberitakan oleh Langgam pada tanggal 22 Maret 2021, beruk di STIB saat ini hanya berjumlah dua ekor dari yang sebelumnya 10 ekor. Kunjungan wisatawan pun menurun drastis. Bendahara Kantor Kepala Desa Yulia menyebutkan jumlah monyet di STIB berkurang karena ada yang tiba-tiba mati dan kabur.
Sementara untuk kunjungan wisatawan yang menurun drastis, selain karena faktor pandemi, disebutkan karena lokasi STIB yang relatif sulit ditemukan wisatawan. Untuk itu, Yulia berharap kondisi pandemi bisa segera membaik, dan STIB dapat dipindahkan ke area dekat pantai agar lebih mudah diakses wisatawan.
Tertarik untuk mengunjungi sekolah tinggi khusus beruk pertama di dunia ini kalau kondisi sudah memungkinkan lagi? Selain dapat menyambangi STIB, wisatawan di Desa Apar juga bisa berkunjung ke Pusat Konservasi Penyu dan hutan mangrove yang dapat dijelajahi menggunakan perahu kayu.
Sebagai informasi, Desa Apar merupakan salah satu dari 50 desa wisata terpilih dalam lomba Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Selain memiliki sejumlah destinasi wisata potensial, di desa ini wisatawan juga dapat menemukan ragam kerajinan batang pisang dan sulaman benang emas.