Gempa bumi dengan getaran cukup besar melanda Lombok dengan titik pusat di utara Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Gempa berskala 6,4 SR mengguncang Minggu pagi dan membuat warga berlarian ke luar rumah. Salah satu tim Hipwee sedang berada di Kota Selong, Kabupaten Lombok saat gempa terjadi. Berikut reportasenya ketika mendatangi beberapa sudut Lombok Timur pasca terjadi musibah tersebut. Mari kita simak!
Pagi yang indah di Kota Selong. Saya yang baru saja bangun masih belum beranjak dari kasur hotel. Namanya berlibur ya wajar ‘kan bangun siang? Namun ketika melihat jam menunjukkan pukul 06.47 WITA, tiba-tiba bumi berguncang dengan keras. Ruangan kamar bergerak ke kanan dan kiri dengan kekuatan yang cukup besar. Beberapa tamu hotel pun berlarian ke halaman hotel. Tak terkecuali dengan saya yang harus berlarian ke luar kamar.
Hotel itu satu-satunya hotel yang berada di Kota Selong. Kamar hampir penuh dipesan, namun tidak banyak orang yang keluar kamar. Cuma ada segelintir tamu yang berada di lobby. Di jalanan pun jarang terlihat orang-orang berhamburan. Padahal Twitter @InfoBMKG segera merilis bahwa gempa pagi itu berkekuatan cukup besar yakni 6,4 SR dengan kedalaman 10 km dan berjarak 28 km dari barat laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Apa mereka tidak takut ya?
ADVERTISEMENTS
Pusat gempa berada di utara Pulau Lombok, bukan di pantai timur Lombok. Jadi dampak gempa merusak hanya di beberapa kecamatan di utara saja, termasuk Bayan, Sembalun dan Sambelia
Bagi saya yang sudah pernah mengalami jadi korban gempa Jogja 2006 tepat di episentrumnya, gempa Lombok pagi itu tidak terlalu luas dampaknya, namun terlokalisir di sebagian Lombok Utara dan sebagian kecamatan di Lombok Timur yakni kecamatan yang berada di utara seperti Sambelia dan Sembalun. Memang terdapat korban jiwa dan korban luka serta ratusan bangunan rusak, namun sangat terlokasi di beberapa titik saja. Kota Selong (sekitar 40 km dari pusat gempa) sebagai ibukota Lombok Timur pun tidak terlihat kerusakan sama sekali. Saya akan coba berkeliling kota dan beberapa lokasi di pesisir untuk melihat apakah terdapat kerusakan dan seberapa panikkah masyarakat dengan gempa Minggu pagi.
ADVERTISEMENTS
Alih-alih takut dan panik, justru Lombok Timur macet karena ada acara ulang tahun sebuah organasi Islam bernama Nahdlatul Wathan. Umat Muslim dari berbagai daerah justru berbondong-bondong ke sana
Organisasi terbesar di Lombok, Nahdlatul Wathan merayakan ulang tahun di hari ketika gempa terjadi. Bukannya acara bubar, justru makin ramai ketika itu. Demi mendengar pengajian yang diadakan, orang tak peduli dengan gempa. Kota asal Gubernur Lombok, Tuan Guru Bajang ini memang sangatlah islami. Ribuan orang memadati Kota Selong seperti tidak pernah terjadi gempa maupun susulannya yang sampai ratusan kali. Geleng-geleng kepala, saya kagum terhadap warga Lombok ini. Jauh beda kelihatannya dengan yang muncul di berita-berita TV.
ADVERTISEMENTS
Tak percaya dengan kondisi di kota, saya menuju ke pesisir timur Labuhan Haji. Pantai ini biasanya dipadati wisatawan ketika pagi hari untuk menyaksikan sunrise
Pantai Labuhan Haji setiap minggu pagi selalu jadi jujugan warga Selong untuk menikmati matahari terbit. Bagi saya, kalau ada gempa laut harus dijauhi. Itu naluri alami yang muncul saat gempa terjadi. Namun ternyata, jam 10 siang pun masih ada yang bermain di pantai bahkan memancing di dermaga pelabuhan Labuhan Haji. Lebih ekstrem lagi, beberapa orang justru tidur-tiduran di dekat pantai. Saya khawatir, mereka memang nggak tahu kalau pantai berbahaya ketika terjadi gempa.
Ini orang-orang masih piknik dan mancing di pantai. Nggak takut ada gempa susulan, atau tsunami apa ya?
ADVERTISEMENTS
Saya pun mengajak berbincang dengan beberapa warga sekitar pantai. Mereka masih beraktivitas seperti biasa dan seakan tidak pernah terjadi apa-apa
Warga mengakui kalau gempa pada Minggu pagi adalah salah satu yang terbesar yang pernah melanda Lombok. Tapi tak ada ekspresi ketakutan di wajah mereka. Bahkan ketika ada isu HOAX bakal terjadi gempa yang lebih besar, mereka cuma menganggap angin lalu.Respon mereka begitu tenang dan menyerahkan semuanya kepada Allah. Warga masih piknik ke pantai, memancing dan berbelanja di pasar yang cukup ramai kala itu. Sangat kontras dengan apa yang diberitakan di TV yang semuanya memberitakan gempa dengan tagar #PrayforLombok.
Konstruksi media ketika terjadi bencana memang kurang akurat. Tayangan beberapa gedung yang rusak ditayangkan semua stasiun TV dan berulang-ulang membuat orang di luar Lombok beranggapan telah terjadi kerusakan parah di seluruh Lombok. Padahal secara lokasi hanya ada beberapa kecamatan saja yang terdampak. Hal itu saya rasakan sendiri ketika berada di kota terdekat dengan lokasi terdampak yang masih baik-baik saja. Sebagian besar warga Lombok Timur masih melakukan aktivitas seperti biasa, normal.
Bukan berarti menafikan ada korban jiwa dan kerusakan parah, bukan sama sekali. Tapi artikel ini ingin meluruskan bahwa kerusakan parah hanya terjadi di beberapa titik saja, tidak di seluruh Lombok. Penerbangan masih berfungsi lancar, telekomunikasi aman, bantuan pun cepat datang. Hal ini karena gempa Lombok ini efeknya tidak terlalu besar dan merusak padahal gempa ini sendiri berkekuatan 6,4 SR. Jauh lebih besar dari gempa Jogja. Dengan kekuatan seperti itu, normalnya kerusakan bisa terjadi di beberapa kabupaten sekaligus. Untunglah, dampaknya tidak terlalu parah seperti Jogja 2006.
Meskipun begitu, mari kita ikut berduka kepada semua korban. Untuk korban yang meninggal dunia, semoga mendapat tempat terbaik di sisiNya. Sementara bagi yang terluka dan kehilangan rumah, mari kita salurkan bantuan dan doakan mereka agar cepat kembali pulih.