Sate atau satai merupakan kudapan yang seringkali masyarakat temukan ketika berada di satu kota. Sajian daging yang diiris dengan cara ditusuk ini menjadi makanan legendaris. Kepopulerannya mungkin bisa disejajarkan dengan bakso atau mi ayam yang mudah untuk kita dapatkan.
Sate mempunyai cita rasa yang khas dengan bahan dasar aneka daging dari ayam, kambing, sapi, hingga kelinci. Dilansir dari thespruceeats.com, sebenarnya kudapan yang satu ini lumrah ditemukan di negara Asia Tenggara lain, seperti Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Vietnam.
Meski demikian, memang nama sate menjadi begitu melekat ke Indonesia. Bahkan, pada 2017 silam, CNN Travel memasukkan sate dari Indonesia lengkap dengan bumbu kacangnya ke dalam 50 makanan terlezat di dunia versi pembaca, bertengger di posisi ke-14.
Makanan daging yang ditusuk juga seringkali ditemukan di negara lain, tetapi sate di Indonesia sendiri punya ciri khas dan variasi yang berbeda. Nah, untuk menjawab serba-serbi sate Indonesia, berikut ini Hipwee Premium hadirkan ragamnya sate khas nusantara yang wajib dicoba saat berburu kuliner serta cerita di baliknya. Supaya tambah yakin, yuk simak kata mereka soal sate masing-masing daerah yang mengunggah selera!
ADVERTISEMENTS
Ada banyak versi soal asal-usul sate. Salah satunya, pada abad ke-19 sate mulai muncul dari pedagang jalanan yang berada di sekitar Jawa
Berdasarkan buku karya Vivienne Kruger, Balinese Food: The Traditional Cuisine & Food Culture of Bali (2014), sate dikatakan berasal dari istilah Tamil, yakni sathai. Kata tersebut untuk menyebut potongan daging yang diasinkan lalu dipanggang dengan tusuk kayu dan dicelupkan ke dalam saus khusus sebelum dimakan. Disebutkan bahwa cara mengolah daging kebab khas Turki dan Arab menjadi inspirasi bagi kaum saudagar muslim Tamil dan Gujarat yang berasal dari Asia Selatan (India), mereka membawa resep itu ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Sebelumnya, orang Jawa memasak daging dengan cara direbus, tetapi setelah berinteraksi dengan pedagang Tamil, Gujarat, Arab, hingga Turki barulah mereka lebih suka membakar atau memanggang daging sebelum disantap. Hal ini juga sejalan dengan kepopuleran sate yang santer terdengar pada abad ke-19, dibawa oleh pedagang jalanan di sekitar Jawa.
Selain itu, ada pula teori lokal bahwa sate memang sejatinya dari Nusantara. Diceritakan pada abad ke-15, murid Sunan Gresik bernama Maulana Malik Ibrahim atau Satah sering mengolah daging kambing dengan cara memotong kecil-kecil sebelum ditusukkan pada batang bambu untuk kemudian dibakar. Lama kelamaan, olahan tersebut disukai banyak orang hingga disebut “daging satah” yang perlahan dilafalkan menjadi sate.
Teori yang satu ini didukung oleh Jennifer Brennan dalam Encyclopedia of Chinese & Oriental Cookery (1988), tetapi belum bisa dibuktikan kebenarannya. Sejarah sate juga dikaitkan dengan Tiongkok di mana kata sate berasal dari Minnan, yaitu sae tae bak atau tiga potong daging.
ADVERTISEMENTS
Meski banyak teori yang beredar, sate Indonesia tetap memiliki ciri khasnya sendiri
Seiring berkembangnya zaman, kudapan sate di Indonesia pun semakin beragam. Menariknya, variasi sate ini bisa berbeda dari kota yang satu dengan lainnya. Misalnya ada yang dinamakan sate Padang, sate Madura, sate Blora, sate lilit, sate Makassar, sate kerbau, kelinci, dan masih banyak lagi.
Salah satu yang kerap dihadirkan dan disukai orang-orang manca negara adalah sate Madura yang dihidangkan bersama dengan bumbu kacang. Ciri khas lain dari sate Madura adalah menggunakan irisan daging ayam yang lebih kecil, biasanya disantap dengan nasi putih, lontong, atau ketupat. Kadang juga ditambahi acar irisan bawang, mentimun, dan cabai rawit.
Di wilayah Jawa sendiri, sate nusantara banyak jenisnya. Seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan sate klathak. Sate ini terbuat dari daging kambing dengan potongan besar yang ditusuk menggunakan besi jeruji sepeda. Nama makanan khas ini juga diambil dari proses pembakarannya yang mengeluarkan bunyi ‘klathak’. Identik dengan daging yang juicy, sate klathak kerap menjadi buruan wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
“Rasa satenya itu daging asli karena bumbunya sederhana. Seingetku dibumbui garam aja tapi meresap. Jadi, kalau suka rasa daging yang nggak terlalu berbumbu, cocok. Ciri khasnya pakai tusukan jeruji gitu. Dihidangkan sama kuah gulai bersantan. Biasanya beli klathak karena ingin ngerasain dagingnya, bukan daging rasa bumbu,” pungkas sosok bernama Dini kepada Hipwee Premium.
ADVERTISEMENTS
Saking beragamnya sate di Indonesia, dalam lingkup Pulau Jawa saja sudah ada beberapa jenis kudapan yang berbeda
Masyarakat Indonesia mempunyai beragam cara untuk menikmati sate. Perbedaannya bisa dilihat dari bahan yang diolah sampai bumbu yang dijadikan pelengkap hidangan. Jika biasanya sate ditambahkan bumbu kacang halus berwujud pasta di atasnya, berbeda dengan sate daerah Batur, Banjarnegara. Pelengkap bumbu di atas sate justru kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar.
“Yang khas itu dari Kecamatan Batur, Banjarnegara. Sate yang sudah dikasih kecap ditaburi kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar di atasnya. Rasanya beda karena unik gitu dari bumbunya. Kalau biasanya kan udah nge-blend, ya, jadi bumbu, gurih gitu, tapi kalau sate Batur beda. Ada lagi sate legend di Banjanegara, namanya Sate Bu Karta, pakai ayam kampung dan bumbunya itu ada rasa rempah-rempah,” papar seorang perempuan bernama Ratna menjelaskan sate khas daerahnya.
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!