Mentari segera beranjak ke peraduan. Dari kejauhan tampak sebuah teluk dengan beberapa kapal yang sudah mulai merapat. Mereka sejenak mendekat untuk bermalam. Kapal-kapal ini tak bisa bersandar di tepi pantai, melainkan melepas jangkar di titik yang cukup jauh dari pantai pasir putih tersebut. Dari kapal, para penumpang turun menaiki sekoci yang akan membawa ke tepian. Tujuan mereka kali ini adalah Pulau Padar yang terhampar nyata di depan.
Kapten kapalku juga segera melepas jangkar ketika kapal sudah terasa dekat dengan pantai. Aku dan beberapa penumpang lainnya segera menaiki kapal kecil untuk menuju ke Pulau Padar. Jaraknya sekitar 100 meter dari bibir pantai. Mau renang pun boleh-boleh saja.
ADVERTISEMENTS
Pulau Padar tampak biasa saja disaksikan dari pantai. Kamu harus trekking kurang lebih setengah jam untuk melihat keindahan panorama pulau ini
Ada tangga dari batu yang sudah disediakan untuk turis yang datang. Awalnya tampak mudah, tapi trekkingnya nggak semudah yang dibayangkan. Ngos-ngosan juga untuk mencapai ke atas. Apalagi konturnya berbukit-bukit dan jalur treknya naik terus sampai di titik tertinggi pulau itu. Di bagian atas, tangga sudah habis dan jalur mendaki menyisakan tanah dan batuan curam. Ya harus hati-hati sih biar nggak kepeleset.
Sayangnya, kapten kapal nggak bilang kalau curam, jadinya banyak yang make sandal jepit doang. Alhasil banyak yang kepleset di trek batu dan tanah. Ya untungnya sih trek sulitnya nggak terlalu panjang. Kan kocak kalau perosotan berjamaah. Hehehe.
ADVERTISEMENTS
Sebelum sampai di puncak, kamu bisa berfoto di beberapa spot foto Pulau Padar. Nggak melulu harus di puncaknya
Sebelum sampai puncak sih sudah ada banyak spot foto yang bisa kamu manfaatkan sepuasnya. Padang rumput yang kuning kecoklatan menambah suasana lebih epik dan instagramable. Kombinasikan dengan bukit dan pantai, jadilah spot foto yang keren banget. Kami pun tak ketinggalan berfoto di sana. Meskipun kadang harus mengantri sih kalau sore. Seperti waktu itu, ada banyak fotografer yang memasang tripod untuk menyambut ibadah senja. Menunggu senja dengan pemandangan seperti ini nggak akan terlupakan sih.
ADVERTISEMENTS
Di puncaknya, panorama pulau Padar tampak sangat memukau dan begitu menakjubkan. Hilang deh rasa lelah ketika mendaki setengah jam lebih
Pulau Padar ini unik banget, karena pulau ini seakan mempunyai 3 sayap memanjang ke arah laut di sisi kanan, kiri dan tengah sedikit mengarah ke kiri. Nuansa senja di Padar sudah tak bisa tergambarkan dengan kata-kata. Mentari yang turun ke peraduan memendarkan nuansa jingga nan syahdu. Gemerisik suara angin yang menyapu rerumputan membuat kamu serasa lupa dengan rutinitas kerja dan masalah dunia fana. Halah.
ADVERTISEMENTS
Satu hal yang pasti, kamu nggak akan berhenti foto-foto di pulau ini. Dari gugusan kepulauan Komodo, pulau Padar jadi pulau paling cantik yang hits banget di Instagram
Turis domestik biasanya membawa properti foto yang unik agar foto di sana makin terlihat instagenic. Ada bando, ponco, slayer, gaun dan berbagai properti foto lainnya. Nggak mau banget kehilangan momen indah di Padar. Belum tentu bisa datang kembali ke sana. Kami pun ikut berfoto dan membawa properti yang cukup nyentrik, yakni ponco dari Nepal. Motifnya yang ngejreng dan warna-warni biar tampak hits di media sosial. Ya namanya turis domestik, sah sah aja sih. Asal nggak ngerusak tempat wisata dan buang sampah sembarangan ya.
Jelang langit gelap, kami memutuskan turun kembali ke pantai. Meskipun hanya sebentar saja di Padar, namun keindahan dan pesona pulau ini nggak akan pernah bisa dilupakan. Kami pun menginap di kapal sebelum besok menjelajah pulau-pulau lainnya.
Benar kata orang-orang, Taman Nasional Komodo ini memang surga yang diturunkan di bumi. Sekali datang lalu enggan pergi…