Kalau kalian berkunjung ke Jogja, percayalah, rasanya kurang lengkap jika tidak melipir ke tempat-tempat makan “terpencil” di pinggiran kota ini yang menyimpan pengalaman kuliner mengesankan. Ya, salah satunya adalah Warung Kopi Klotok yang berada di daerah Pakem, Sleman. Apalagi tempat ini terkenal dengan menu pisang gorengnya yang menurut warganet sih paling enak seantero kota Jogja.
Saya pun mencoba membuktikannya sendiri dengan mengunjungi tempat yang banyak menjadi perbincangan warganet ini. Terletak di Kampung Kledokan, Jalan Kaliurang kilometer 16, lokasi warungnya sendiri memang agak terpencil dan harus melewati jalanan pedesaan dan juga areal persawahan. Namun, karena hasrat untuk membuktikan sensasi pisang goreng yang paling enak di Jogja ini, saya pun rela menuju ke sana dari pusat perkotaan.
Yang saya temukan pertama kali adalah… antrian yang mengular panjang. Warung Kopi Klothok memang tak cuma menyediakan pisang goreng, bahkan menu itu sebenarnya memang cuma tergolong menu cemilan. Mereka punya menu makan besar seperti sayur lodeh, telur goreng, tempe, dan beragam kuliner rumahan lain. Hanya saja, memang pisang gorengnya ini punya penggemar tersendiri. Nah, makanya saya penasaran setengah mati untuk mencobanya, hmmm
ADVERTISEMENTS
Pertama, rupanya pisang goreng di sini bentuknya jumbo-jumbo, nggak seperti kebanyakan pisang goreng lainnya
Setelah penantian yang lumayan panjang, dua porsi pisang goreng yang tersaji dalam satu mangkuk akhirnya mendarat. Awalnya saya curiga karena pisang goreng yang saya dapatkan bentuknya nggak seperti pisang goreng pada umumnya. Mereka memiliki bentuk yang jumbo-jumbo ditambah dengan aroma yang begitu harum dan menggoda.
Sempat saya berpikir bahwa pisang goreng ini memiliki bentuk yang besar hanya karena tepungnya yang dilebih-lebihkan. Namun ternyata dugaan saya salah. Begitu saya mencoba untuk mencuilnya, ternyata memang pisang gorengnya memiliki ukuran yang benar-benar besar!
ADVERTISEMENTS
Kedua, menu legendaris ini punya warna kuning yang benar-benar matang, manisnya pun pas banget di mulut
Selain bentuknya yang besar, pisang goreng di sini ternyata memiliki warna kuning matang yang sempurna. Tidak terlalu muda, tidak pula terlalu tua. Untuk rasanya sendiri bisa dibilang memiliki cita rasa yang pas, mulai dari segi manisnya hingga “kriuk” tepungnya. Karena pihak Kopi Klotok selalu menyajikannya saat masih panas, saya benar-benar bisa merasakan bagaimana sensasi manis yang dipadu dengan kehangatan.
Berdasarkan dari cerita sang juru masak yang sempat ngobrol dengan saya, resep yang dibuat untuk membuat pisang goreng ini memang dilakukan secara turun temurun pada keluarga pemiliknya. Diakui pula tak ada bahan tambahan lain seperti perasa maupun pewarna untuk memasak menu ini.
ADVERTISEMENTS
Ketiga, tak cuma bentuknya yang besar dan warnanya yang sempurna, dari segi tekstur pun bisa dibilang ideal banget!
Hal lain yang membuat pisang goreng di tempat ini menurut saya benar-benar beda dengan yang lainnya adalah bagaimana mereka dimasak dengan hasil akhir yang sangat sempurna dari bentuk dan teksturnya. Jika saya biasanya memakan pisang goreng dengan tekstur yang terlalu lembek atau bahkan terlalu alot, beda dengan di sini.
Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi menurut saya Kopi Klotok Pakem ini berhasil menyuguhkan pisang goreng dengan daya tarik dan juga cita rasa yang begitu magis.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Keempat, bisa jadi sensasi menunggu antrian yang panjang ini juga memengaruhi sugesti rasanya, apalagi kita dilarang beli banyak-banyak 🙁
Ada hal yang sedikit membingungkan saya ketika sampai ke tempat yang berkonsepkan ala dapur lawas tersebut. Ternyata antrian untuk berbagai menu andalannya dipisah menjadi beberapa bagian. Jadi mau pesan makan, pesan minum, bahkan pesan telur gorengnya saja sendiri-sendiri antriannya. Salah satunya termasuk antrian khusus untuk mendapatkan pisang goreng ini.
Dan antrian untuk mendapatkan si pisang ini merupakan antrian terpanjang dibanding menu lainnya. Beberapa dari pengunjung pun sengaja berdatangan dari luar kota hanya untuk merasakan gimana rasanya pisang goreng ala Kopi Klotok Pakem.
Perlu diketahui juga bahwa untuk satu orang pembeli hanya diperbolehkan membeli 1-2 porsi pisang goreng aja. Ada juga aturan bahwa pembeli tidak dapat membawa pulang pisang goreng yang dipesan. Hal itu dikarenakan jumlahnya yang terbatas dan seringkali pengunjung atau pembeli membludak di luar perkiraan. Gila ya, mau beli saja dibatasi 🙁
Tapi boleh jadi itu salah satu kuncinya. Karena serba terbatas, maka kita jadi nggak mudah bosan, dan selalu berhenti makan di puncak kenikmatannya .
Oh, tapi buat kamu yang ingin nakal membeli lebih, ada tips bisa kalian terapkan. Setelah duduk dan mendapatkan nomer meja, kalian harus memesan lebih dari 1 porsi untuk setiap orangnya. Bilang aja ke juru masaknya kalau kalian masih menunggu teman lain yang akan datang dan ingin memesan pisang gorengnya juga. Karena kalau nggak bilang seperti itu, setiap pembeli hanya dibatasi dengan jumlah tertentu. Kan percuma kalau kalian datang dari jauh-jauh tapi nggak puas, hehe #maafmasmaskopiklothok
ADVERTISEMENTS
Faktor tempat makannya juga nggak bisa dipandang sebelah mata sih, banyak yang terundang datang ke Warung Kopi Klothok karena suasana lokasinya
Pemandangan ndeso yang asri dengan semilir angin sejuk adalah atmosfer paling enak untuk bercemil-cemil ria. Untuk sejenak, kita ambil jarak dari tumpah ruah kepadatan kota yang menyesakkan. Seakan sebenarnya apapun yang dimakan bakal enak-enak aja.
Oiya, datang ke tempat ini saat pagi hari memang menyenangkan, selain kalian bisa merasakan bagaimana sejuknya udara Pakem, kalian juga bisa merasakan semilirnya angin pagi yang berhembus di persawahan sekitar warung ini. Namun, pagi hari di tempat ini merupakan hal yang menyebalkan karena antrinya bakal gila-gilaan, terlebih bagi saya yang orangnya nggak sabaran.
Saya pun akhirnya mengunjungi tempat ini untuk kedua kalinya pada malam hari. Ternyata benar-benar beda jauh, jika pagi hari saya bisa menghabiskan waktu selama 45 menit hanya untuk mengantri, di malam hari saya hanya perlu menunggu selama 5 menit sampai pesanan yang saya beli tiba.
Akhirnya saya membuktikan sendiri bagaimana sosok pisang goreng yang “katanya” paling enak di Jogja ini. Bagi saya yang tak memiliki lidah berpengamalam untuk mengomentari sebuah makanan, pisang goreng Kopi Klotok ini merupakan produk dapur yang begitu sempurna. Tapi kembali lagi, soal rasa semuanya tergantung masing-masing, kan? hehe.
Sembari menikmati hidangan yang diberikan, saya bisa leluasa mengamati hal-hal yang berlangsung di ruang dapur
Selain lansekap sawah dan pedesaan, kamu juga bisa mengambil tempat di dalam dapur. Lucu memang, tapi saya percaya bahwa salah satu keajaiban yang ada di dunia ini terjadi di dalam dapur. Begitu pula dengan tempat ini, jika biasanya tempat makan yang ada memisahkan antara dapur dengan ruang pengunjung, namun beda halnya dengan Kopi Klotok Pakem. Sang pemilik menjadikan dapur dan juga ruang pengunjung melebur dalam satu tempat.
Jadi seperti tak ada hal-hal yang ditutupi antara penjual dengan pembeli. Saya dapat leluasa memperhatikan dari mulai bagaimana mereka mengupas kulit pisang yang hendak dimasak hingga meniriskannya sebelum disajikan kepada pembeli. Semua terjadi di satu tempat, dapur utama.
Pemandangan yang terjadi di dalam dapur tersebut juga mengingatkan saya kepada dapur yang ada di rumah nenek saya. Bentuknya ditata sedemikian rupa dengan begitu natural seperti layaknya tatanan dapur jaman dahulu. Lengkap dengan tungku yang berada di pojokan dan kayu-kayu yang ditumpuk untuk perapian. Sungguh nostalgia yang paripurna.
Jadi gimana? Setuju nggak kalau pisang goreng Kopi Klothok adalah yang terbaik dari yang terbaik?