Sudah beberapa bulan terakhir Garuda Indonesia jadi sorotan di setiap pemberitaan media. Bukan berita yang baik sayangnya, namun berita negatif yang dimulai dengan terkuaknya skandal Direktur Ari Askhara yang menyelundupkan Harley dan sepeda Brompton yang merugikan negara.
Sejak saat itu, berbagai hal negatif lalu bermunculan di media sosial tentang Garuda, entah gundik-gundik direksi sampai pola kerja awak kabin yang overwork dan tidak masuk akal. Di awal tahun ini, pemberitaan tentang Garuda Indonesia sempat mereda. Namun sayangnya, muncul lagi utas yang viral di Twitter tentang buruknya manajemen Garuda dalam menghandle permasalahan dengan penumpang.
ADVERTISEMENTS
Akun Twitter @jesswjk bercerita tentang pengalaman buruknya saat naik maskapai Garuda Indonesia kelas bisnis JKT-DPS. Ia mengalami masalah saat penerbangan menuju Bali
Berdasarkan kronologis kejadian di utas tersebut, Jessica dan suami plus 3 anaknya (4 tahun, 3 tahun dan 5 bulan) bersama 2 nanny naik kelas bisnis Garuda Indonesia rute CGK-DPS. Namun pesawat mengalami delay selama 25 menit dan anaknya mengalami sakit perut karena tidak boleh ke toilet dikarenakan faktor keselamatan mau mendarat.
Suami Jessica sempat kesal karena anaknya menahan sakit namun pesawat masih muter-muter dan tak kunjung mendarat. Ia pun panik dan ngedumel kepada istrinya di kursinya sendiri. Hal itu tentu sangat wajar karena pesawat tak mendarat sesuai waktunya.
ADVERTISEMENTS
Setelah landing dan sudah mengantar anaknya ke toilet, keluarga ini justru ditahan sama lounge attendat dengan alasan kapten mau bicara
Jessica dan keluarganya lalu kembali ke lounge. Petugas Avsec memintanya untuk menunjukkan boarding pass. Petugas itu kembali mengatakan kapten mau bicara. Di sana, Jessica mendengar jelas si kapten meminta agar menahannya. Mereka bingung ada urusan apa lagi.
“Captainnya berujar lagi, ‘Ni tahan semua orang nih!’ ke Avsec. Gue makin bingung dong, gila gue uda bayar premium kenapa diperlakukan seperti penjahat TANPA ALASAN YANG JELAS. Suami gue bilang lagi, ‘ini ada apa ya’,” papar Jessica.
Berdasarkan pengakuan pramugari, Kapten Garuda menuding kalau suaminya menghina Garuda dengan mengatakan ‘Garuda Tai’ di dalam pesawat. Tidak terima dengan tudingan itu, Jessica lalu mengatakan bahwa ia kenal dengan petinggi Garuda dan mau menelpon mereka sekarang. Jessica merasa keluhan suaminya kepadanya wajar adanya karena anaknya kesakitan, dan hanya di kursinya. Tidak kepada siapapun. Mereka tidak layak diperlakukan sebagai penjahat. Padahal mereka adalah penumpang kelas bisnis.
ADVERTISEMENTS
Setelah itu, Kapten Garuda segera pergi dan Jessica masih ditahan di sana. Ayah Jessica yang juga berada di sana segera menghubungi Pak Chairal, salah satu petinggi Garuda. Namun tidak ada yang mau memberitahu nama Kapten Garuda tersebut
Ditahan lebih dari 1 jam, Jessica dan suaminya tentu capek dan kesal dengan tudingan tersebut apalagi kapten sudah pergi begitu saja. Setelah menghubungi Pak Chairal dan ditanyakan nama kaptennya, ternyata semua ground staff tidak ada yang mau nyebut nama si Kapten Garuda yang arogan tersebut. Mereka semua ketakutan dan tidak ada yang berani kasih nama. Sangat disayangkan tidak ada yang mau kasih nama si Kapten.
Berikut ini surat keterangan dari Garuda Indonesia terkait kejadian ini.
Dalam hal ini, manajemen konflik Garuda Indonesia bisa dibilang buruk sekali. Kapten menuduh dan menahan penumpang dengan bayi (kelas bisnis lagi) lalu pergi begitu saja tanpa menyelesaikan masalah. Apalagi tidak ada kejahatan yang dilakukan oleh si penumpang. Semoga kejadian ini nggak bikin orang males naik Garuda Indonesia.