Musim kemarau segera datang. Masih ingat kan kebakaran hutan di Sumatera, Jawa dan Kalimatan tahun lalu. Menolak lupa! Sebelum terjadi lagi, tentu semua pihak harus menyiapkan penanggulangannya sedini mungkin. Jangan sampai terulang!
Nah, kali ini Hipwee Travel akan ajak kamu bahas perihal pembakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan ini! Dampak buruk atas bencana ini bermuara juga ke traveler dan perjodohan juga loh. Simak!
ADVERTISEMENTS
Dari peliknya masalah pembakaran hutan, sebenarnya siapa sih yang salah? Ternyata ini bukan bencana yang disebabkan oleh alam loh! Hemm.
“Kebakaran hutan adalah kejahatan terorganisasi, karena lebih dari Sembilan puluh persen disebabkan manusia atau sengaja dibakar. Tujuannya membuka lahan perkebunan,” kata peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR), Herry Purnomo di acara Konferensi Jurnalis Sains Indonesia pada akhir Agustus tahun lalu.
Hemm. Paham, ‘kan, maksudnya? Ini bukan bencana yang diakibatkan oleh semesta, Gaes!
ADVERTISEMENTS
Diprediksi, tahun ini kebakaran akan tetap melanda hutan di Sumatera dan Kalimantan. Ya, harusnya sih bisa dihentikan.
Awal bulan lalu, Kapolres Banyuasin, Sumatera Selatan, AKBP Julian Muntaha mengatakan bahwa dia memprediksi, dengan gencarnya penyuluhan kepada masyarakat, diharapkan kebakaran hutan tahun ini akan lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Walah. Harusnya sih mengharapkan yang baik. Harusnya, tidak akan ada lagi pembakaran hutan. Ya, nggak sih?
ADVERTISEMENTS
Tahun lalu kebakaran hutan ini menjadi sorotan dunia. Bencana hutan terparah yang pernah melanda Indonesia dan negara tetangga.
Bencana yang ditandai dengan tagar #MelawanAsap tahun lalu ini mengundang simpati dan empati dari seluruh masyarakat dunia. Penuntasan kasus yang mangkrak nggak terselesaikan segera ini sangat disayangkan oleh masyarakat. Rumitnya prosedur dan administrasi yang ada, membuat masyarakat dan LSM lingkungan hidup ‘mager’ buat menuntut keadilan ini. Seolah mereka sudah memasrahkan kepada pihak berwajib saja. Ya, semoga saja yang berwajib di sana kompeten dan memang berniat baik untuk mengupas tuntas kasus ini. Miris, ‘kan. 🙁
ADVERTISEMENTS
Nggak sedikit yang menari di atas penderitaan masyarakat karena kabut asap ini. Nggak sedikit pula yang menanggung kerugian ekonomi hingga belasan triliun. Ngeri!
CIFOR memaparkan risetnya di Riau tahun ini, bahwa provinsi ini melepaskan sekitar 1,5 hingga 2 miliar ton karbondioksida akibat kebakaran hutan yang merajalela. Bencana ini mengakibatkan ratusan warga meninggal dunia dan kerugian finansial yang sangat besar. Di Riau sendiri mengalami kerugian ekonomi hingga Rp20 triliun, dan negara tetangga Singapura, mengklaim kerugian sebesar Rp16 triliun dalam dua bulan.
Enak, ya, kalau jadi pengusaha perkebunan sawit. Abis bencana ini, mereka bisa mengeruk rupiah dengan kipas-kipas. Padahal mah masyarakat yang lain napas aja susah. 🙁
ADVERTISEMENTS
Makin banyak hutan yang terbakar, makin banyak juga habitat satwa liar yang tewas terkapar. Padahal hewan-hewan ini dilindungi loh.
Inilah dampak yang sudah pasti diterima oleh satwa liar ini. Di Borneo, banyak sekali Orangutan yang kehilangan rumahnya. Menggelantung di batang-batang pohon yang aman dari kobaran api, melarikan diri ke pemukiman penduduk, dan upaya menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENTS
Jangan kamu kira cuma hewan aja yang kehilangan rumah dan keluarga. Banyak dari saudara kita yang tertimpa musibah yang sama dari kebakaran hutan di sana!
Nggak sedikit kesulitan yang menghampiri seluruh masyarakat di sekitar kawasan hutan yang terbakar. Malah, banyak banget dampak buruk yang terjadi. Penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), iritasi kulit, kekurangan air bersih, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya. Inilah dampak maruknya segelintir orang yang berkuasa atas masyarakat kecil yang hanya bisa menerima nasibnya.
Kebakaran hutan ini menjelma asap yang merusak segalanya. Kesehatan, jarak pandang, hingga…jodoh yang makin jauh dari impian. (?) What the…
Masalah kesehatan memang hal yang paling dikhawatirkan di saat bencana ini menyebar luas. Hampir seluruh masyarakat di Sumatera, Kalimantan, hingga beberapa negara tetangga, sulit melakukan kegiatannya tiap hari. Karena jarak pandang yang terbatas dan pekatnya kabut yang menyesakkan napas. Lalu alayers mulai bermunculan dengan berbagai foto ber-caption galau. Oke, ini bencana, bukan bercandaan, ya! Meski begitu, sungguh miris melihat keadaan saudara kita yang ada di sana.
Semoga saja pemerintah pusat dan daerah bisa berkoordinir dengan baik untuk penanganan kasus ini. Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan ini bukan masalah sepele loh. Semakin banyak hutan yang terbakar, semakin banyak kepunahan populasi flora dan fauna di Indonesia, dan semakin susah buat para traveler seperti kami yang ingin mengirup udara sejuk alam bebas. 🙁