Pengalaman mistik saat mendaki gunung Butak | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
*Disclaimer: Peristiwa ganjil dan janggal di gunung menjadi kisah yang menarik dan tak jarang bikin bulu kuduk berdiri. Hipwee berhasil mewawancarai seorang pendaki yang pernah mengalami kejadian ‘aneh’ di luar nalar saat naik gunung. Karena cerita ini nyata, maka setiap kejadian dan tokoh tidak direkayasa
Ketika menembus hawa dingin Kota Malang di bulan Desember 2017, Ninin (26 tahun) tak punya firasat buruk apa pun. Kepalanya dipenuhi bayangan-bayangan seru nan asyik saat mendaki gunung. Bahkan malam harinya, ia sangat gugup sampai tidak bisa tidur. Maklum, Ninin akan mendaki gunung untuk pertama kalinya di usia 22 tahun. Rasa deg-degan tentu menyelimuti hatinya. Pasalnya, ia bisa merasakan pengalaman mendaki seperti teman kuliahnya yang lain.
Bisa dibilang, Ninin adalah pendaki pemula yang polos sekali. Dengan jujur ia mengaku tidak tahu sama sekali ketinggian gunung yang akan didaki. Soal ketinggian gunung saja tidak tahu, apalagi pantangan, kisah mistis, dan mitos-mitos di gunung. Padahal gunung yang akan didakinya diliputi mitos dan peristiwa angker. Terbukti dengan pengalaman beberapa pendaki yang pernah mendengarkan suara gamelan atau suara kuda lumping. Lumrahnya, suara-suara semacam itu tidak mungkin terdengar di gunung yang jauh dari pemukiman dan berada di ketinggian. Mustahil!
ADVERTISEMENTS
Ninin tidak punya firasat buruk apa pun di Gunung Butak
Memulai pendakian ke Gunung Butak dengan perasaan senang | Illustration by Hipwee
Yang Ninin ketahui hanya lah bahwa gunung yang akan didakinya bersama 10 kawan itu bernama Gunung Butak. Selain Gunung Panderman, Gunung Butak menjadi salah satu gunung favorit bagi pendaki yang terletak di Kabupaten Malang. Keduanya memang tidak sepopuler Gunung Bromo atau Gunung Semeru, tapi sering jadi langganan pendaki pemula untuk melatih diri supaya akrab dengan trek pendakian.
Perjalanan dimulai di siang hari. Ninin bersama dengan teman-temannya memulai pendakian pada pukul 12.00 WIB lewat jalur Panderman. Mereka turun gunung keesokan harinya saat adzan isya berkumandang. Selepas berdoa dan memastikan peralatan mendaki sudah lengkap, mereka mulai melangkahkan kaki pelan-pelan. Ketinggian sekitar 2.868 mdpl di depan mata harus mereka taklukkan. Walaupun lelah dan ngos-ngosan, Ninin menikmati pendakian pertamanya itu. Apalagi pemandangan sepanjang pendakian memang memanjakan penglihatan. Ninin bisa melihat corak vegetasi yang bermacam-macam, mulai dari hutan basah, hutan kering, hutan cemara di Pos Cemoro Kandang, sampai hutan edelweis saat mendekati padang sabana.
“Awal-awal ya normal-normal aja, sampai kami ketemu sama yang namanya tanjakan PHP. Itu tanjakan yang panjang banget dan susah didakinya. Jadi pas kami ketemu tanjakan PHP kami sempat istirahat dulu, makan dan minum,” tutur Ninin, Kamis (29/7).
Di tengah perjalanan, cuaca yang cerah berubah mendung seketika. Awan hitam menutupi langit dan tetesan hujan turun perlahan. Lama-kelamaan hujan makin deras. Kabut pun mulai membayang sehingga perjalanan semakin gelap dan licin. Mereka harus semakin hati-hati. Di perjalanan, mereka menjadi lebih sering diam. Setiap orang berusaha untuk tetap fokus di bawah rintikan hujan. Hanya suara derai hujan yang menemani perjalanan mereka. Kendati demikian, Ninin masih bisa melanjutkan pendakian meski dengan energi yang makin surut. Sampai detik itu pun, ia tidak berpikir aneh-aneh, karena perjalanan memang masih wajar dan normal.
Kelihatannya normal-normal saja, siapa sangka mahluk gaib telah menunggu di penghujung pendakian
Semula perjalanan baik-baik saja. Ninin tidak merasakan keganjilan apa pun. Namun, ia memang lelah dan energinya hampir terkuras habis. Apalagi ketika melewati tanjakan PHP (Pemberi Harapan Palsu) yang terkenal ‘menyiksa’ para pendaki. Sesuai namanya, tanjakan ini sering menyusahkan para pendaki karena treknya yang panjang seolah tidak ada ujungnya. Bahkan para pendaki sampai berpikir, “Kok ini nggak sampai-sampai, ya?” Tidak sedikit pendaki yang gagal mencapai puncak Butak karena tidak kuat melewati tanjakan PHP ini.
Lantaran hujan masih deras, muncul kekhawatiran kalau Ninin dan timnya akan kesulitan dalam membangun tenda nanti saat sampai di padang sabana. Alhasil, tim pun dibagi menjadi dua. Tim pertama berjalan lebih cepat dan tim kedua berjalan lebih lambat. Karena sudah larut malam, kondisi pendakian makin gelap. Senter atau headlamp pun tidak banyak membantu. Belum lagi angin kencang yang berhembus membuat pendaki semakin kesulitan untuk berjalan. Ninin yang baru pertama kali mendaki pun sampai harus istirahat berkali-kali. Mungkin karena kedinginan dan kelelahan, Ninin mengalami kesulitan bernapas. Kondisi tubuh Ninin yang nge-drop bikin teman-teman satu timnya sedikit panik. Beruntungnya, mereka bisa mengatasi keadaan dengan baik. Setelah beristirahat sejenak dan mengatur napas, Ninin bisa berjalan kembali, meski kecepatannya langkahnya kian lambat.
Pendakian mulai sulit dan senyap karena hujan turun | Illustration by Hipwee
Menjelang pukul 23.00 WIB, semua tim akhirnya sampai di padang sabana. Mereka mendirikan tenda dan istirahat untuk memulihkan energi. Malam itu, semua masih berjalan normal sampai pagi harinya meski suasana makin sunyi dan berkabut. Saat teman-teman lainnya naik ke puncak, Ninin memilih istirahat di tenda supaya tenaganya pulih kembali sepenuhnya dan bisa turun gunung dengan lebih mudah. Menurut kabar yang beredar, ada beberapa pendaki Gunung Butak pernah mendengar suara gamelan di puncak. Namun, keganjilan yang mistis semacam itu tidak menimpa Ninin.
“Di saat turun, kami santai, beberapa kali berhenti untuk makan kudapan dan minum kopi. Kami juga bertemu banyak orang yang akan naik hari itu, tapi saat menjelang sore, kami sudah tidak bertemu orang lain,” ungkap Ninin.
Mendekati pos keberangkatan, Ninin dan dua temannya terpisah dari rombongan tim. Soalnya, mereka berjalan terlalu lamban. Ninin cukup lega karena satu temannya sudah sering mendaki Gunung Butak. Aman, begitu pikir Ninin. Namun, di luar dugaan, Ninin malah mengalami kejadian aneh yang membuatnya merinding dan mulai ketakutan. Ketika melewati kebun-kebun warga sekitar, headlamp Ninin mendadak mati. Masih mencoba berpikir positif, Ninin mengira headlamp-nya kehabisan baterai. Mau tidak mau mereka pun berjalan tanpa penerangan sama sekali. Di tengah kegelapan itu, perasaan Ninin semakin tidak enak. Apalagi satu temannya jatuh berkali-kali.
“Sssssstttttt’t,” ucap Ninin menirukan apa yang didengarnya waktu itu. Ia tidak menoleh. Ia terus berjalan.
“Ninin…….”
Kali ini, Ninin sontak berhenti. Ia menelan ludah. Ia hanya mematung dan tak tahu harus berbuat apa.
“Nin…. Ninin……”
Tubuh Ninin makin kaku. Ia merasakan suara itu begitu dekat dengannya. Seolah ada seseorang yang menghembuskan suara dari belakang badannya. Bahkan ia bisa merasakan hembusan mulut di daun telinganya, padahal tidak ada angin sama sekali waktu itu. Suasananya sangat sunyi dan senyap.
Ninin tiba-tiba mendengar suara bisikan| Illustration by Hipwee
Beberapa kali ia mendengar suara bisikan. Sayup-sayup ia mendengar namanya dipanggil. Namun, tidak ada siapa pun saat itu. Sejak headlamp mati, ia dan dua temannya tidak saling bicara. Jadi, tidak mungkin dua temannya itu memanggil. Apalagi ia berjalan paling belakang. Sementara dua temannya sudah berjarak tiga-empat langkah di depannya. Seharusnya tidak ada suara, selain derap langkah kaki mereka.
Entah apa yang dipikirkan Ninin kala itu. Ia mendadak menoleh ke sebuah kebun. Ia takut, tapi juga penasaran. Ia mencari sumber suara. Saat menoleh ke kebun, ia terperanjat dan hampir jatuh karena melihat sosok misterius di sana. Bayangan itu terlihat sekilas, lalu menghilang. Ia ingin sekali berteriak, tapi mulutnya seolah membisu. Padahal ia sudah ketakutan setengah mati. Bahkan saking takutnya, ia cuma bisa melangkahkan kaki cepat-cepat agar bisa berjalan paling depan. Meski takut luar biasa, Ninin berusaha menenangkan diri dengan terus mengatakan kalau bayangan itu cuma ilusi. Ya, bayangan misterius itu hanya ilusi. Dua temannya tidak banyak berkata, meski mereka penasaran dengan gelagat aneh Ninin.
ADVERTISEMENTS
Awalnya sih masih main logika demi menenangkan diri, tapi kok bukan cuma ia saja yang merasakannya?
Bayangan misterius yang dilihat Ninin dan temannya | Illustration by Hipwee
Sesampainya di pos keberangkatan, Ninin tidak mau mengungkit atau membahas kejadian itu dengan teman-temannya. Ketika ia bertemu dengan semua teman satu timnya di sebuah warung, Ninin memilih bungkam. Padahal ia sangat takut dan pikirannya masih kalut. Apalagi keanehan belum selesai di situ saja. Headlamp yang dikiranya mati karena kehabisan baterai tiba-tiba menyala lagi.
“Terus nyampai bawah, ketemu teman-teman yang lain (yang nggak jadi kembalikan alat karena udah nggak terkejar waktunya) lagi istirahat di suatu warung. Terus aku bilang itu headlamp-nya habis baterai. Pas dicoba, lo kok bisa,” terang Ninin sambil mengingat peristiwa tersebut.
Ninin masih berusaha menjaga akal sehatnya. Ia hanya berpikir headlamp-nya eror. Namun, semua dugaan itu salah. Ninin sangat terkejut ketika seorang temannya mengatakan kalau ia melihat bayangan sosok misterius di kebun dan hilang sangat cepat. Temannya itu juga mendengar suara bisikan yang halus. Walaupun samar-samar, suara bisikan itu dapat ia dengar dengan jelas. Kejadian itu persis seperti yang dialami Ninin. Ternyata, keduanya sama-sama diam saat di perjalanan karena ketakutan dan tidak mau teman lainnya ikut takut. Saat mendengar cerita itu, Ninin dan teman-temannya hanya saling menatap dalam keheningan. Tanpa sadar, bulu kuduk mereka berdiri. Ninin bergidik ngeri. 😨