Bagi saya yang tidak terlahir sebagai orang Batak, budaya Batak itu benar-benar rumit sekaligus mengagumkan.
Jangankan saya, mungkin banyak juga orang Batak yang kurang memahami budayanya sendiri. Budaya adat Batak memang rumit sekaligus luar biasa. Contohnya, pernikahan adat Batak Toba yang sempat saya ceritakan beberapa waktu yang lalu; prosesinya kompleks, panjang, dan tentunya seru.
Ketika sehari jalan-jalan keliling Balige Tobasa kemarin, untungnya saya sempat diajak mengunjungi kompleks Museum TB Silalahi Center dan sempat mempelajari lebih banyak tentang sejarah, budaya, serta adat Batak yang rumit itu. Inilah sedikit cerita yang sempat saya bawa pulang seusai mengunjungi museum tersebut.
ADVERTISEMENTS
Di depan bangunan museumnya, patung TB Silalahi dengan pakaian perwira ditemani seekor singa menyambut kami yang datang ke sana
Matahari terasa cukup terik ketika kami berangkat seusai kenyang menyantap mie gomak. Lucu memang, saat berangkat dari Jakarta dan tiba di Medan, gerimis selalu menemani. Sementara, sepanjang di Balige saya gak berjumpa hujan sama sekali.
Berkendara tak lama, akhirnya kami menepi di TB Silalahi Center di Jl. Pagar Batu No. 88, Balige. Pelataran parkirnya sendiri berada di seberang kompleks museum. Pelataran parkirnya cukup luas, sayang gak ada pepohonan di sekelilingnya, sehingga sejuknya atmosfer Balige tidak sanggup mengalahkan teriknya mentari yang terasa menyengat.
Cukup menebus tiket masuk seharga 10 ribu, kamu udah bisa menjelajah kompleks museum ini sampai puas. Memasuki halaman, kamu akan disambut patung TB Silalahi dengan pakaian perwira yang berdiri gagah, ditemani seekor harimau. Ada pula beberapa kendaraan tempur yang pernah digunakan oleh TB Silalahi dipajang juga di taman ini, seperti sebuah tank komando dan helikopter.
Di bagian belakang patung, terdapat tulisan berbahasa Batak, lengkap dengan aksara Bataknya:
“Nasa na ni lehon Mi, tondi rodi pamatangku,
Hosa dohot gogongki, rodi saluhut artangku,
Hupasahat I tu Ho, na so unsatonku do.”
Kutipan itu diambil dari buku doa umat HKBP, kira-kira artinya ini: kita selayaknya menyerahkan jiwa raga serta harta kita kepada Tuhan, karena itu semua adalah milik-Nya. Tuh, makanya jangan lupa sedekah. Hehehe.
ADVERTISEMENTS
Saya mulai mengenal sosok TB Silalahi dan sekelumit kisah semasa hidupnya di museum pribadi yang terletak di gedung utama
Gedung utama yang paling dekat dengan pintu masuk adalah museum pribadi TB Silalahi. Sebelum memasuki ruang eksebisi, kami dipersilakan menitipkan semua tas ke dalam loker dan membawa kuncinya. Berbekal buku catatan dan kamera ponsel, saya jadi merasa kayak anak sekolah yang lagi study tour, hehehe.
Memasuki ruang pameran, kamu akan disambut dengan foto-foto presiden RI, mulai dari Soekarno sampai Jokowi. Lalu, ada juga biografi singkat TB Silalahi. Ruang pameran dipenuhi koleksi milik TB Silalahi yang digunakan selama kariernya di militer dan saat menjabat sebagai menteri negara. Mulai dari seragam dan pakaian dinas, lencana pangkat dan tanda jasa, senjata api, sampai kendaraan pribadi maupun yang digunakannya selama bertugas. Ada pula cindera mata dan kenang-kenangan yang dibawa pulang dari kunjungan beliau ke luar negeri.
Kamu juga bisa menemukan koleksi masa kecil TB Silalahi, seperti akta kelahiran, ijazah, sampai bangku yang digunakannya sewaktu sekolah di Sekolah Rakyat.
Beliau memang lahir dari rahim rakyat biasa, bukan bangsawan atau pejabat. Tapi, terlahir sebagai anak penggembala kerbau bukanlah halangan untuk mewujudkan cita-cita.
Itulah secarik makna yang saya tangkap dari seorang TB Silalahi melalui museum jejak langkahnya ini. Siapapun kamu, gak usah ragu untuk punya cita-cita. Jemputlah dengan semangat, kegigihan, dan kerja keras.
ADVERTISEMENTS
Perjalanan pun berlanjut dengan mengintip Huta Batak, kampung adat yang lengkap dengan rumah tradisional dan replika makam batu
Sebelum memasuki Museum Batak yang menjadi atraksi untama, kami lebih dulu mampir ke Huta Batak, sebuah museum outdoor yang dibuat menyerupai pemukiman adat Batak. Aslinya, Huta Batak berupa desa tertutup yang didiami oleh sebuah kelompok kecil yang masih satu marga.
Huta Batak yang ada di kompleks TB Silalahi Center ini terdiri dari rumah adat yagn disebut ruma dan sopo yang dibangun berhadapan. Bangunan-bangunan tradisional ini sudah berusia ratusan tahun dan merupakan sumbangan dari berbagai marga yang ada di kawasan Danau Toba.
Dinding rumah-rumah adat ini dihiasi dengan ukiran bermotif etnik yang khas. Menurut teman saya yang lumayan paham budaya Batak, bentuk ukiran itu diambil bentuk cicak. Konon, cicak itu dilempar ke mana aja bisa menempel dan hidup. Seperti itu pula nilai filosofis dan harapan yang dianut orang Batak lewat ukiran tersebut, bisa bertahan di manapun ia berada.
Di salah satu rumah, ada boneka Sigale-gale yang bisa digerakkan dengan tali. Di bagian belakang Huta Batak, kamu bisa menemukan replika makam batu yang digunakan leluhur orang Batak zaman dulu. Ada pula sebuah pohon Hariara yang konon usianya lebih dari 100 tahun. Pohon Hariara ini adalah pohon yang biasa dikeramatkan orang Batak zaman dulu karena ukurannya yang besar.
ADVERTISEMENTS
Dengan latar panorama Danau Toba, saya berkesempatan memperkaya wawasan tentang kebudayaan Batak yang indah dan rumit lewat berbagai koleksi di Museum Batak
Bagi saya, inilah pertunjukan utama dari kompleks museum TB Silalahi Center ini. Di dalam bangunan modern inilah kamu bisa belajar banyak tentang kebudayaan yang menjadi identitas masyarakat Batak selama berabad-abad. Dari jendela bangunan ini, panorama Danau Toba yang memikat bisa kamu nikmati dengan leluasa.
Sebelumnya, ada yang menahan kami untuk langsung masuk ke dalam ruang pameran: sebuah papan ular tangga raksasa yang berisi tentang adat budaya Batak bisa kamu mainkan di sini bareng teman-temanmu, lengkap dengan dadunya.
Saat naik menuju ruang pameran, kamu akan dibuat kagum dengan arsitektur bangunannya yang simetris. kamu juga akan menemukan beberapa artefak adat Batak seperti buli-buli tempat ramuan obat sampai becak motor yang dipajang.
Memasuki ruang pameran, ada kata-kata bijak leluhur Batak yang maknanya membuat saya tertarik:
“Hamoraon, hagabeon, hasangapon: Carilah rezeki dan keberuntungan, carilah kesempurnaan hidup, dan carilah kehormatan dan kemuliaan.”
Di dalam ruang pameran Batak Toba, kita bisa mempelajari sejarah meletusnya supervolcano yang kini menjadi danau Toba dan bagaimana letusan itu mempengaruhi migrasi manusia di seluruh dunia. Lalu, sejumlah produk adat dan budaya Batak warisan leluhur, seperti tari Tor-Tor, Sigale-gale, Ulos, sampai aksara Batak, juga dijelaskan dengan jelas dan ringkas melalui gambar dan deskripsi dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Di salah satu dinding museum, ditempel pohon silsilah marga Batak yang berakar mulai dari Siraja Batak. Buat kamu yang berdarah Batak, menelusuri pohon silsilah ini tentu sangat menarik sekaligus penting. Tak cuma itu, kamu juga bisa menemukan seperti apa agama asli yang dianut masyarakat Batak sebelum masuknya agama-agama samawi ke tanah Batak.
Sementara, ada pula kisah kepahlawanan Sisingamangaraja XII lewat diorama seukuran manusia dewasa yang berada di sisi belakang. Di sana dicertitakan bagaimana ia bersama pengikutnya berjuang melawan penjajah Belanda sampai akhirnya tewas di tangan pasukan Kapten Hans Christoffel.
Saya juga sempat mampir ke ruangan sebelahnya. Ruang pameran yang satu ini diisi dengan berbagai kekayaan budaya masyarakat Batak pada umumnya, tak hanya Batak Toba saja. Ada koleksi pakaian adat dari Batak Pakpak, Karo, Mandailing, Toba, dan Simalungun yang dipamerkan beserta penjelasannya.
Tanpa terasa, kami telah berkeliling selama sekitar tiga jam. Sungguh, saya merasa betah melihat-lihat koleksi kekayaan budaya Batak yang dipamerkan di museum ini. Pengetahuan yang saya dapat dari sini membuat saya makin mengagumi kerumitan adat dan budaya Batak yang sarat dengan nilai filosofis.
Kalau kamu tertarik dengan kebudayaan Batak, kamu wajib mendatangi Museum Batak yang ada di kompleks TB Sillalahi Center ini. Selain koleksinya lengkap, bangunannya yang modern dan unik juga pas buat berfoto.
Ah, sejujurnya saya masih ingin berkeliling lebih lama. Sayangnya, destinasi selanjutnya sudah menanti untuk dijelajahi. Mungkin, suatu hari saya bisa kemari lagi.
Artikel di atas adalah bagian dari seri perjalanan Hipwee di Sumatera Utara. Bagian-bagian lainnya bisa kamu lihat di bawah ini:
Menilik Kemeriahan Pesta Perkawinan Adat Batak Toba, Langsung dari Balige!
Kuliner Khas Toba Samosir yang Wajib Kamu Jajal Saat Bertandang ke Sana