Hipwee Travel akan memberikan liputan khusus destinasi wisata populer di Indonesia. Kami menamainya Reportase Jelajah Wisata. Tiap bulannya kami akan mengupas satu destinasi yang sering jadi impian para traveler. Tak cuma destinasinya saja, kami juga akan membahas sudut pandang dan cerita-cerita lain seputar destinasi tersebut yang tak pernah ternarasikan sebelumnya.
Untuk destinasi bulan ini pilihan kami jatuh ke Baduy, kampung adat sekaligus tempat wisata tersembunyi di pelosok Banten. Ada 5 tulisan di Reportase Jelajah Wisata Baduy yang akan terbit di Hipwee. Simak tulisan ketiga yang akan membahas Agama kepercayaan warga Baduy yakni Sunda Wiwitan. Agama ini seperti apa dan bagaimana ibadahnya?
Artikel Pertama : Sensasi Semalam Menginap di Baduy Dalam. Harmoni Bersama Alam Tanpa Listrik, HP dan Toilet!
Artikel Kedua : Pandangan Politik Suku Baduy : Ditanya Pilih Jokowi atau Prabowo, Begini Jawabannya
Kampung Baduy berada di tanah Sunda, tepatnya di Kabupaten Lebak Banten. Meskipun sedari dulu, Sunda sangat identik dengan Islam, namun ternyata ada kepercayaan nenek moyang yang masih terjaga di beberapa pelosok Sunda. Salah satunya di Baduy Dalam. Aliran kepercayaan yang masih dianut sebagian besar warga Baduy adalah Sunda Wiwitan.
Mungkin kamu tidak terlalu familiar dengan aliran kepercayaan Sunda Wiwitan. Hal ini jadi bisa dimaklumi mengingat pemerintah hanya mengakui 6 agama resmi di Indonesia yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sunda Wiwitan sendiri tidak diakui eksistensinya. Lalu bagaimana warga Baduy mengisi kolom KTP-nya?
ADVERTISEMENTS
Sunda Wiwitan adalah aliran kepercayaan yang dilestarikan dari leluhur Sunda dari masa lampau
Kepercayaan Sunda Wiwitan adalah aliran pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur yang biasa disebut animisme dan dinamisme. Wiwitan sendiri berarti sebagai awalan. Jadi Sunda Wiwitan ini diyakini sebagai ‘agama’ masyarakat Sunda pada masa lampau. Meskipun begitu, Sunda Wiwitan juga tak lepas dari konsep monoteisme karena terdapat kekuasaan tertinggi yakni Sang Hyang Kersa yang disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ada tiga macam alam dalam kepercayaan Sunda Wiwitan seperti disebutkan dalam pantun mengenai mitologi orang Kanekes:
- Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling atas
- Buana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di tengah
- Buana Larang: neraka, letaknya paling bawah
Konsep ini tak ubahnya bagaikan surga, bumi dan neraka. Konsep yang ada di kebanyakan agama-agama dunia.
ADVERTISEMENTS
Bagaimana sih ritual ‘agama’ Sunda Wiwitan yang dianut warga Baduy? Apakah sama atau mirip dengan agama lainnya?
“Ibadah orang Baduy itu ibadah perilaku. Jadi ibadah yang ada di dalam hati dan jadi perbuatan. Ya berbuat baik, berkata baik, berperilaku baik, tidak mencuri, itu juga merupakan ibadah Sunda Wiwitan,” ujar Pak Ardi, salah satu warga Cibeo, Baduy Dalam.
Selain perilaku, warga Baduy juga beribadah puasa di saat Kawalu. Mereka berpuasa selama 3 bulan lamanya di mana dalam sehari mereka tidak makan dan minum selama hampir 24 jam. Warga Baduy berpuasa mulai dari jam 6 sore dan berbuka jam 4 sore keesokan harinya. Lalu jam 6 sudah puasa lagi. Warga Baduy sambil berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar negara ini diberikan rasa aman, damai, dan sejahtera.
“Ya kaya Islam, orang Baduy juga puasa. Tiga bulan lamanya saat Kawalu. Nanti sehabis puasa juga ada hari raya mirip Lebaran gitu,” tambah Pak Ardi.
Selama tradisi perayaan Kawalu, warga Baduy berdoa dengan khusyuk. Untuk itu, seluruh wisatawan dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik. Biasanya Kawalu diadakan di awal tahun sekitar Februari hingga April. Jadi jangan berkunjung ke Baduy di bulan-bulan itu ya.
Kepercayaan ini sudah berakulturasi dengan agama Hindu dan juga Islam. Hindu terlihat dalam dewa-dewa yang dipuja. Sementara Islam masuk melalui ritual puasa dan kawalu yang mirip dengan Lebaran.
ADVERTISEMENTS
Tetua Baduy sendiri meminta kepada pemerintah agar mereka bisa mengisi kolom agama dengan Sunda Wiwitan
“Kami berharap keyakinan masyarakat Badui yakni Selam Sunda Wiwitan diakui oleh pemerintah dan dicantumkan pada KTP,” kata Ayah Mursid, tetua adat Cibeo.
Aliran kepercayaan seperti Sunda Wiwitan memang belum diakui oleh pemerintah. Untuk saat ini hanya ada 6 agama resmi yang diakui pemerintah. Hal ini berarti, kolom agama di KTP harus diisi dengan 6 agama tersebut.
Warga Baduy keberatan dengan solusi yang ditawarkan oleh pemerintah yakni kolom agama bisa dikosongkan bagi penganut aliran kepercayaan. Hal ini membuat mereka seperti tidak mempunyai agama. Semestinya, pemerintah mengakui secara resmi aliran kepercayaan Sunda Wiwitan sebagai agama masyarakat Badui yang merupakan peninggalan nenek moyang itu.
Semoga ada titik temu dan solusi dari pemerintah agar kepercayaan warga Baduy bisa terakomodasi tanpa membuat mereka merasa tak mempunyai agama. Satu hal yang spesial dari Baduy, warganya sangat sopan, lemah lembut dan saling membantu. Sikap luhur mereka bisa jadi karena ajaran Sunda Wiwitan yang jadi panduan hidup mereka.