Enam tahun kita bersama. Di mata orang, kita sudah saling paham dan peka. Pertanyaan kapan hubungan ini diresmikan pun kerap diberikan oleh mereka. Ah ya, mereka hanya pandai menerka-nerka. Padahal nyatanya, enam tahun pun tak membuat kita saling terbuka kan Sayang? Masih ada rahasia-rahasia yang harus kita jaga satu sama lainnya. Walau pernikahan sudah di depan mata.
ADVERTISEMENTS
Mungkin perumpamaannya begini, berkali-kali aku ‘pulang’ ke Karimunjawa, berulang kali pula aku menemukan kejutan disana. Sama halnya dengan (hubungan) kita ~
Sayang, enam tahun kita bersama, mungkin tak ada apa-apanya dibanding durasiku hidup dan tinggal di Indonesia. Ya, tahun ini mencapai angka 25. Sejauh 25 tahun juga aku merasa tak benar-benar mengenalnya. Bahkan untuk menyebut aku mengenal Jawa sekalipun, aku tak pernah bisa. Itu durasi 25 tahun, sama saja enam tahun kita bersama, aku selalu bilang untuk ‘pulang’ ke hatimu. Nyatanya, aku tak betul-betul menghafal hati itu. Selalu ada hal baru yang kadang membuat kita berseteru lebih dulu.
Aku ingin membuat perumpamaan. Sebutlah Karimunjawa, tempat pelarian favoritku. Sebuah kepulauan di laut Jawa yang masuk dalam Kabupaten Jepara. Aku sudah lima kali kesana, tapi aku tak pernah 100 % tahu segala tentangnya. Dari yang awalnya 2009 silam aku kesana listrik masih belum menyala sepenuhnya, hingga Mei lalu listrik sudah bisa dinikmati seharian penuh. Orang-orang yang pernah ku kenal sebelumnya, juga ada yang melupakanku kemudian. Dan, aku tak akan pernah lupa, kala aku ‘pulang’ ke hatimu beberapa waktu lalu, ternyata aku tak mendapati ‘aku’ disitu. Hahaa. Kau pernah jenuh denganku kan? Sudahlah, kamu tak perlu merasa bersalah.
ADVERTISEMENTS
Indonesia itu indah, makanya aku betah. Kamu pun, aku percaya ada hal indah yang masih kau simpan. Karenanya, aku mau kau lamar
Apakah ada yang membantah, kalau aku bilang Indonesia itu indah? Tapi memang butuh waktu untuk menyibak mutiara yang tersembunyi di pelosok-pelosoknya. Kamu ingat ceritaku soal kepulauan Kei kan? Sebuah kepulauan yang terletak di Kabupaten Maluku Tenggara. Potensi wisatanya sungguh luar biasa, tapi sama sekali tak mudah untuk menuju kesana. Belum lagi, kamu ingat kan konflik SARA yang pernah terjadi di Ambon? Percaya nggak percaya, hingga kini masih ada beberapa orang yang takut kesana.
Lalu apa hubungannya denganmu? Dengan kita? Kamu itu bad boy, karena hal itu pula aku menambatkan hati padamu. Perempuan mana yang tak menginginkan bad boy untuk kemudian ‘ditaklukkan’? Hahaha. Bukan hanya lelaki yang punya sifat ambisius sayang, kami pun juga. Aku percaya, dibalik hobimu meneriakkan orasi saat demonstrasi, kamu punya mutiara yang tersembunyi jauh dalam diri. Kata orang, untuk menjejak tempat yang indah itu butuh sabar dan usaha ekstra. Begitu pula, melihatmu jadi laki-laki cemerlang di puncak sukses, aku perlu berlapang dada. Aku mau mendampingimu hingga suksesmu tiba. Seburuk apapun kamu di mata mereka.
ADVERTISEMENTS
Jika saja sehari lebih dari 24 jam, mungkin aku bisa lebih dalam mengenal Indonesia. Begitu juga ketika kita bersua, aku tak ingin jarum detik jam bergerak dan perlahan memisahkan kita. Ah aku tak sabar kau melantunkan akad nikah segera ~
Waktu cuti seminggu yang ku punya selama ini misalnya, tak pernah cukup untuk menjelajah Derawan, di Kalimantan Timur sana, kabupaten Berau tepatnya. Menjelajah taman bawah lautnya, menilik ekosistem pesisir seperti terumbu karang dan hutan bakaunya, berkenalan dengan penyu hijau, penyu sisik, paus, lumba-lumba, kima, dan ketam kelapa. Katakanlah ketika aku ingin menyaksikan proses bertelurnya penyu-penyu juga, aku ingin berlama-lama singgah disana.
Enam tahun denganmu, tiga tahun terakhir ini kita telah terpisah kota, provinsi juga. Jarak lima ratus sekian kilo meter begitu sanggup memunculkan rindu. Sebulan sekali awalnya kita sepakati untuk saling mengunjungi. Hingga akhirnya perlahan, janji-janji berguguran tak saling kita tepati. Bersua dua bulan sekali itu sudah sangat membahagiakan hati. Andai jarum detik jam sepakat untuk berhenti, mungkin kita bisa bersama lebih lama. Namun pada akhirnya, waktu itu tiba juga. Kau datang dengan seikat mawar dan permata. Kau melamarku di tempat favorit kita. Menjanjikan pelaminan dan tempat persinggahan untuk kita hidup bersama. Aku tak sabar akad itu kau ucapkan segera. Menghalalkanku dan tiap hari kita bisa bertatap muka.
ADVERTISEMENTS
Ah Indonesia, begitu mudah aku jatuh cinta pada tiap titiknya, hingga aku pun tak pernah tahu kelak akan berakhir dimana. Bagaimana dengan cerita cinta kita?
Sayang, pada akhirnya aku sadar, aku tak akan pernah sungguh-sungguh mengenalmu. Kalau aku menunggu hal itu, ku pastikan kita tak akan pernah menepati janji untuk bersatu. Mengabaikannya ialah keputusanku. Aku memilih hidup bersama, menjalani bahtera rumah tangga dan menjelajah sisi lain darimu setiap harinya. Hingga kapanpun, memang tak pernah ada jaminan bahwa kita akan benar-benar bersama di akhirat nantinya. Begitu kan, hidup? Kita tak pernah benar-benar tahu tentang itu. Yang kita bisa hanyalah berusaha, pada akhirnya kita tak kan pernah bisa memaksa.
Aku seorang pecinta wisata bahari, berulang kali aku menilik beberapa kepulauan di Bumi Pertiwi. Setiap kali aku berwisata, saat itu juga aku mengaku jatuh cinta. Karimunjawa, Kei, Derawan, Seribu, Bawean, Togean, Mentawai, Wakatobi, dan entah mana lagi. Sejauh ini aku hanya beberapa waktu saja singgah disana, aku belum mau memutuskan akan menetap dimana nantinya. Kali ini lain kasus dengan hatiku. Aku sudah memutuskan untuk berhenti, menetap di satu hati, hatimu. Terimakasih telah memilihku. Sebelumnya aku minta maaf, aku memang pernah mengaku beberapa kali jatuh cinta pada lelaki lainnya. Tapi kini aku mengerti, hanya kau yang memahami dan setia mendampingiku di sisi. Terimakasih telah percaya kalau aku selalu ‘pulang’ lagi.
Sampai jumpa di pelaminan, Sayang… Semoga kita semakin saling mengenal…