Malioboro terkenal sebagai pusat wisata Kota Yogyakarta. Kawasan ini terdiri dari jalan panjang yang dikelilingi berbagai toko. Mulai dari toko makanan khas Jogja, toko batik, hingga Pasar Beringharjo dan Mal Malioboro. Nggak heran kalau Malioboro sering dipenuhi pengunjung dari dalam kota maupun luar kota.
Nah, selama ini orang-orang datang ke Malioboro dengan mengendarai berbagai transportasi. Yang paling sering dijumpai adalah motor dan mobil. Akibatnya, Malioboro menjadi macet dan tercemar polusi udara. Kondisi tersebut membuat pemerintah setempat ingin mengubah Malioboro menjadi kawasan pedestrian atau pejalan kaki.
ADVERTISEMENTS
Sejak 3 November, Malioboro di Yogyakarta ditutup karena adanya uji coba kawasan pejalan kaki. Sebagian besar kendaraan bermotor nggak boleh masuk
Penutupan Maliboro dilakukan pada 3-15 November 2020 selama 24 jam, kecuali pada hari tertentu. Ada berbagai peraturan yang harus dipatuhi masyarakat. Pertama, kendaraan bermotor dilarang memasuki Malioboro dan harus mengikuti pengalihan jalan. Perkecualian diberikan pada TransJogja, kendaraan nggak bermotor seperti sepeda, kendaraan emergency, dan kendaraan petugas yang sedang bekerja di sana.
Selain itu, pesepeda hanya boleh melintasi Malioboro, tetapi nggak boleh berhenti maupun parkir. Para pengunjung yang berjalan kaki juga wajib mematuhi protokol kesehatan selama pandemi. Mereka harus menggunakan trotoar sebelah timur untuk menuju ke bagian selatan Maliboro, sedangkan trotoar di sebelah barat khusus untuk pengunjung yang hendak ke bagian utara Malioboro. Peraturan ini penting untuk mencegah kerumunan selama uji coba berlangsung.
ADVERTISEMENTS
Seandainya uji coba ini berhasil, Malioboro akan diubah permanen menjadi kawasan pejalan kaki. Kondisinya bakal lebih tenang dan asri!
Kalau Malioboro bebas dari sebagian besar kendaraan bermotor, kawasan ini bakal lebih tenang. Para pengunjung bisa fokus menikmati suasana di sana. Apalagi selama beberapa tahun terakhir, pemerintah sudah memperbaiki trotoar di Malioboro sehingga menjadi lebih luas dan nyaman. Ada pula berbagai tempat duduk yang bisa digunakan untuk istirahat kalau capek.
Seandainya para pengunjung ingin berpindah tempat agak jauh, mereka bisa naik TransJogja yang memiliki tiga halte di sepanjang ruas Jalan Malioboro. Ada pula becak yang dikayuh secara manual dan andong yang ditarik kuda. Wuih, pasti asyik nih seandainya Malioboro diubah permanen jadi kawasan pejalan kaki!
ADVERTISEMENTS
Namun, nasib para pedagang di Malioboro perlu diperhatikan. Banyak PKL mengeluhkan omzetnya menurun drastis pada hari pertama uji coba ini
Para pedagang toko, PKL, maupun lesehan tetap boleh berjualan di Malioboro selama uji coba. Mereka juga harus mengikuti peraturan. Bongkar muat barang untuk toko hanya boleh dilakukan pukul 22.00 – 06.00 WIB. Sedangkan untuk bongkar muat barang PKL dan lesehan, para penjual bisa mengakses jalan-jalan tembusan kecil di Malioboro. Meskipun begitu, banyak pedagang mengeluhkan omzet mereka turun drastis sampai 70% saat uji coba kawasan pedestrian sebagaimana dilansir dari laman Kompas.
Salah satu isu yang dikhawatirkan oleh para pedagang adalah tidak adanya penambahan kantong-kantong parkir untuk menampung kendaraan bermotor pengunjung. Jika tidak ditambahkan, itu sama saja mematikan usaha pedagang di Malioboro. Mari kita ikuti perkembangan perubahan Malioboro.