Bali sering disebut-sebut sebagai surganya pariwisata yang sangat terkenal hingga mancanegara. Nyatanya di Bali nggak hanya ada berbagai wisata alam yang memukau, tapi ada juga wisata kuliner dan budaya yang terkenal unik. Bahkan berbagai tradisi budaya yang sudah turun temurun hanya bisa ditemukan di Bali. Selain, budaya dalam hal kesenian, Bali juga punya budaya yang sangat mengakar di sistem pertanian tradisionalnya. Sebut saja subak, atau dikenal dengan sistem perairaan khas Bali.
Subak sebagai sistem perairan di Bali mungkin bukan hal yang asing lagi, karena sudah kita kenal melalui pelajaran di sekolah. Namun, tahukah kamu tentang makna subak di Bali? Yap, subak ternyata bukan sekadar sistem perairan biasa yang digunakan petani tradisional. Makna subak di Bali ternyata menyiman cerita budaya, agama dan memiliki nilai filosofi yang dalam. Yuk, simak ulasan berikut tentang makna subak di Bali yang bisa membuatmu penasaran dan ingin melihatnya secara langsung!
ADVERTISEMENTS
Subak berasal dari bahasa Bali yang berarti sealiran. Subak sudah dikenal oleh masyarakat Bali sejak tahun 1071 masehi
Subak diperkirakan sudah menjadi bagian dari pertanian di Bali sejak tahun 800-an masehi. Berdasarkan jejak peninggalan Raja Anak Wungsu melalui prasasti Pandak Bandung, subak disebut dengan kata “suwak”. Sementara itu, pada prasasti Banjar Celepik Tojan Klungkung, wilayah subak disebut dengan kata “kasuwakan”. Sejak zaman dahulu subak menjadi satu-satunya sistem perairan bagi sawah-sawah petani terutama di desa Jatiluwih, Tabanan, Bali. Pada sistem subak, setiap petani berhak atas bendungan air, parit, dan saluran air dari sumber mata air menuju lahan pertanian. Aturan yang digunakan dalam sistem subak berasaskan keadilan, sehingga setiap petani mendapat jatah air yang sama berdasarkan luas petak sawah.
Subak di Jatiluwih memiliki luas lebih dari 400 hektar dan dikelola oleh 1200 petani. Selain sebagai sistem perairan yang dinilai paling adil, subak menggambarkan kehidupan masyarakat Bali yang damai, rukun dan saling bergotong royong. Jika berkunjung ke subak, kamu akan disuguhi pemandangan terasiring sawah yang belekuk-lekuk, luas dan berbukit-bukit. Nggak heran jika subak juga menjadi salah satu destinasi wisata alam yang banyak diminati wisatawan.
ADVERTISEMENTS
Subak merupakan refleksi dari filosofi Bali kuno yakni Tri Hita Karana yang berarti tiga penyebab kesejahteraan
Berdasarkan filosofi tersebut, subak menggambarkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam atau lingkungannya. Dalam mewujudkan hubungan antara manusia dan Tuhan, masyarakat bali membangun pure kecil di setiap sudut subak dan di sekitar sawah. Sementara itu, dalam mewujudkan hubungan manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan sistem gotong royong antar petani dalam membangun dan mengelola subak.
Kemudian dalam mewujudkan hubungan manusia dengan lingkungan diwujudkan dengan kegiatan petani yang harus bermanfaat untuk lingkungan, tanpa merusak alam dan memberikan dampak yang baik bagi lingkungan. Misalnya, sistem terasiring yang dibangun bertujuan untuk menjaga lingkungan supaya nggak mudah longsor dan memudahkan kebutuhan masyarakat dalam melakukan berbagai upacara adat. Nilai budaya dan filosofi subak inilah yang membuat subak berbeda dari sistem irigasi lainnya.
ADVERTISEMENTS
Berkat nilai budaya dan manfaatnya bagi masyarakat, subak diakui UNESCO sebaga warisan dunia sejak 2012
Subak bagi masyarakat Bali merupakan tradisi turun temurun yang mampu menjaga keselarasan alam dan manusia. Hal inilah yang membuat subak di Jatiluwih ditetapkan sebagai warisan dunia bidang Cultural Landscape pada sidang UNESCO ke-36 di St Petersburg, Rusia pada 29 Juni 2012. Selian itu, Google Doodle juga pernah menampilkan subak di Bali, lo. Google Doodle yang ditampilkan pada 29 Juni 2020 tersebut bertujuan untuk memperingari ditetapkannya subak sebagai warisan budaya dunia.
Dilansir dari Google Doodel, ilustrasi subak di Jatiluwih, Tabanan, Bali tersebut merupakan karya Hana Augustine. Melaui Instagram pribadinya, Hana mengungkapkan bahwa karyanya tersebut ia dedikasikan untuk para petani yang telah bekerja keras menjaga warisan budaya bangsa. Bagi Hana, warisan budaya tersebut nggak bisa bertahan tanpa kerja keras para petani di Bali. Wah, keren ya! Apakah kamu pernah berkunjung ke subak di Bali? Bagaimana menurutmu?