Kabar duka kembali terdengar dari gunung Rinjani. Setelah pada September 2016 kemarin terdengar kabar bahwa Rinjani meletus, kini kabar tak duka terdengar lagi. Rabu (9/11) pagi tadi, ada kabar soal ditemukannya sesosok mayat pendaki yang mengapung di pemandian Aik Kalak, Rinjani. Sebuah pemandian air panas yang pada Mei kemarin juga sudah merenggut nyawa seorang pendaki wanita bernama Ike.
Semoga lain kali tak ada lagi tragedi seperti ini di Rinjani.
ADVERTISEMENTS
Rabu pagi tadi pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menerima laporan soal adanya pendaki Malaysia yang meninggal. Tenggelam di pemandian Aik Kalak…
“Kami dapat informasi dari masyarakat, sekarang korban dalam proses evakuasi,” kata Kepala Resort Senaru, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Gusti Ketut Suarta, Rabu (9/11).
Baru pagi tadi ada laporan yang masuk kepada pengelola Balai Taman Nasional Gunung Rinjani soal kabar meninggalnya salah seorang pendaki. Iya, seorang pendaki laki-laki tersebut dikabarkan meregang nyawa saat ia mandi di pemandian air panas Aik Kalak, Rinjani. Mendaki melalui jalur Sembalun, Ng Yin Teck (24) ditemani porter dan dua orang pendaki lain beristirahat dan mandi di Aik Kalak.
Menurut keterangan saksi, korban bersama rombongan mandi di pemandian air panas pada Selasa (8/11) pukul 12.30 WITA. Nahasnya, korban yang menyelam ke dalam air tak kunjung terlihat ke permukaan. Seluruh rombongan pun panik dibuatnya.
Pada pukul 19.00 WITA korban ditemukan mengapung dalam kondisi tak bernyawa. Kini Tim SAR dibantu masyarakat Senaru sedang berusaha mengevakuasi jenazah tersebut. Dan evakuasi ke mata air panas adalah evakuasi yang membutuhkan waktu panjang.
ADVERTISEMENTS
Padahal seluruh pendakian ke Rinjani sudah resmi ditutup per September 2016 silam. Karena nekat mendaki, Ng Yin Teck, meregang nyawa di sana
Kematian dari Ng Yin Teck sendiri sangat disayangkan. Entah apa yang dipikirkan pria asal Malaysia berpaspor A32571227 ini. Ia dan beberapa orang lain nekat mendaki Rinjani meski Rinjani tengah berada dalam situasi waspada dampak dari erupsi beberapa waktu lalu. Hal yang aneh, kenapa kok ada pemandu dan porter yang mengantarkan dia. Nah, hal ini yang tentunya perlu ditelusuri kenapa hal tersebut bisa terjadi.
Per September 2016 lalu, seluruh jalur pendakian Rinjani sudah ditutup tanpa terkecuali. Lantas kenapa Ng Yin Teck dan pendaki lain tetap nekat mendaki? Padahal larangan keras sudah diberitakan oleh pihak pengelola Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Sebuah kesalahan fatal yang harus dibayar mahal!
Kenekatan yang dilakukan pendaki asal Malaysia ini akhirnya berujung tragis. Rinjani yang tengah tak tenang menjadi tempatnya menghembuskan nafas terakhir.
ADVERTISEMENTS
Hal serupa juga pernah terjadi pada kasus Ike. Ia juga menghembuskan nafas terakhirnya saat mandi di pemandian air panas yang satu ini
Jika kita mau melihat sejenak ke belakang. Aik Kalak sejatinya juga sudah pernah merenggut nyawa sebelumnya. Adalah Ike Susesta Adelia (26), pendaki wanita asal Palembang yang mengembuskan napas terakhirnya di sana.
Setelah dilaporkan hilang oleh teman-temannya, jenazah Ike akhirnya ditemukan mengapung di pemandian air panas ini. Menurut penuturan rekan-rekannya yang juga turut mandi di sana, seperti ada kekuatan — entah apa itu — yang menarik mereka agar tenggelam. Beberapa berhasil meloloskan diri. Namun nahas bagi Ike. Ia tak kuat dan terseret arus masuk ke dalam Aik Kalak.
Apa mungkin ini juga yang terjadi kepada Ng Yin Teck? Kita belum tahu pastinya…
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Dari dua kasus ini kita harus belajar, bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam melaukan pendakian. Semoga kabar duka ini yang terakhir kita dengarkan…
Rinjani dan Aik Kalak memang mempunyai keindahan tersendiri. Ia punya pesona yang mampu membuat siapapun berdecak kagum dan ingin menikmati indahnya. Namun bukan berarti kita harus gegabah dalam melakukan pendakian. Kasus Ng Yin Teck dan Ike Susesta Adelia harus kita jadikan pelajaran. Mereka berdua meningal ketika tengah menikmati indahnya Rinjani yang suci itu.
Berkaca dari kasus Ng Yin Teck dan beberapa kasus lain, pendakian ilegal sudah sering memakan korban jiwa. Dari sana, harusnya kita sadar. Bahwa kita harus mengikuti aturan yang ada. Jangan lupa mendaftar ke pos jaga, supaya kalau ada apa-apa mereka bisa dengan mudah membantu kita. Pun demikian dengan jalur pendakian yang dipilih. Jangan sembrono dan sok berani dengan memilih jalur ilegal yang tak diakui. Selain karena akan menyulitkanmu sendiri, pihak pengelola dan tim SAR juga akan kesusahan menemukanmu kalau sampai ada hal nahas terjadi!
Semoga kematian Ng Yin Teck jadi yang terakhir di Rinjani. Semoga ke depannya, kita bisa lebih dewasa dalam melihat pendakian. Tetap mementingkan keselamatan dan aturan daripada sekadar gengsi yang sok-sokan.