Pimpinan Pondok Pesantren Attolibiyah, Mobok Karsih, Bumijawa, Tegal, heran karena salah seorang santrinya, Ahmad Sulaiman, tidak berada di pesantren selama kurang lebih sebulan. Pihak pesantren berpikir Ahmad pulang ke rumah. Namun karena suatu hal administrasi, pihak pondok pun akhirnya mendatangi rumah orang tua Ahmad tak jauh dari pondok pesantren.
Orang tua Ahmad Sulaiman juga heran dengan kedatangan utusan pondok ketika mereka menanyakan keberadaan Ahmad. Orang tuanya berpikir Ahmad sedang di pondok, sementara pihak pondok mengira Ahmad liburan di rumah. Mereka sama-sama bingung, ke mana sebenarnya Ahmad Sulaiman yang masih berusia 19 tahun ini?
Dia ternyata mendaki Gunung Slamet sebulan lalu.
ADVERTISEMENTS
21 November 2018, Ahmad mendaki Gunung Slamet bersama ketiga temannya. Mereka berangkat dengan jumlah 4 orang namun hanya tiga yang kembali
Kepanikan muncul antara orang tua Ahmad dan pihak pesantren. Mereka kemudian menggali informasi, termasuk kepada teman-temannya di pesantren. Setelah dilakukan investigasi, muncul pengakuan dari tiga orang teman Ahmad. Ketiganya adalah Muhammad Imam As’ari, Muhammad Jefri Trimulyana dan Ahmad Fadil Izulhaq pada tanggal 25 Desember. Mereka mengaku kalau sebulan sebelumnya, tepatnya pada 21 November, mereka bertiga bersama Ahmad Sulaiman mendaki Gunung Slamet.
Ahmad dan ketiga temannya mendaki Gunung pada hari Rabu, tanggal 21 November 2018. Empat santri Pesantren Attolibiyah ini melalui jalur pendakian Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Mereka masuk begitu saja dan tidak izin mendaki kepada petugas pendakian Pos Bambangan.
Berdasarkan informasi ketiga temannya tersebut, saat itu mereka memulai pendakian pada sekitar pukul 13.00 WIB. Mereka mendaki untuk menuju ke pos 9 Gunung Slamet. Setibanya di pos 9, mereka berempat memutuskan untuk langsung turun dengan jalur pendakian yang sama. Entah apa alasannya mereka turun waktu itu. Namun sampai di Pos 7, mereka tersesat dan tidak menemukan jalur kembali. Karena kelelahan dan sudah kemalaman, mereka lalu tidur di sana.
Di pagi harinya, tepatnya pada pukul 06.30 WIB, mereka tidak melihat Ahmad Sulaiman. Dengan tenaga yang tersisa mereka mencarinya namun tak ketemu juga. Mereka bertiga lalu turun namun konyolnya tidak mencari pertolongan. Kronologis kejadian yang mereka gambarkan tak begitu jelas. Ada banyak pertanyaan yang mengganjal. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan.
Upaya evakuasi pun segera dilakukan untuk mencari Ahmad. Benar saja, mayat Ahmad Sulaiman ditemukan tak jauh dari anakan Sungai Pelus, Gunung Slamet
Dari laporan 3 temannya tadi, evakuasi segera dilakukan oleh tim SAR gabungan untuk mencari keberadaan Ahmad Sulaiman. Pencarian dimulai satu hari setelah adanya laporan hilangnya Ahmad. Di catatan Pos Bambangan sendiri tidak ada nama Ahmad Sulaiman karena mereka masuk gunung secara ilegal.
Tim SAR melakukan pencarian pada tanggal 26 Desember pukul 08.15 WIB dan berhasil menemukan jenazah Ahmad Sulaiman. Nahas, tubuhnya sudah tidak berbentuk dan tinggal kerangka saja. Setelah dievakuasi selama 5 jam, jenazah Ahmad akhirnya sampai di RSÂ Margono Soekardjo Purwokerto untuk dilakukan pemeriksaan oleh Polres Banyumas.
Apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal 21 November lalu? Bagaimana bisa tiga orang teman meninggalkan Ahmad seorang diri di atas gunung Slamet?
Kematian Ahmad masih menyisakan misteri. Bagaimana bisa 3 orang temannya meninggalkan Ahmad seorang diri di gunung? Kenapa mereka tidak melapor ke pos pendakian bahwa ada teman mereka yang hilang? Ada kejadian apa sehingga mereka tiba-tiba turun dari pos 9 padahal puncak sudah dekat? Lalu kenapa mereka tidak memberitahu pondok atau orang tua Ahmad? Banyak sekali pertanyaan atas kejadian ini yang belum terjawab.
Pentingnya pendakian berkelompok adalah adanya kerja sama dan saling membantu antar teman pendakian. Jangan sampai berangkat 4 orang turun 3 orang. Pun dalam membawa perlengkapan dan bekal. Bisa sharing antar teman jika ada yang kekurangan. Kalau ada yang hilang? Ya harus dicari, kalau tidak ketemu maka ada yang turun mencari bantuan. Itu prinsip dasar pendakian. Bukan malah turun semua dan kabur pulang. Sebulan tidak melaporkan hal tersebut, apa mereka tidak berempati terhadap temannya sendiri? Apa mungkin karena mereka takut bakal dimarahi karena masuk gunung secara ilegal dan meninggalkan temannya?
Kejadian ini menunjukkan bahwa karakter seseorang bisa terlihat aslinya saat melakukan pendakian. Untuk itu, ajaklah teman yang betul-betul akan menolongmu jika suatu saat terjadi kesulitan. Untuk Ahmad Sulaiman, semoga kamu tenang di atas sana dan maafkanlah teman-temanmu itu. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang kembali di kemudian hari.