Pandemi Covid-19 dengan cepat membuat aktivitas berpindah ke ruang-ruang virtual. Nggak terkecuali untuk perayaan tradisi, ritual keagamaan, dan budaya yang nggak bisa ditinggalkan begitu saja. Dengan kata lain, aktivitas virtual menjadi keniscayaan.
Kendati demikian, nggak sedikit orang yang sangsi jika harus melakukan perayaan tradisi secara virtual. Setidaknya kekhawatiran mereka adalah suasana yang rikuh dan tak meriah sebagaimana biasanya.
Philippine Department of Tourism (PDOT) tampaknya berhasil menepis keraguan tersebut lewat ‘Fiesta Filipinas’. Pasalnya, kegiatan virtual yang suguhkan Festival Sinulog, Festival Ati-Atihan, dan Festival Dinagyang pada Sabtu (20/2/2021) ini berhasil mengeksekusi perayaan tradisi secara virtual dengan pengalaman mendekati nyata.
ADVERTISEMENTS
Festival Sinulog, Ati-Atihan, dan Dinagyang didasarkan pada spiritualitas Katolik di Filipina
Tiga festival yang dikemas PDOT ke dalam kegiatan bertajuk Fiesta Filipinas ini adalah sebuah perayaan yang saling terpaut, dan didasarkan pada spiritualitas Katolik serta pengaruh bangsa Spanyol di Filipina.
Benang merah dari masing-masing festival yang dirayakan penduduk wilayah Visaya, meliputi Kota Cebu, Aklan, dan Iloilo ini adalah penghormatan kepada para santo pelindung, dan berbagai acara tradisi yang telah menyatukan komunitas masyarakat.
Festival Sinulog, misalnya, diadakan untuk menghormati Santo Nino (bayi Yesus). Festival termegah dan terpopuler di Cebu ini biasanya berlangsung pada hari Minggu ketiga Januari setiap tahunnya, dengan kemeriahan parade dan atribut meriah, kuliner, hingga berbagai macam kompetisi.
Festival Ati-Atihan juga sama, dimaksudkan sebagai penghormatan bagi Santo Nino. Ciri khas festival ini adalah suku-suku yang berparade dengan tubuh berjelaga. Akan tetapi, sejarah mencatat kalau Festival Ati-Atihan yang kini diselenggarakan selama dua minggu mulai hari Minggu ketiga Januari di Kota Aklan dan Kalibo ini, sudah ada sejak tahun 1200AD. Terdapat banyak versi kisah yang menceritakan asal mula festival yang dijuluki ‘The Mother of All Philippine Festivals’ ini.
Masih didasarkan kepada Santo Nino, Festival Dinagyang adalah festival yang menelusuri sejarah pengabdian Bayi Kudus Yesus. Lewat festival ini masyarakat merefleksikan cara hidup suku asli Ilonggo. Selain itu, Festival Dinagyang yang diadakan pada hari Minggu keempat Januari di Kota Iloilo ini juga dimaksudkan sebagai peringatan kedatangan para pemukim Melayu, dan barter legendaris Pulau Panau yang dipopulerkan penduduk Ati.
ADVERTISEMENTS
Tiga festival besar Filipina di dalam ruang virtual yang imersif
Kemeriahan yang dapat dibayangkan dari tiga festival di atas, dengan apik berhasil dipindahkan PDOT ke dalam format virtual. Pengunjung festival virtual dari berbagai belahan dunia nggak cuma disuguhkan potongan-potongan video kemeriahan pesta sebagaimana acara virtual lainnya.
Dalam Fiesta Filipinas, pengunjung yang dapat menyaksikan festival via Zoom, YouTube, atau Facebook akan merasakan pengalaman mengunjungi Filipina berikut festival-festivalnya dengan sensasi mendekati nyata.
Pada sesi awal festival, pengunjung diajak berkeling dari satu destinasi ke destinasi terkenal di Cebu. Di antaranya ke Magellan’s Cross yang dikenal sebagai titik lahirnya Kekristenan di Filipina, Basillica Minore Del Sto. Nino, Colon Street sebagai tempat bermacam festival biasa digelar, hingga kulineran di Maribago Beach.
Setelah mengintip beberapa destinasi terkenal di Cebu, pengunjung festival diajak untuk mengikuti lokakarya DIY Fiesta Headdress, sebuah aksesoris kepala ikonik dari Festival Sinulog, Ati-Atihan, dan Dinagyang yang biasa dikenakan pengunjung dan peserta festival.
PDOT juga mengirimkan paket spesial yang oleh masyarakat Filipina disebut pasalubong, kepada beberapa pengunjung festival yang beruntung. Paket tersebut berisi DIY Kit Fiesta Headdress, camilan populer Filipina mulai dari bischocho, dried mangoes, minuman ringan malunggay iced tea, dan suvenir berupa tempelan kulkas.
Pengalaman mencicipi camilan khas dan membawa pulang suvenir, sebagaimana bisa kamu rasakan jika datang langsung ke Filipina, dikemas dengan apik oleh Fiesta Filipinas lewat pasalubong tersebut.
Hanya itu? Enggak. Keseruan festival masih berlanjut. Setelah mencicipi camilan nikmat dan Fiesta Headdress siap untuk dikenakan, pengunjung festival diajak untuk mengunjungi festival lewat imajinasi dalam sesi ‘Sinulog, Ati-Atihan and Dinagyang Festival: The Audio Experience’.
Pada sesi tersebut, pengunjung festival yang disarankan menggunakan earphone disuguhkan berbagai macam suara yang menggambarkan suasana Filipina di tengah kemeriahan festival besar.
Narator pada audio experience tersebut berperan bak tour guide pribadi yang menjelaskan setiap detail. Segala macam suara alami muncul. Mulai dari langkah kaki menuju hotel, ASMR mencicipi camilan, suara jendela yang dibuka, hingga riuh rendah kerumunan orang.
Puncaknya adalah ketika musik khas Festival Sinulog melantun meriah, lalu berganti musik Festival Ati-Atihan, kemudian berganti musik Festival Dinagyang. Semua pengunjung festival yang terpisah jarak dari tempat masing-masing seakan ditempatkan tepat di tengah-tengah kemeriahan festival.
Secara keseluruhan, Fiesta Filipinas di Indonesia yang merupakan proyek kerja sama antara Kedutaan Besar Filipina di Jakarta melalui DFA dengan PDOT, dan Komisi Nasional Kebudayaan dan Seni ini berhasil menuyuguhkan festival virtual yang apik, dengan tidak hanya berfokus pada aspek artistik melainkan juga edukasi tradisi budaya.
Pengalaman imersif menyaksikan tiga festival meriah ini hanyalah satu dari sekian rangkaian besar ‘Fiesta Filipinas: An Online Celebration of Philippine Festivals’ yang diawali dengan Giant Lantern Festival pada Desember 2020 lalu, hingga nanti berakhir pada Mei 2021.
Nah, kalau kamu penasaran dengan keseruan Fiesta Filipinas yang suguhkan pengalaman imersif, atau aktivasi Fiesta Filipinas: An Online Celebration of Philippine Festivals ke depannya, bisa mampir ke akun YouTube dan Facebook DFA Philippines, atau ke Instagram PDOT Indonesia.