Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat akan segera merealisasikan pembangunan kereta gantung di Gunung Rinjani. Sempat menuai polemik bertahun-tahun, wacana pembangunan kereta gantung jalan terus. Gubernur NTB Zulkiflimansyah pun menanggapi positif penawaran investor untuk membangun kereta gantung di Taman Nasional Gunung Rinjani.
Berhubung tahun 2021 bakal digelar MotoGP di Mandalika, Lombok, maka kereta gantung ini ditargetkan selesai sebelum event prestisius tersebut. Berikut ini ulasan tentang pembangunan kereta gantung di Rinjani. Kamu setuju nggak nih?
ADVERTISEMENTS
Kereta gantung dengan panjang 10 kilometer itu akan dibangun dari Karang Sidemen, Kecamatan Batu Kliang Utara, Lombok Tengah menuju kawasan hutan lindung pada bagian atasnya.
“Senang menerima investor yg berencana membangun kereta gantung di Rinjani.
Mudah2an rencana ini bisa segera jadi nyata.
Sehingga yg tak kuat mendaki bisa menikmati keelokan rinjani dari atas.
Bersahabat dan ramah pada investor tak identik dgn menggadaikan kemuliaan dan kedaulatan kita.
Kita membutuhkan investasi tapi kita tetap menjadi Tuan bagi tanah kita sendiri.
Kita memang tak boleh hanya jadi penonton.”
IG @zulkiflimansyah
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkiflimansyah mengatakan bahwa sudah ada investor yang bersedia membangun kereta gantung di Gunung Rinjani. Dia menyatakan bahwa nantinya Rinjani bisa dinikmati oleh orang yang tidak kuat mendaki sekalipun. Targetnya, kereta gantung ini bisa beroperasi sebelum pelaksanaan MotoGP tahun 2021 mendatang. Memang ada pro kontra, namun diharapkan polemik ini tidak menghentikan investasi melainkan perlu sosialiasasi yang lebih menyeluruh kepada masyarakat.
ADVERTISEMENTS
Apakah kereta gantung akan merusak alam seperti diklaim para aktivis lingkungan? Begini jawaban Kepala Dinas LHK NTB
Dilansir dari Suara NTB, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, Ir. Madani Mukarom, B.Sc.F, M. Si menambahkan pembangunan kereta gantung tidak akan merusak hutan atau ekosistem yang ada. Hal ini dikarenakan tinggi kereta gantung tersebut sekitar 60 meter. Sementara itu, tinggi pohon yang ada di hutan yang dilalui antara 20-30 meter. Diharapkan pembuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan perizinan lainnya dapat bisa tuntas tiga bulan.
Madani juga mengatakan bahwa pembangunan kereta gantung ini tidak berada di zona inti Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Kawasan Plawangan, Danau Segara Anak dan Puncak Rinjani merupakan zona inti TNGR dan dilarang mambangun di sana. Berdasarkan hasil survei Dinas LHK dan Pemkab Loteng, diketahui bahwa dari tempat pemberhentian kereta gantung menuju bibir Danau Segara Anak atau Pelawangan Barat kondisi kemiringannya cukup landai, dan dapat ditempuh dengan jalan kaki 3-4 jam. Sehingga jalur ini cocok untuk para orang tua atau lansia. Sehingga keberadaan kereta gantung ini dapat membantu para orang tua atau lansia yang ingin menikmati Dana Segara Anak. Lalu keberadaan porter tidak serta merta hilang namun bisa ditugaskan di kereta gantung.
ADVERTISEMENTS
Bagaimana menyikapi pro kontra pembangunan kereta gantung? Simak ulasan perdebatan di bawah ini
- Banyak pendaki yang bilang bahwa pembangunan kereta gantung akan merusak lingkungan? Sudah dijelaskan jika pembangunan kereta ini tidak akan menyentuh zona inti dan ketinggiannya lebih tinggi dari vegetasi.
- Banyak yang kontra juga dengan kereta gantung dengan alasan emosional, ya kalau mendaki gunung pakai kereta apa sensasinya? Ya kan yang bilang seperti itu yang kuat mendaki. Bagi yang tidak kuat, masa nggak boleh menikmati keindahan Rinjani? Silakan dong kalau mau mendaki.
- Lalu ada tudingan lain jika porter akan kehilangan pekerjaannya. Ya kalau para pendaki sudah tidak mendaki ke Rinjani baru porter kehilangan pekerjaannya. Mau ada kereta gantung atau nggak, pendaki Rinjani tetap ada. Bahkan porter juga dipekerjakan untuk membantu pengunjung dari kereta gantung turun ke Segara Anak.
- Banyak sampah nantinya kalau ada kereta gantung. Lha sekarang aja sampahnya banyak banget. Dari siapa sampah berasal? Dari pendaki sendiri.
- Di gunung tidak boleh dibangun apapun. Kalau ini sesat pikir sih. Sebenarnya akan lebih baik jika ada shelter keselematan buat pendaki di Rinjani. Di mana kamu bisa temukan hal tersebut di gunung-gunung luar negeri macam Kinabalu, Annapurna bahkan Everest sekalipun. Hal ini karena banyak pendaki meninggal di gunung karena faktor cuaca, badai, kelaparan dst dan tidak ada shelter berlindung.
Ada opini lain? Silakan tulis din kolom komentar ya.