“Buk, minggu depan izin mau naik Semeru, ya?”
“Nggak! Jangan jalan-jalan terus, nak. Pikirin masa depanmu…”
“Lah? Oji mikirin masa depan juga kok, Buk”
“Halah… Wong jalan-jalan terus gitu, kok!”
“Serius, buk. Oji juga udah punya pandangan kok soal masa depan”
“Ibuk ndak percaya. Orang kamu main terus gitu, kok”
“Haaiissshh….”
Kamu yang traveler pasti paham betul dengan hal tersebut. Ya, traveler memang sering dianggap sebagai bocah-bocah nggak karuan yang nggak punya pandangan apa-apa soal masa depan. Orang-orang menganggapmu pribadi yang hanya bisa bermain-main tanpa berpikir masa depanmu nanti.
Sedih nggak sih? Ketika hobi yang kamu anggap bagian dari dirimu hanya dipandang sebelah mata, batinmu ingin berontak. Iya, traveler memang terlihat selow dan santai menghadapi hari-harinya. Namun bukan berarti kami nggak mikirin masa depan!
ADVERTISEMENTS
Kata siapa traveler tak memikirkan masa depan? Buktinya kami tak pernah meninggalkan kewajiban di kuliahan, kan?
Traveling adalah kegiatan yang memakan banyak waktu. Mendaki gunung misalnya, bisa sampai berhari-hari demi mencapai puncak dan kemudian turun membawa banyak cerita. Meski begitu, kami tak pernah tuh meninggalkan kewajiban begitu saja.
Kami sadar traveling pasti menghabiskan banyak waktu, karenanya kami sudah berpikir keras mencari timing yang pas untuk jalan-jalan. Meski traveling, namun urusan kuliah tetap berjalan beriringan. Jangan kira kami cuma ingin bersenang-senang. Semuanya sudah kami pikir dengan matang sehingga tak mengganggu kewajiban di bangku kuliahan.
ADVERTISEMENTS
Kami tetap memikirkan masa depan, kok. Tapi ya, sambil jalan-jalan menikmati pemandangan alam
Iya, mungkin kami terlihat santai dan selow banget menghadapi hari-hari. Untuk urusan jalan-jalan, bahkan mungkin sebulan sekali kami pasti menyempatkan untuk tertawa menikmati pesona alam. Tapi itu justru cara kami agar bisa berpikir dengan tenang.
Nyatanya, berada di lingkungan kampus terus menerus malah akan membuat kami susah berpikir jernih. Ada banyak tekanan dari kiri, kanan, depan dan belakang yang mempengaruhi keputusan kami. Hasilnya, keputusan menyangkut masa depan yang kami ambil malah akan terkesan meragukan dan kurang pas dengan potensi diri.
ADVERTISEMENTS
Nah, jalan-jalan bukan berarti kami tak serius, namun traveling adalah cara kami agar bisa berpikir jernih soal masa depan
Karena itu kami traveling sekali waktu. Susah berpikir dalam lingkungan sehari-hari, kami lari ke alam untuk menemukan ketenangan hati. Alam memiliki pesona istimewa yang mampu memberikan kesan sunyi dan tenang. Di alam bebas kami juga bisa berpikir bebas. Tanpa ada pengaruh dari lingkungan yang membebani, kami bisa tenang dan yakin memikirkan soal masa depan.
ADVERTISEMENTS
Bagi kami, traveling bukan sekadar bermain-main. Dari traveling kami juga belajar banyak hal. Hal penting yang akan berguna di masa depan
“Halah… Alasan. Bilang aja traveling cuma ingin main-main doang”
“Ya, nggak gitu juga…”
Mungkin banyak yang menganggap traveling hanya sekadar bermain-main saja. Orang-orang menganggap kami, traveler, hanya orang-orang yang ingin menikmati dunia tanpa mau berpikir soal masa depan. Padahal nyatanya dari traveling itu kami belajar banyak hal.
Mulai dari belajar menghargai alam, belajar lebih percaya diri dengan kemampuan pribadi, belajar menikmati hidup hingga belajar menjadi orang yang berpemikiran terbuka. Kalau kami nggak traveling, mana bisa kami menjadi sosok seperti ini? Bukankah sifat-sifat yang kami dapat dari traveling itu juga nantinya akan menunjang karir dan masa depan? 🙂
ADVERTISEMENTS
Dari traveling juga kami punya banyak koneksi. Bukankah pekerjaan bisa datang dari relasi?
Pun demikian juga dengan urusan relasi. Salah satu hal yang membuat kami mencintai traveling adalah karena traveling mendorong interaksi antar traveler. Duduk di alam terbuka beratapkan bintang-bintang dan bulan sambil berbagi cerita dengan traveler lain adalah sebuah kenikmatan tiada tara.
Hal itu menimbulkan kedekatan diantara para traveler. Memiliki tujuan dan visi yang sama, cerita yang dibagi sesama traveler memunculkan rasa saudara yang kuat. Hasilnya, kami bisa punya banyak relasi dari traveling. Nah, bukankah dari relasi nanti bisa dapat pekerjaan yang menunjang masa depan? Relasi dari traveling sangat berperan penting suatu saat nanti. Siapa menanam, ia mengetam bukan?
ADVERTISEMENTS
Tenang, kami pun mengejar masa depan dengan cara sendiri. Dari traveling bisa kok jadi pekerjaan tetap nanti
Kata siapa traveling nggak membantu masa depan?Sembari traveling, kami juga berpikir soal peluang bisnis yang bisa dilakukan. Banyak kok mereka yang bisa menata hidupnya dan berpenghasilan dari traveling.
Mulai dari menjadi guide travel, fotografer, menyewakan peralatan camp hingga membuka bisnis open trip terbukti memiliki peluang bisnis yang tinggi. Kalau kami nggak traveling, mana mungkin kami terpikir hal-hal tersebut? Kalau sudah begitu, mana yang katanya traveler itu tak peduli masa depannya?
Membangun sifat kepemimpinan, miliki rasa percaya diri hingga mempuku banyak relasi dari traveling membuktikan bahwa kami sebenarnya sudah berpikir soal masa depan. Hanya saja cara kami lebih santai dan menyenangkan jika dibandingkan orang kebanyakan. Iya, sifat kami memang terkesan selow, namun untuk urusan masa depan kami nggak seselow yang kalian bayangkan, kok. 🙂