Innalillahi. Berita duka datang dari perairan Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. 10 orang dinyatakan meninggal, dua luka-luka, dan lima masih menghilang akibat kapal tenggelam. Berikut kronologi kejadian nahas tersebut.
Sebuah kapal kayu angkutan penumpang atau pompong dari Tanjung Pinang tujuan Pulau Penyengat dinyatakan tenggelam pada Minggu (21/8) pukul 09.30 WIB
Kapal kayu itu membawa 17 orang pengemudi dan penumpang, yang terdiri dari satu pengemudi, dua anak-anak, dan 14 orang dewasa. Hingga kemarin, dilansir dari BBC, tim SAR gabungan berhasil menemukan 12 orang penumpang, dimana dua luka-luka dan 10 sudah meninggal dunia. Lima sisanya masih dalam pencarian. Semoga segera diketemukan.
Cuaca buruk di Pulau Penyengat diduga jadi penyebab tenggelamnya kapal. Angin kencang dan gelombang besarlah yang mengakibatkan banyak nyawa meregang
Tragedi berawal pada pukul 09.00 WIB, ketika sadar akan cuaca buruk dan angin puting beliung hadir di sekitar pulau Penyengat. 15 menit kemudian, hujan lebat dan ombak besar di laut antara Tanjungpinang dan pulau Penyengat. Tepat pukul 09.30, pompong yang dinahkodai Said Amarol dan 16 penumpang berlayar dari Tanjungpinang menuju Pulau Penyengat. Baru delapan menit berlayar, pompong pun tenggelam. Pukul 09.50 WIB, kapal Oceania yang berada di sekitarnya melempar pelampung. Namun, tak ada korban yang menangkap pelampung itu. Pukul 10.00 WIB, anggota korps marinir dan nelayan mulai berikan bantuan. 30 menit kemudian, proses evakuasi jenazah mulai ramai dilakukan.
Hingga kemarin, pencarian terhadap lima orang penumpang masih dilakukan oleh 200 personel gabungan yang terdiri dari, Basarnas, BPBD, Marinir TNI AL, Polisi Air, Tagana, Satpol PP, SKPD, masyarakat dan relawan
Ada sekitar 20 kapal dan 50 pompong dikerahkan untuk mencari korban yang hilang. Pasukan marinir juga melakukan penyelaman guna mencari korban tenggelam yang seluruhnya ialah wisatawan yang hendak menuju Pulau Penyengat. Dilansir dari metrotvnews, kepala Dinas Penerangan Lantamal IV Tanjungpinang, Mayor Josdy mengatakan, tim gabungan menambah armada untuk mencari lima korban yang masih dinyatakan hilang itu.
“Kami tambah tiga perahu karet, tiga kapal patroli, dan dua buah speedboat,” kata Mayor Josdy.
Dua speedboat disiagakan di bagian luar perairan untuk mengawasi posisi pergerakan arus jika sewaktu-waktu lima korban terbawa arus. Sedangkan sejumlah kapal dan perahu karet lainnya digunakan untuk menyisir sekitar koordinat lokasi tenggelamnya kapal.
Sepuluh penumpang yang tewas ditemukan terapung terbawa oleh ombak tak jauh dari lokasi kapal karam. Umumnya korban yang ditemukan ialah ibu-ibu dengan baju muslim panjang
“Saat kapal terbalik dan tenggelam, penumpang berusaha berenang dan diselamatkan pompong yang berada di sekitarnya. Sebagian penumpang tidak dapat berenang dan tenggelam terseret gelombang,” ungkap Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dilansir dari BBC.
Dua korban yang selamat langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Padahal, jarak antara Tanjungpinang menuju pulau Penyengat hanya 2-3 mil. Tapi kalau memang musibah, ya nggak bisa dinalar dengan bermacam logika. Ketika baru saja sampai di tengah perjalanan, kapal dihantam ombak sehingga air masuk ke lambung kapal dan membuatnya tenggelam.
Wawan, salah seorang penumpang dikabarkan sempat menelepon keluarga sebelum kapal yang ditumpanginya tenggelam. Semoga keluarganya ditabahkan
Dilansir dari tribunnews, Sara, keluarga wawan menuturkan, bahwa Wawan berniat pulang lantaran sedang libur kerja. Wawan merupakan pegawai honor DKP bagian pembersihan laut DKP Batam.
“Sebelumnya dia hubungin saya mau pulang ke Penyengat. Saya dapat kabar ada kapal pompong ke Penyengat tenggelam. Saat itu juga saya langsung cari info. Ternyata saudara saya ada disitu,” terang Sara.
Sebelumnya, akhir bulan Juli lalu, tanggal 24 tepatnya, ada kejadian serupa di perairan Johor, Malaysia. Kapal angkut warga negara Indonesia (WNI) yang jadi korbannya
Kala itu, kapal yang tenggelam diduga berlayar secara ilegal alias tidak resmi. Sebelumnya, kapal sempat mengalami mati mesin pada tanggal 23 Juli sekitar pukul 23.00. Kemudian, kapal dihempas oleh gelombang laut dan lantas tenggelam. Kejadian tersebut baru diketahui sejumlah nelayan pada keesokan harinya, 24 Juli sekitar pukul 05.00. Kapal sedang berada dalam perjalanan dari Johor menuju Batam dengan membawa 62 orang. Sebanyak delapan orang tewas, dan 34 lainnya selamat, sisanya masih dinyatakan hilang. Tentu saja sebagian besar ialah WNI.
Kamu bisa dapat pelajaran dari peristiwa ini kan? Manusia hanya bisa berencana dan berusaha, namun Tuhanlah yang jadi penentu dalam kehidupan. Hari gini kamu harus bisa berenang. Indonesia ini negara maritim, sebagian besarnya ialah perairan. Agak miris juga sebenernya, kalau orang bule yang nggak punya banyak perairan lebih jago berenang dibanding kita yang kanan-kiri-depan-belakang rumah ada kali. Semoga korban yang luka-luka segera pulih, semoga korban yang hilang segera ditemukan, semoga keluarga yang mendapati korban meninggal dunia ditabahkan.