Begu ganjang yang menghantui Sumatra Utara | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
*Kamis Mistis akan rutin menyapa kamu seminggu sekali. Kamu akan ditemani ulasan-ulasan menarik yang membuat bulu kuduk berdiri. Kalau sebelumnya orang Banyuwangi memberikan pengakuan soal betapa mistis kotanya, kini ada orang Sumatra Utara bicara tentang hantu begu ganjang yang sampai sekarang masih dipercaya jadi pembawa petaka 😱
Menyoal pesugihan, kita mungkin udah nggak asing dengan yang namanya babi ngepet dan tuyul. Dua makhluk ini dipakai dalam ritual pesugihan demi mendapatkan kekayaan dengan cara gaib. Meski masih simpang siur soal kebenarannya dan sulit pula untuk dibuktikan, toh kita masih sering mendengar kabar penemuan-penemuan kasus babi ngepet atau tuyul. Nggak jarang, kabar tersebut bahkan masuk pemberitaan.
Walaupun masih diliputi tanda tanya, tak sedikit orang yang menyakini keberadaan makhluk-makhluk mistis itu. Lewat bantuan lelembut, orang diyakini bisa mengumpulkan banyak uang. Sewaktu saya bercerita tentang kehebohan warga kampung karena isu babi ngepet di masa kecil, seorang teman nyeletuk kalau di kampung halamannya juga ada hantu dengan job desc sejenis. Sontak saya penasaran. Pasalnya, Dewi (nama samaran) ini berasal dari Sumatra Utara yang mungkin jenis hantunya berbeda dengan hantu dari tempat saya tinggal. Apalagi, sebelumnya saya pikir pesugihan hanya ada di Pulau Jawa.
“Bukan babi ngepet atau tuyul,” kata Dewi. Ia menyergah, tepat sebelum saya mengajukan pertanyaan.
“Kalau di tempatku, namanya begu ganjang,” lanjut Dewi. “Bukan cuma di Jawa, di Sumatra Utara terutama, hal-hal mistis kayak gitu masih ‘kental’ juga kok.”
Tak mau obrolan berhenti begitu saja. Saya tentu menuntut cerita yang lebih panjang. Apalagi saya sudah kadung dipenuhi rasa penasaran.
ADVERTISEMENTS
Sebuah kampung digemparkan oleh kabar seseorang yang dicurigai memelihara begu ganjang
Setelah menyelesaikan kuliah di Malang, Dewi kembali ke kampung halamannya, Kabupaten Labuan Batu. Meski lupa kapan tepatnya, Dewi masih ingat betul kejadian yang dilihatnya. Hari itu, ia hendak pergi ke kota. Ketika melewati sebuah kampung di kecamatan Ajamu, ia melihat kerumunan orang dari jauh. Walaupun cuma sekilas, ia mendengar kabar kalau seseorang dicurigai memelihara begu ganjang.
“Soalnya rame parah, kayak lagi nonton konser. Heboh di Facebook juga sih. Sampai diamankan ke kantor polisi karena takut diamuk massa,” ungkap Dewi, saat dihubungi Hipwee Premium, Rabu (15/9).
Di tanah kelahirannya, begu ganjang menjadi hantu yang ditakuti. Menurut Dewi, hampir seluruh orang di wilayah Sumatra Utara mengetahui apa itu begu ganjang. Sosok ini diceritakan secara turun temurun sebagai hantu yang berbentuk manusia atau iblis yang sangat tinggi. Saat melihat begu ganjang, nyali manusia bisa menciut kayak siput dan dipastikan lari terbirit-birit. Semakin dilihat ke atas, tingginya semakin bertambah. Setelah itu, orang yang pernah melihat begu ganjang (sigumoang) akan jatuh sakit atau tertimpa musibah lain yang berujung kematian tanpa sebab. Hiii, serem~
Dalam cerita versi lain, begu ganjang memiliki tinggi seperti pohon enau dengan gigi tajam mirip gergaji, makanya disebut juga sebagai hantu tinggi yang ‘memakan’ nyawa manusia. Hantu ini bisa menyerupai laki-laki atau perempuan. Ketika melihat manusia, ia bisa mencekiknya sampai timbul biru lebam di sekitar leher.
Sesuai artinya dalam bahasa Batak, begu ganjang bermakna hantu tinggi. Sama seperti pesugihan lainnya yang ada di Pulau Jawa, begu ganjang dipelihara orang dengan tujuan mendapatkan harta kekayaan. Sebagai imbalan, begu ganjang selalu meminta nyawa manusia.
“Setahuku begu ganjang ini cuma bisa dipelihara sama orang suku Batak dan alirannya,” kata Dewi.
Sampai detik ini, masyarakat Sumatra Utara masih menyakini begu ganjang. Makanya, lumayan sering kasus orang ditangkap karena dituding jadi pemelihara makhluk mistis tersebut. Dewi sendiri nggak tahu bagaimana orang-orang bisa mengetahui tanda seseorang memelihara begu ganjang. Namun, yang pasti, kejadian penangkapan orang semacam itu kerap terjadi. Biasanya kasus penangkapan akan berakhir diabaikan karena tuduhan memelihara begu ganjang susah dibuktikan. Kepolisian pun kesulitan bila mau mengusutnya.
Orang yang dituduh sebagai pemelihara begu ganjang | Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
Saking takutnya pada begu ganjang, orang yang diduga memeliharanya harus meregang nyawa justru karena orang sekitar
Begu ganjang, menurut Dewi, awalnya muncul dalam masyarakat etnis Batak Toba. Etnis ini memang dikenal dekat dengan hal-hal mistis. Hantu begu ganjang memang sulit dibuktikan, tapi kengeriannya tak berhenti begitu aja. Ketakutan yang mendalam menyebabkan sebagian masyarakat Sumatra Utara bisa membunuh orang yang diduga memelihara hantu itu. Walaupun tak dibunuh, orang tersebut biasanya akan diusir dari kampungnya.
Konon, pernah ada lelaki tunanetra yang dibakar hidup-hidup karena memelihara begu ganjang, padahal isu itu masih kabar burung. Setelah polisi turun tangan, nasib lelaki itu bisa lebih mujur. Nyawanya masih selamat meski akhirnya ia diusir dari kampung.
Tahun 2010 silam, satu keluarga juga jadi pemberitaan media karena harus kehilangan nyawa. Setelah ramai-ramai dituduh sebagai pemelihara begu ganjang, sebuah keluarga yang tinggal di Dusun Buntu Raja, kecamatan Muara, Tapanuli Utara, dibakar hidup-hidup sampai meninggal. Peristiwa nahas itu diutarakan oleh R. Situmeang, warga Lubuk Pakam. Gara-gara aksi kekerasan yang mengorbankan nyawa itu, 55 warga dijadikan sebagai tersangka.
Mirisnya, kisah begu ganjang telah banyak menelan korban serupa. Kasus satu keluarga tersebut hanyalah satu dari sekian banyak kasus lain yang mirip. Mereka yang tertuduh akan mengalami kejadian mengerikan bak mimpi buruk; dianiaya, dibunuh, dibakar, atau dipukuli. Terkadang rumah orang yang dituduh sebagai pemelihara begu ganjang juga akan dirusak.
Seperti kata Dewi, meski begu ganjang masih jadi misteri kebenarannya, aksi kekerasan karena hal ini masih sering terjadi. Kenyataan ini membuatnya makin prihatin. Cerita mistis begu ganjang ternyata membawa petaka untuk kehidupan manusia. Apalagi, tuduhan sebagai pemelihara begu ganjang belum tentu benar. Tapi, nyawa manusia yang dituduh harus jadi taruhan.
Cerita Dewi diakhiri dengan pertanyaan retorik yang menggelitik, “Kalau kayak gini, lebih menakutkan mana, hantu begu ganjang atau manusia, ya?”