Yogyakarta, atau masyarakat biasa menyebut Jogja, adalah kota yang kental akan budaya Jawa serta peninggalan sejarah. Karena keunikan sistem pemerintahannya pula, provinsi tempat kota ini berada mendapat gelar ‘Daerah Istimewa’.
Selain itu, Jogja juga dikenal sebagai kota pelajar. Terbukti dengan banyaknya kampus dan universitas terkemuka dan berkualitas ada di kota ini. Maka tak heran jika banyak orangtua mengirimkan anak-anaknya untuk menimba ilmu di kota budaya ini. Karena keunikannya tersebutlah banyak sekali wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang menjadikan kota satu ini tujuan wisata.
Namun, banyaknya wisatawan yang berkunjung tak dibarengi dengan fasilitas yang memadai. Jika kamu berkunjung ke Jogja pada saat libur panjang maupun long weekend, bisa dipastikan kamu akan melihat Jogja sebagai lautan kendaraan. Oleh karenanya, sebenarnya apa yang mesti dibenahi Jogja agar kota ini bisa semakin istimewa?
ADVERTISEMENTS
1. Andai Jogja bisa lebih mengatur arus bus pariwisata. Agar musim liburan bagi penduduknya tak selalu berarti bencana
Jika kamu berkunjung ke Yogyakarta ketika long weekend maupun masa liburan, pasti kamu akan mendapati banyaknya bus-bus pariwisata yang memadati jalan raya kota Jogja. Mungkin tempat parkir yang sediakan tak cukup untuk menampung bus-bus pariwisata ini hingga membuat supir nekat memarkirkan armadanya di pinggir jalan hingga menimbulkan kemacetan.
Belum lagi ditambah dengan kendaraan pribadi yang jumlahnya tak bisa hanya dihitung dengan jari. Oleh karenanya, membangun gedung parkir maupun kawasan parkir yang lebih banyak mungkin bisa membantu agar kota Jogja terhindar dari kemacetan ketika libur panjang datang.
ADVERTISEMENTS
2. Daripada memperbanyak mall dan hotel, bukankah lebih baik membuat fasilitas taman kota yang sejuk nan asri
Beberapa tahun belakangan ini, maraknya pembangunan hotel, apartemen, serta mall di Jogja semakin membuat warga jengah. Pembangunan ini, sudah tak bisa dinikmati semua orang, tak selalu menuruti aturan AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan), juga turut merusak tata kota dan menghilangkan potensi Jogja untuk lebih fokus pada penghijauan kotanya.
Daripada membangun banyak bangunan seperti hotel dan mall, bukankah lebih baik membuat taman kota yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas warga nantinya? Mungkin Jogja kita bisa mencontoh kota New York di Amerika sana. Meski banyak terdapat gedung tinggi pencakar langit, namun kamu masih bisa menemukan taman yang luas, hijau, dan asri yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan warganya di akhir pekan. Tak perlu membangun taman seluas Central Park di New York, taman kecil yang bisa digunakan untuk bersantai sekaligus sebagai paru-paru kota juga sudah cukup mewakili kok.
ADVERTISEMENTS
3. Kalau kawasan Malioboro dijadikan wilayah pedestrian, akan lebih banyak ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan — daripada untuk taman parkir
Kebayang nggak kalo di kawasan Malioboro dijadikan sebagai kawasan pedestrian dengan pephonan yang rindang? Tak ada suara bising kendaraan serta asap tebal yang membuatmu mual. Alih-alih jadi lahan parkir, ruang kosong yang ada bisa dimanfaatkan untuk tempat berkreasi maupun sekedar bersantai dengan keluarga.
Mungkin kawasan Las Ramblas (baca: La Rambla) di kota Barcelona bisa menjadi gambaran bagaimana kawasan pedestrian yang sebenarnya. Dengan rimbunnya pepohonan, serta tanpa adanya polusi kendaraan, kamu dapat menikmati tenangnya berbelanja maupun hanya sekedar duduk-duduk sembari menikmati secangkir kopi panas.
ADVERTISEMENTS
4. Meski sudah ada larangan memberi recehan di jalan, para tuna karya seringkali mengusik warga yang sedang menikmati indahnya suasana Jogja
Undang-undang mengenai larangan memberikan recehan kepada pengemis di jalan memang sudah ditetapkan. Namun para tuna karya ini seringkali mengganggu aktivitas wisatawan maupun warga Jogja yang sedang menikmati indahnya suasana malam kota budaya ini.
Hampir setiap 1-2 menit sekali, kamu yang sedang bersantap malam di lesehan pasti akan dihampiri tuna karya yang meminta-minta. Apalagi jika malam minggu tiba, gangguan-gangguan kecil ini semakin merajalela dan membuat kita tak bisa secara maksimal menikmati nikmatnya makanan di warung lesehan dan angkringan.
Fenomena tuna karya ini memang bukan merupakan isu baru di Jogja. Pasalnya, justru banyak sekali orang-orang produktif yang sayangnya menjadikan aktivitas minta belas kasihan orang lain sebagai mata pencaharian utama. Bahkan ada studi yang menunjukkan bahwa penghasilan orang dari meminta-minta lebih tinggi dari gaji para pekerja. Bukankah ini merupakan hal yang sangat ironis?
ADVERTISEMENTS
5. Trans Jogja sedikit banyak memang sudah membantu transportasi rakyat, namun armadanya juga perlu dirawat maupun dilakukan peremajaan
Keberadaan bus Trans Jogja memang sangat memudahkan transportasi bagi warga Jogja dan wisatawan yang berkunjung. Adanya fasilitas umum ini memungkinkan penumpang untuk bisa berkeliling menuju tempat-tempat wisata yang ada di Jogjakarta.
Namun sayangnya, armada bus Trans Jogja saat ini sudah banyak mengalami kerusakan. Dari kondisi fisik yang memprihatinkan, asap tebal yang dikeluarkan, hingga beberapa supirnya yang terkesan ugal-ugalan. Menambah rute perjalanan Trans Jogja juga bisa dilakukan demi menambah pengalaman berwisata di kota Jogja.
ADVERTISEMENTS
6. Sebagai kota pelajar, perpustakaan kota mungkin bisa mempertimbangkan untuk buka hingga malam hari
Namanya juga kota pelajar, pastinya para pelajar yang tinggal di Jogja membutuhkan akses yang lebih luas ke perpustakaan. Meski sudah menyediakan akses wifi gratis yang bisa dinikmati hingga malam hari, namun sayangnya perpustakaan kota Jogja justru hanya buka sampai jam 17.00, dengan koleksi buku yang bisa dibilang kurang lengkap.
Meski saat ini pemerintah Jogja sudah menggalakkan Jogja Digital Library yang bisa diakses melalui situs Jogjalib, pelaksanaannya sendiri masih bisa dimaksimalkan lagi. Terbukti buku yang terdaftar dalam situs tersebut data-datanya belum tercatat secara lengkap: hanya ada judul buku dan nama pengarangnya saja. Sementara sinopsis, dan identitas buku lainnya belum tercantum.
7. Kawasan Malioboro akan jauh lebih menyenangkan sebagai tempat perbelanjaan jika harga-harga barang dicantumkan
Hal lain yang sebenarnya membuat hati para wisatawan ciut adalah para pedagang di Malioboro yang seringkali menawarkan barang dagangan dengan harga diluar batas kewajaran. Jika tak pandai menawar, maka kamu akan mendapatkan barang dengan harga yang sangat mahal. Tak tanggung-tanggung, pedagang bisa menawarkan barang dagangan mereka dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi daripada harga aslinya. Keterampilan tawar-menawar penting dimiliki agar kamu bisa mendapatkan harga terbaik.
Sistem yang terjadi juga hampir sama dengan para penjual makanan yang ada di sekitar Malioboro. Seringkali penjual makanan tak mencantumkan daftar harga di buku menu, sehingga biasanya kamu akan dikenakan harga mahal. Maka dari itu, penting untuk menanyakan harga makanan sebelum kamu memutuskan untuk bersantap di salah satu warung makan.
8. Jangan hanya saling menyalahkan, baik pendatang maupun warga asli Jogja harus sadar bahwa kenyamanan kota ini menjadi tanggungjawab kita bersama
Kamu yang warga Jogja asli, maupun yang sekedar numpang kuliah dan cari kerja, jangan serta merta saling menyalahkan kemacetan dan keruwetan yang terjadi di kota ini adalah ulah salah satu pihak. Lebih dari itu, kita semua harus sadar diri bahwa kenyamanan kota ini menjadi tanggungjawab kita bersama.
Bayangkan jika tak ada warga Jogja, kamu tak akan menemukan kenyamanan dan keramahtamahan seperti saat ini. Sebaliknya jika tak ada pendatang, maka rumah kos, warteg, maupun warung makan tak akan ramai seperti sekarang, dan warga Jogja pun akan memiliki sedikit lapangan pekerjaan. Biar bagaimanapun kita semua disini saling membutuhkan satu sama lain.
Hipwee bukanlah ahli tata kota yang sok-sokan menjadi penasihat. Namun setiap orang yang mencintai Jogja pasti berhak punya pendapat. Jika kamu memiliki opini serta saran untuk membuat Jogja semakin istimewa, tak ada salahnya kok menambahkannya di kolom komentar!