Cuaca kota Jailolo cukup panas siang itu. Ibukota Halmahera Barat ini tampak sedang sibuk karena tengah menggelar Festival Teluk Jailolo, sebuah hajatan tahunan yang tengah memasuki edisi ke 10. Festival ini bertajuk Pesona Budaya Kepulauan Rempah dan bertujuan untuk mengenalkan budaya dan wisata di Jailolo (Halmahera Barat) kepada wisatawan domestik maupun internasional.
Begitu jauhnya jarak antara Jailolo dengan Jakarta, membuat festival ini jadi satu-satunya alasan mengunjungi kota di pulau Halmahera ini. Festival Teluk Jailolo tahun ini diharapkan jadi acara yang tak terlupakan sehingga wisatawan nggak bosan untuk datang kembali. Buat kamu yang belum sempat datang ke sana, Hipwee Travel bakal kasih ulasan acaranya yang seru banget dari tanggal 3-5 Mei lalu. Yuk simak!
ADVERTISEMENTS
Acara ritual Sigofi Ngolo jadi acara budaya yang sangat menarik. Sigofi Ngolo adalah tradisi bersih laut sekaligus ungkapan syukur kepada Tuhan
Sultan Jailolo menaiki kapal yang kemudian diikuti oleh iring-iringan perahu kora-kora di teluk Jailolo. Perahu yang telah dihias warna-warni ini kemudian pergi meninggalkan pantai menuju ke Pulau Babua, tempat leluhur mereka dimakamkan. Ketika kapal sampai di Babua, mereka menabur bunga sekaligus mengitari pulau Babua. Tabuhan gong dan tifa (alat musik khas maluku) ikut meramaikan suasana. Setelah ritual selesai, rombongan pun kembali ke Jailolo.
ADVERTISEMENTS
Sorenya, dancing in the sunset dimeriahkan oleh Slank yang turut berjoged bersama
Di sore harinya, acara dilanjutkan dengan tari-tarian di Pantai Lapasi, Jailolo. Para pengunjung dimanjakan dengan tari-tarian khas Jailolo dan turut hadir Slank memeriahkan suasana. Alhasil, semua orang berjoged bersama diselingi dengan acara bakar jagung. Matahari terbenam pun seolah jadi momen yang paling ditunggu.
ADVERTISEMENTS
Masih di hari yang sama, tanggal 3 Mei, ada acara Orom Sasadu, yakni perwujudan syukur akan hasil panen yang diselenggarakan di Sasadu, semacam balai tempat berkumpul warga
Orom Sasadu adalah acara yang menarik karena ada makan-makannya. Hehehe. Acara ini adalah perwujudan rasa syukur akan hasil panen di sawah maupun di kebun yang melimpah. Untuk merayakannya digelarlah Orom Sasadu yang biasanya sampai 7 malam. Ada makanan khas Jailolo seperti nasi cala (nasi yang dibungkus daun pisang dan dimasukkan ke dalam bambu), ikan rica, dan juga kuah kuning. Turis pun boleh ikutan Orom Sasadu dan bisa makan sepuasnya di sana.
ADVERTISEMENTS
Puncak acara, Konser SLANK yang dihadiri oleh ribuan warga Jailolo maupun Ternate. Satu momen yang membuat festival ini jadi seperti acara lokal
Dalam acara puncak, ada pertunjukan Sasadu on The Sea, yaitu tarian kolosal dengan ratusan penari di atas panggung yang seakan mengapung. Kami sebagai wisatawan sangat menikmati pertunjukan tersebut. Namun sayangnya, warga lokal terlalu banyak jumlahnya sehingga pertunjukan tersebut tidak bisa dinikmati. Lagi pula, mereka berteriak agar SLANK segera tampil. Mereka nggak mau melihat tarian yang sebenarnya sangat spektakuler tersebut.
Konser SLANK pun seakan jadi sesuatu yang kurang pas diadakan dalam acara wisata seperti ini. Festival-festival di Jawa lebih banyak mengangkat musik jazz atau folk untuk gelaran festival. Ya tren wisatawan sukanya yang begitu. Kalau seperti SLANK biasanya masyarakat lokal yang suka. Dan inilah yang bikin Festival Teluk Jailolo jadi terasa sangat lokal di mana ada ribuan orang, sampah berserakan dan orang jualan di mana-mana. Asumsi saya, festival ini belum bisa terangkat jadi festival yang terasa nasional.
ADVERTISEMENTS
Hari terakhir, Fun Trip di Loloda jadi penutup Festival Teluk Jailolo 2018
Di hari terakhir, acara dilanjutkan dengan Fun Trip ke Loloda, sebuah destinasi wisata baru yang tengah diangkat oleh pemerintah Halmahera Barat. Ada air terjun Kahatola yang langsung mengalir ke laut. Ada pula tebing-tebing menjulang yang membuatmu serasa terbang ke Raja Ampat. Ini adalah destinasi wisata yang bakal hits 1-2 tahun ke depan. Nggak perlu nunggu festival untuk liburan ke sana.
ADVERTISEMENTS
Kritik dan saran untuk Festival Teluk Jailolo agar lebih baik ke depannya
Hipwee datang ke Festival Teluk Jailolo untuk menikmati suguhan festival budaya dan kuliner yang khas dan paripurna. Untuk kedua hal itu, saya harus acungi jempol bahwa budaya dan kuliner di Jailolo ini memang begitu kaya. Tujuh suku yang senantiasa rukun jadi sebuah potret keberagaman yang indah di Maluku Utara. Hanya saja, festival ini belum mampu menarik wisatawan dari luar kota seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan untuk datang ke sana. Hal ini tentu ironis mengingat Festival Teluk Jailolo sudah berumur 10 tahun.
Ada beberapa penyebab yang cukup mendasar seperti :
- Kurangnya promosi. Saya cukup kesulitan menemukan informasi acara Festival Teluk Jailolo. Di sana pun, informasi juga masih sulit untuk diakses.
- Festival Teluk Jailolo masih terasa sangat lokal. Mengundang band-band besar tanah air tentu akan mendatangkan massa, namun hampir semuanya warga lokal. Jika ingin mendapatkan pemasukan dari wisata, bikinlah gebrakan yang memang disukai wisatawan, seperti Jazz atau Folk. Itu yang berhasil di Dieng Culture Festival atau Jazz Gunung di Bromo.
- Tidak ada tiket masuk. Tidak adanya tiket masuk ini justru mengakomodasi warga lokal, bukan wisatawan. Wisatawan justru mau bayar asal dia bisa menikmati festival. Daya tarik festival ini pun jadi kurang greget.
Masukan untuk panitia Festival Teluk Jailolo :
- Lokalisir venue hanya di satu atau dua lokasi. Pengalaman kemarin ada banyak lokasi yang berjauhan sampai puluhan km sehingga bikin wisatawan kesulitan untuk ke sana. Beruntung ada LO yang siap mengantar.
- Targetkan promosi di kota-kota besar agar wisatawan datang dan perputaran uang pun meningkat. Sepanjang festival kemarin, saya cuma lihat orang lokal melulu, sedikit sekali wisatawan. Festival di Jawa biasanya ribuan wisatawan yang hadir. Sehingga ekonomi masyarakat turut meningkat.
- Konser band sebaiknya dipisahkan dari acara festival, mungkin beberapa hari sebelumnya atau sesudahnya. Kecuali memang Festival Teluk Jailolo dikhususkan untuk masyarakat lokal. Itu lain soal. Sebagai wisatawan, saya kesulitan menikmati acara puncak di malam itu.
Semoga review ini bisa jadi pertimbangan buat kamu datang ke Festival Jailolo tahun depan. Secara substansi oke banget kok, apalagi ada acara Spice Trip (ekspedisi rempah-rempah), Festival Kuliner yang bisa kamu nikmati sepuasnya, dive trip competition dsb. Konsepnya sudah oke, cuma memang eksekusinya perlu banyak masukan, terutama di acara puncak. Meskipun begitu, Festival Teluk Jailolo tetap wajib kamu datangin Gaes.
Ayo, siapa yang sudah merencanakan datang ke Jailolo tahun depan?