Sebagai seseorang yang mendiami bumi pertiwi, jelas kita dituntut untuk menjaga dan melestarikan alam sekuat tenaga. Bahkan imbauan dari organisasi masyarakat dan lembaga pemerintahan telah digemborkan sejak zaman dulu. Sudah sewajarnya seperti itu, bukan? Menjaga kelestarian alam dari tangan-tangan terkutuk yang tak bertanggung jawab.
Sayangnya hanya sebagian orang yang sudah paham dan menjalankan kesadaran dirinya untuk menjaga alam dari ancaman oknum tak bertanggung jawab. Sebagian lagi, masih sibuk dengan kepentingannya sendiri mengeksploitasi alam dan satwa untuk keuntungan material. Uniknya, orang-orang yang mengaku sadar untuk menjaga alam semesta ini terlihat keblinger dan salah kaprah. Mereka menyebut diri mereka sebagai penganut ecosexual. Waduh. Apa tuh?
Nah, daripada bingung Hipwee Travel akan suguhkan materi mengenai ecosexual, ada hubungan apa sebenarnya dengan para pecinta alam ini? Berikut ulasannya!
Ecosexual muncul kali pertama lahir pada tahun 2000-an sebagai bentuk kekecewaan orang-orang terhadap masalah kecintaan masyarakat atas alam semesta
Ecosexual merupakan penghormatan atas sifat seksual alami dari bumi, dan kita adalah bagian dari bumi yang terhubung dalam segala eksistensinya. – Sarah Heartsong
Penjelasan tersebut mungkin masih sedikit rancu untuk dipahami. Pada dasarnya, ecosexual merupakan satu-satunya cara yang dipercaya oleh sekelompok orang yang memiliki semangat dan niat untuk menjaga keutuhan dan kelestarian alam dengan cara yang cukup aneh unik. Filosofi yang diusungnya adalah untuk membantu orang-orang agar berhubungan kembali dengan alam, dan tentunya dengan diri (tubuh) mereka sendiri.
Bahkan, mereka yang tergabung dalam gerakan ini telah membuat sebuah film dokumenter berjudul Goodbye Gauley Mountain, yang menceritakan tentang kecemasan dan sikap protes mereka terhadap kerusakan bumi ini.
Secara konsepsi, ecosexual ini bertolak belakang dengan lifestyle metroseksual yang lebih terkesan modern. Sementara ecosexual lebih memilih kembali ke alam
Ya, secara konsep, ecosexual ini berbeda 180 derajat dengan metroseksual (semacam counter culture-nya). Seorang metroseksual selalu memerhatikan penampilan dan cenderung konsumtif dalam segala hal. Sementara seorang ecosexual selalu sadar dampak ekologis yang akan ditimbulkan atas barang-barang yang mereka gunakan. Maka dari itu, mereka terkesan tidak konsumtif dalam segala hal. Artinya, seorang ecosexual berbasis berkelanjutan, mereka paham akan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan terhadap alam semesta. Sementara metroseksual, mereka lebih mementingkan pola hidup yang konsumtif tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi bila mereka memilih gaya hidup urban seperti itu.
Selain itu, metroseksual terkenal dengan gaya hidup yang mementingkan ragawi, seperti membentuk badannya, stylish, parfum segala merk, dan hedonisme, maka berkebalikan dengan ecosexual yang lebih bersahaja. Mereka memikirkan bagaimana alam semesta ini bekerja; melindungi alam sebagaimana mestinya. Ya, meski dengan ‘ritual’ aneh yang mereka konsepkan sendiri.
Tapi secara garis besar, ecosexual menempatkan diri mereka sebagai kelompok orang yang mencintai alam. Bumi adalah sebenar-benarnya kekasih yang harus dijaga keberadaannya
Ya, dengan pemahaman seperti itu, seorang ecosexual bervisi satu, yakni melindungi bumi dari ancaman-ancaman yang kemungkinan bisa terjadi kapan saja. Tapi bukan dengan cara melakukan hubungan selayaknya suami-istri juga kali ya! Hehehe. Gaya hidup ini mengajarkan bahwa bumi adalah sebenar-benarnya kekasih yang harus dijaga keberadaannya. Maka dari itu, mereka melakukan hubungan seksual seperti seorang suami dengan istrinya. Mereka melakukan ritual guling-guling di pasir, di tanah, dengan sebatang pohon, dan sebagainya untuk mencapai orgasme. Dalihnya, mereka melakukan itu karena cinta. Cinta kepada alam semesta. Dengan begitu, mereka senantiasa memiliki perasaan untuk terus menjaga dan melestarikan alam. Pemahaman yang salah kaprah, bukan?
Bahkan, saat ini aliran seperti ini udah cukup banyak penggemarnya. Sebagian adalah orang-orang yang mengaku ‘pecinta’ alam
Entah kabar baik atau kabar buruk, gaya hidup seperti ini telah banyak digandrungi para remaja dan orang-orang yang mengaku pecinta alam di Amerika dan Australia. Paling tidak, sudah ada 100ribu orang lebih yang mengaku sebagai ecosexual di dunia ini seperti dikutip dari Indiantimes. Perkembangannya kian pesat dari tahun ke tahun. Bahkan, mesin pencari Google mengaku bahwa kata kunci ecosexual terbilang paling pesat perkembangannya untuk diakses orang-orang di seluruh dunia.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah dengan cara seperti ini bumi bisa terselamatkan? Apakah ini bentuk kegeraman orang-orang yang benar-benar peduli dengan lingkungan dan alam semesta? Terakhir, apakah kamu akan menjadi bagian dari penganut ecosexual ini, Traveler?