Menari adalah sesuatu hal yang wajar. Mau bergoyang gergaji atau itik, tak akan menjadi masalah asalkan masih dilakukan bersama manusia. Yang bikin gempar ialah ketika, seseorang memutuskan menari bersama jenazah a.k.a mayat atau orang yang sudah meninggal. Aneh? Mungkin. Namun, hal ini secara nyata terjadi di Madagaskar sana. Bahkan, sudah menjadi sebuah ritual budaya. Penasaran kan? Yuk simak…
ADVERTISEMENTS
Famadihana namanya. Sebuah upacara unik yang dilakukan tujuh tahun sekali oleh orang-orang dari suku Malagasi di Hauts Plateaux, Madagaskar
Famadihana ini merupakan sebuah ritual unik. Untungnya tak dilakukan setiap tahun atau bahkan setiap bulan atau minggu, namun tujuh tahun sekali. Menurut kepercayaan suku Malagasi, Famadihana adalah hari perwujudan rasa cinta terhadap keluarga yang telah meninggal. Saat itu, seluruh anggota keluarga akan datang, tak peduli di mana sekarang mereka tinggal. Semua orang berkumpul untuk menari bersama mayat.
ADVERTISEMENTS
Kalau di Indonesia, mungkin mengenang mereka yang sudah meninggal akan menghadirkan duka. Sebaliknya, dalam ritual ini mereka justru menyambut jenazah dengan suka cita
Pertama-tama, keluarga akan menggali kubur, mengambil tulang belulang dan membungkusnya dengan kain dan tikar, kemudian diikat dengan tali. Saat itulah, anggota keluarga akan berteriak gembira menyambut bungkusan tulang sang leluhur. Lagu kebangsaan akan dinyanyikan lebih dulu sebagai pembuka upacara, kemudian tetua keluarga dan pejabat kota yang diundang menyampaikan pidatonya.
Bahkan, seringkali sebuah band dilibatkan untuk meramaikan acara ini. Beberapa alat musik juga ada seperti harmonika, biola, gitar, dan terompet. Kamu bisa membayangkan keramaiannya kan? Persis seperti pasar. Semua orang akan sibuk lalu-lalang, berdiri dan berjalan untuk mencicipi makanan dan minuman. Merayakan kematian.
ADVERTISEMENTS
Ritual ini dianggap begitu penting. Karena menurut mereka, orang meninggal pun bisa berkomunikasi, sehingga dilibatkanlah dalam tarian ini
Saking pentingnya ritual ini, keluarga yang tinggal jauh akan berusaha datang untuk merayakannya. Karena menurut mereka orang meninggal masih bisa berkomunikasi, sehingga dengan menari bersama mayatnya, mereka percaya jika orang yang meninggal juga ikut bergembira. Khusus untuk sanak saudara, mereka akan mendekati bungkusan tulang, kemudian bernyanyi, tertawa dan perlahan membuka bungkusan. Dengan tenang, mereka akan menyiram anggur ke atas tumpukan tulang dan lantas menutupnya kembali. Setelah bungkusan tertutup, tulang belulang tadi kembali dikuburkan ke dalam tanah dan dibawa dengan diiringi tarian.
ADVERTISEMENTS
Tradisi ini juga biasa disebut dengan “Ritual Memutar Tulang.” Dikatakan begitu, lantaran orang-orang Malagasi membongkar kubur, mengambil tulang, dan mengembalikannya lagi. Padahal bisa jadi posisinya tak sama kan?
Ritual Famadihana ini sudah dilakukan sejak abad 17 silam, hingga sekarang. Orang sekitar percaya dan yakin, bahwa roh-roh yang sudah meninggal akhirnya akan bergabung dengan dunia para leluhur setelah direkramasikan tubuh jenazah lengkap dengan upacara yang tepat. Dilaksanakan tujuh tahun sekali, sebab untuk menggelar upacara seperti ini diperlukan biaya yang sangat besar. Karena harus menyediakan makanan bagi sejumlah keluarga besar dan tamu. Asal kamu tahu, biaya upacara tradisi Famadihana bisa melebihi biaya acara pemakaman jenazah di Tanah Toraja, Indonesia.
ADVERTISEMENTS
Kalau kamu tertarik untuk datang dan mengamati secara langsung, silahkan datang ke Madagaskar antara bulan Juli dan September. Acara ini bebas dikunjungi siapa saja, termasuk turis mancanegara
Biasanya, suku Malagasi di Madagaskar melaksanakan tradisi Famadihana antara bulan Juli dan September. Percayalah, mereka akan menyambut setiap pelancong yang datang dengan senyuman. Dijamin, kamu akan mendapat pengalaman yang unik dan pada saat itu, bisa jadi kamu akan terhipnotis untuk ikut menari bersama mereka.
Ada cerita lain juga dari ritual ini, tulang-tulang yang sudah mereka gali akan dibungkus dengan kain kafan yang baru dan lantas dikubur ulang. Nah, kain kafan yang lama ta akan langsung dibuang, tapi diberikan kepada pasangan yang baru menikah dan belum memiliki keturunan. Katanya sih, kain kafan ini digunakan sebagai cover ranjang mereka. Ya, percaya nggak percaya~