Ibadah adalah bentuk ketaatan manusia terhadap Tuhannya. Salah satu media komunikasi paling intim antara makhluk dan Sang Pencipta adalah melalui ibadah. Terlebih bagi Muslim sendiri, Sholat 5 waktu adalah kewajiban yang tak boleh ditinggalkan dalam kondisi apapun. Tenang, Islam itu bukan agama yang ribet kok. Islam memberikan keringanan-keringanan kepada pemeluknya untuk melakukan ibadah, salah satunya bagi musafir, orang yang sedang melakukan perjalanan.
Nah, kali ini khusus buat kamu nih, para traveler maupun pendaki, Hipwee Travel kasih panduan singkat melaksanakan sholat 5 waktu saat perjalanan maupun pendakian.
ADVERTISEMENTS
Kamu bisa menggabungkan dan meringkas (jama’ qashar) sholatmu ketika perjalanan. Enak kan bagi yang bepergian…
Pasti perjalanan menuju gunung yang akan kita daki tidaklah dekat. Tak jarang, kamu akan menempuh perjalanan berjam-jam. Nah, sesuai kesepakatan beberapa ulama, jika perjalananmu lebih dari 86,4 km, kamu bisa menjama’nya yaitu menggabungkan dua sholat sekaligus. Dzuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya’. Khusus Sholat shubuh, mendapat eksklusivitas harus dilaksanakan pada waktunya.
Tata caranya seperti sholat biasanya. Rukun-rukun dan gerakannya sama persis. Cuma, setelah sholat yang pertama, selesai salam langsung disambung sholat berikutnya. Waktu pelakasanaannya bebas. Boleh di waktu sholat yang pertama, Dzuhur dan Maghrib, atau di waktu sholat yang kedua, Ashar maupun Isya’.
Selain menggabungkan, kamu juga bisa meringkas sholatmu alias Qoshor. Yang semula 4 rokaat jadi 2 rokaat. Yang 3 rokaat? Tetep harus 3 rokaat. Masa jadi 1,5 rokaat. Hanya Dzuhur, Ashar, dan Isya’ saja yang boleh di qoshor. Tata caranya juga sama seperti sholat 2 rokaat biasa. Pun kamu bisa melakukan keduanya. Diringkas lalu digabung. Enak kan?
ADVERTISEMENTS
Bahkan di atas kendaraan pun kamu masih bisa sholat lho.
Kalau naik kendaraan pribadi kan enak tuh, bisa berhenti kapanpun untuk sholat. Kalau naik kendaraan umum gimana tuh? Apalagi Kereta atau bus yang nggak ada musholla-nya. Tenang, Islam juga memberikan kemudahan.
Sebenarnya, sholat yang dilakukan secara sempurna itu lebih diutamakan daripada yang dilakukan secara kurang sempurna. Jadi, ulama lebih menyarankan supaya kita menjama’ qoshor sholat kita daripada melakukannya ketika di atas kendaraan. Namun, jadwal perjalanan kan nggak bisa kita tawar. Kadang ada perjalanan yang berangkatnya sebelum dzuhur namun sampainya saat maghrib. Atau berangkat sebelum maghrib sampainya setelah shubuh. Nah, mau nggak mau kamu harus melaksanakan sholat di atas kendaraan.
ADVERTISEMENTS
Berikut tata cara sholat di kendaraan sambil duduk.
- Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung disandarkan di jok kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.
- Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.
- Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.
- Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.
- Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika rukuk.
- Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika takbiratul ihram.
- Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk dan pandangan tertuju ke arah telunjuk.
- Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk.
Beberapa pendapat lain ada yang menganjurkan agar kita mengganti sholat yang kita lakukan diatas kendaraan ketika sudah sampai di tempat tujuan.
ADVERTISEMENTS
Lalu, bagaimana jika sudah di Gunung?
Nah, ketika sudah sampai di gunung, status musafir masih kamu sandang. Kamu masih diperbolehkan menggunakan kemudahan-kemudahan yang diperoleh oleh musafir.
Selalu sholat tetap menghadap kiblat
Salah satu syarat sah sholat adalah menghadap kiblat. Nah, ketika di gunung gimana nih cara nentuin dimana arah kiblatnya? Ada beberapa cara mudah yang bisa kamu lakukan.
- Cara termudah gunakan kompas/GPS
- Lihat kalau ada makam, biasanya kalau Islam makam selalu menghadap barat. Di beberapa gunung di Jawa, di puncak gunung terdapat kuburan. Namun terkadang di kawasan tertentu di Jawa, kuburan ada yang menghadap utara-selatan.
- Perhatikan tumbuhan lumut yang banyak terdapat di gunung. Lumut biasa hidup di daerah yang minim mendapatkan cahaya matahari, oleh karena itu kebanyakan lumut akan hidup di daerah yang menghadap ke arah barat.
- Perhatikan rasi Bintang Orion untuk arah Barat.
Ini adalah rasi paling mudah dikenali. Ciri khasnya adalah tiga buah bintang yang terang, saling berdekatan dan dalam satu garis lurus yang disebut sabuk orion. Nah, satu garis yang menghubungkan tiga bintang itu bisa dijadikan petunjuk arah kiblat.
Selalu sediakan alat-alat yang lebih praktis untuk memudahkan pendakianmu.
Nggak mungkin kan ya kamu sholat beralaskan tanah, selain kotor, bisa nggak nyaman juga kalau tanahnya ternyata basah. Bakalan repot pula kalau kamu harus bawa sajadah yang tebal. Kamu bisa beli sajadah berbahan kain parasut yang lebih tipis dan ringan. Atau menggunakan sorban dan jas hujan sebagai alas pengganti sajadah.
Kamu bisa menggantikan wudhu dengan tayamum
Tidak setiap gunung terdapat sumber air yang melimpah. Memang wudhu itu lebih diutamakan. Beberapa ada yang menekankan agar lebih baik membawa botol air khusus untuk wudhu.
Namun, karena kebutuhan air juga sangat krusial. Kamu bisa kok mengganti air dengan embun untuk berwudhu. Kabut di gunung relatif tebal. Nah, embun-embun yang nempel di tendamu bisa kamu gunakan untuk berwudhu.
Namun, kamu juga boleh bertayamum. Kamu bisa menggunakan semua media untuk bertayamum. Batu, pasir, atau apapun asal bersih.
Tata cara tayamum
- Pukulkan kedua telapak tanganmu ke media yang akan kamu gunakan lalu tiup pelan-pelan
- Usap wajahmu sekali saja.
- Gunakan tangan kirimu untuk mengusap punggung tangan kanan ke belakang hingga siku, dan muka atas dari siku hingga telapak tangan.
- Lakukan hal yang sama pada tangan kiri menggunakan tangan kanan.
Sholat menggunakan sepatu trekking? Masih boleh kok.
Jika kamu masih menggunakan sepatu ketika sebelum sholat, kamu masih boleh mengenakannya ketika sholat. Sedangkan wudhu nya, kamu cukup mengusap bagian atas sepatu itu dengan air, tanpa membuka sepatunya. Caranya sama dengan wudhu biasa kecuali hanya pada ketika hendak mencuci kaki, maka tidak perlu mencopot sepatu, tapi cukup membasuh bagian atas sepatu dari bagian depat terus ke belakang sebagai ganti dari cuci kaki. Sepatu tetap dalam keadaan dipakai dan tidak dilepas. Pun juga ketika tayamum malah nggak perlu mengusap kaki.
Lalu, kalau tiba-tiba mimpi basah gimana bersucinya?
Jangan senyum-senyum sendiri. Hal-hal seperti itu bisa saja datang kapanpun tanpa kita duga. Bisa jadi waktu naik gunung tiba-tiba rejeki itu datang. Aduh, ena ena.
Pakaian yang kotor itu wajib diganti. Tapi nggak bisa mandi kan? Selain dingin, jumlah air yang kamu miliki pasti lah terbatas. Nah, kamu bisa mengganti mandi wajib dengan tayamum. Tata caranya sama seperti tayamum biasa. Jika hendak melaksanakan sholat nggak perlu melakukan tayamum berikutnya untuk mengganti wudhu karena tayamum memang bisa menghilangkan hadats kecil maupun besar.
Gimana, sudah terobati rasa penasarannya? Melaksanakan ajaran Islam itu gampang, tapi nggak boleh digampangin. Traveling atau naik gunung itu kan kebutuhan manusia, namun melaksanakan ibadah adalah kewajiban kita sebagai makhluk. Jangan sampai, aktivitas-aktivitas kita justru akan membuat kita lalai. Bukankah mendaki gunung itu juga salah satu cara kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan?