Bagi masyarakat Indonesia, konsep kecantikan perempuan relatif sama. Lazimnya perempuan disebut cantik saat mempunyai stereotype langsing, putih mulus, kaki jenjang dan rambut panjang. Hal ini dikarenakan iklan yang terus menerus ditampilkan di layar kaca. Kalau kamu tidak memenuhi kriteria tersebut, ya maaf saja kamu kurang cantik. Setidaknya di masyarakat yang hobi menonton televisi seperti di Indonesia.
Cantik itu sebenarnya relatif, kalau jelek mutlak ya, tergantung bagaimana dan siapa yang melihatnya. Antara satu orang dan orang lain tentu saja persepsinya berbeda. Di Mauritania, Afrika, punya persepsi berbeda tentang perempuan cantik. Bagi mereka, perempuan cantik adalah perempuan yang memiliki tubuh berisi atau gendut. Sebuah persepsi yang unik bukan?
Penasaran kenapa perempuan cantik jadi idola di Mauritania? Yuk kita simak ulasannya…
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Bagi Suku Mauritania, definisi kecantikan mungkin berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Perempuan cantik bagi mereka adalah yang tubuhnya gendut dan berisi…
Mungkin terdengar cukup janggal bagimu, namun beginilah keadaan di Suku Mauritania. Kecantikan didefinisikan ulang bukan dengan tubuh langsing, tinggi semampai, atau kulit putih mulus, namun dengan tubuh gendut dengan segala gelambir-gelambirnya yang aduhai. Perempuan di sini harus menggemukkan badan agar bisa menikah. Maklum, lelaki di Mauritania sangat mengidolai perempuan gendut.
Bagi masyarakat Mauritania, gemuk atau gendut tak sekedar kecantikan belaka. Tubuh gendut seakan menyiratkan kehidupan yang makmur dan sejahtera danmenunjukkan status sosial. Sementara perempuan kurus dianggap miskin dan tidak cantik serta mempermalukan keluarga. Untuk itu sejak kecil mereka sudah ‘dipaksa’ untuk menjadi gendut. Terdengar ironis ya?
ADVERTISEMENTS
Sedari kecil, anak perempuan akan ‘dipaksa’ untuk mengikuti tradisi Leblouh, yakni upaya penggemukan badan bagi perempuan agar menjadi gendut. Karena gendut adalah kecantikan paripurna di Mauritania…
Tradisi Leblouh sudah sangat mendarah daging di Mauritania. Bagi mereka, malu rasanya jika mempunyai anak gadis yang kurus. Oleh karenanya, sedari kecil mereka dipaksa untuk makan dengan porsi yang besar. Mulai dari daging kambing, nasi dengan porsi luar biasa, hingga bergelas-gelas susu kambing dan sapi. Tak peduli perut gadis-gadis ini sudah penuh, mereka harus tetap makan. Makan, makan dan makan. Begitulah warga Mauritania ‘memaksa’ para gadis untuk menggemukkan badan mereka. Bahkan jika tidak mau makan banyak, siap-siap keluarganya menghukum mereka. Entah dipukul dengan tongkat bahkan dialiri listrik. Serem juga ya…
ADVERTISEMENTS
Anak muda Mauritania mengampanyekan untuk menghentikan tradisi yang sangat beresiko ini. Bayangkan, jika ini terus terjadi maka kesehatan perempuan-perempuan ini akan terancam karena obesitas…
Di Mauritania, sebesar 40 % kaum perempuannya mengidap kegemukan atau obesitas. Cukup besar untuk sebuah negara berkembang yang tidak terlalu terpapar makanan ‘junk food‘. Hal ini terjadi karena praktik Leblouh yang masih marak di kawasan pedesaan. Di kota-kota, anak mudanya berkampanye untuk menghentikan tradisi yang sangat beresiko untuk kesehatan ini. Pemerintah pun kesulitan menangani masalah ini. Korban leblouh di rumah sakit pun kian banyak.
Saking sukanya dengan perempuan gemuk, ada yang rela menceraikan istrinya jika kelak tidak gemuk lagi. Semakin berat badan perempuan (100 kg sekalipun), semakin cantiklah mereka di hadapan para pria di Mauritania. Terbukti bahwa kecantikan cuma selera belaka.
Kamu mau pindah ke sana? Siapa tahu, jodohmu ada di sana lho.