Di Balik Sisi Gelapnya Sebagai Penjara Tapol ‘65, Pulau Buru Layak Jadi Destinasimu Selanjutnya

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata Pulau Buru? Komunis? G 30S? Penjara tapol ’65? Hutan dan rawa-rawa? Pulau kecil dan terpencil yang dikelilingi laut? Pramoedya Ananta Toer? Yup, itu semua benar.

Penduduk lokal lebih mengenalnya dengan nama Namlea, diambil dari ibu kota kabupaten Buru. Dari Ambon, pulau Buru bisa diakses dengan kapal laut selama 8-12 jam dengan kapal feri. Di pulau inilah, sastrawan Pramoedya Ananta Toer menulis tetralogi Pulau Buru-nya yang mengguncang. Di sini juga ratusan tapol menemui akhir hidup, jauh dari rumah dan keluarga.

Namun selain sisi kelam sejarah yang masih abu-abu itu, Pulau buru ternyata punya banyak spot menarik yang bisa kamu nikmati. Nah, untuk kamu traveler sejati, yuk mulai jelajahi Indonesia bagian timur nan eksotis ini!

ADVERTISEMENTS

1. Danau Rana, danau terbesar di Maluku ini letaknya 63km di pedalaman Pulau Buru. Tapi jaraknya sebanding dengan keindahan alam yang akan memanjakan mata

Danau Rana

Danau Rana via ksmtour.com

Danau Rana terletak pada ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Butuh perjuangan dan perjalanan jauh bila kamu ingin ke sana, karena lokasinya sekitar 63 km di pedalaman. Kamu bisa mengarungi danau dengan perahu sampan yang disewakan penduduk sekitar seharga 100 ribu sudah ples satu pendamping. Saat yang paling tepat untuk mengeliling Danau Rana adalah sore hari, ketika langit mulai menguning. Dengan latar belakang awan-awan-awan putih, dan hijaunya daerah sekitar, pasti cocok diabadikan dalam akun instagram-mu.

Meskipun kamu tidak akan menemukan hotel ataupun penginapan, tak perlu panik, karena penduduk sekitar akan dengan senang hati menampungmu. Suku Rana, suku asli yang tinggal di sekitar danau punya tradisi unik, menganggap Danau Rana yang airnya selalu tenang sebagai tempat suci warisan nenek moyang. Mereka juga punya tradisi unik yaitu tidak pernah menjual hasil panen mereka, melainkan memanfaatkannya bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Wah, belum-belum suasana ademnya sudah terasa ya~

ADVERTISEMENTS

2. Sebagai pantai favorit di Kabupaten Buru, jelas pantai Jikumerasa ini tak boleh dilewatkan. Kamu bisa menikmati sunset indah sambil nyemil rujak khas Buru di sini

Pantai Jikumerasa, birunya bikin pengin nyebur~

Pantai Jikumerasa, birunya bikin pengin nyebur~ via www.bupolofest.com

Sebagai pulau yang dikeliling oleh laut, Pulau Buru punya banyak objek wisata pantai yang bisa kamu jelajahi. Satu yang menjadi primadona penduduk lokal adalah Pantai Jikumerasa, yang terletak di kecamatan Namlea berjarak sekitar 10km dari pusat kota. Pantai Jikumerasa adalah pantai dengan pasir putih yang berbutir halus, dengan air laut yang super bening, sampai kamu bisa melihat dasarnya. Bila kamu hobi snorkeling, kamu bisa menyelam ke dasar laut asalkan kamu membawa peralatan sendiri, karena belum tersedia persewaan alat snorkeling. Ketika matahari tepat di atas kepala, kamu akan mendapati tiga warna di Pantai Jikumerasa, putihnya pasir, hijaunya laut, dan birunya langit. Dan ketika sore hari tiba, kamu bisa bersantai menunggu matahari terbenam sambil menikmati rujak khas Pulau Buru.

ADVERTISEMENTS

3. Pantai Waeperang atau Pantai ratu memang kalah popular dibanding Jikumerasa. Tapi Suasananya yang lebih sepi dan ‘perawan’ bisa menjadi alternative yang menjanjikan

Pantai Waeperang yang perawan

Pantai Waeperang yang perawan via burukab.go.id

Pantai Waeperang digadang-gadang akan menjadi saingan berat bagi Pantai Jikumerasa. Meskipun lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Jikumerasa, namun Pantai Waeperang tergolong lebih sepi dan belum banyak diketahui. Di pantai ini kamu bisa menikmati pasir putih yang lembut di telapak kaki. Warna putih dan biru mendominasi pemandangan mata. Saat ini pantai Waeperang sedang dalam masa pengembangan. Jika sudah selesai, mungkin akan seindah Pantai Jikumerasa. Tapi untuk kamu yang sedang mencari momen privat dengan diri sendiri, boleh nih mencoba ke Pantai yang masih ‘perawan’ ini.

ADVERTISEMENTS

4. Pulu Buru punya banyak wisata air terjun. Salah satunya adalah Air terjun Waeura, meskipun nggak tinggi, tapi pemandangannya bikin sejuk hati

Air terjun waeura

Air terjun waeura via satu-indonesia.com

Air Terjun Waeura terletak sekita 1 kilometer dari pusat kota Namlea. Tempat wisata ini sudah dikelola oleh pemerintah maupun oleh masyarakat secara sawadaya. Air terjun Waeura memang tidak terlalu tinggi. Terdiri dari 6 tingkatan dengan bebatuan besar yang berwarna-warni. Air yang jernih segar, ditambah hawa sejuk membuat pengunjung betah berlama-lama berendam di sana. Kalau capek, kamu bisa memanfaatkan tempat-tempat istirahat yang disediakan.

Selain Air terjun Waeura, kamu juga bisa mengunjungi Air Terjun Watalele, yang terletak di kecamatan Waeapo, sekitar 40km dari pusat kota Namlea. Tinggi air terjun Watalele mencapai 15 meter, dengan tingkatan pada dinding-dindingnya. Kamu yang hobi memacu adrenalin, boleh mencoba memanjat tingkatan-tingkatan tersebut.

ADVERTISEMENTS

5. Terpisahkan oleh Teluk Namlea, kamu bisa mengunjungi “Kota yang Hilang”, Desa Kayeli. Meski tak terbengkalai, Benteng Kayeli masih memberimu suasana yang sangat historis

Benteng Kayeli

Benteng Kayeli via www.adlienerz.com

Kayeli adalah sebuah desa yang terletak di pantai selatan Teluk Kayeli. Disebut kota yang hilang karena dulu Kayeli pernah menjadi pusat pemerintahan Belanda di Pulau Buru. Namun karena banjir bandang menghancurkan Kayeli, pemerintah Belanda memindahkannya ke Namlea. Kini Kayeli hanya terlihat sebagai titik kecil bila dilihat dari pantai utara Teluk Kayeli, atau kota Namlea, timbul tenggelam karena ombak. Sisa-sisa kejayaan Kayeli dapat kamu lihat dari Benteng Kayeli, yang dibangun VOC pada tahun 1785. Meski sudah ratusan tahun terbengkalai dan ditumbuhi semak belukar, benteng setinggi 2,5 meter itu masih tetap tegak dan kuat. Pusat kota di era Hindia Belanda ini kini menjelma menjadi kota mati yang bahkan belum dialiri listrik.

ADVERTISEMENTS

6. Dusun Kampung Lama dulunya adalah lokasi pengeringan, kini sudah berubah menjadi Pantai Merah Putih. Pasar malam di pinggir pantai yang jadi pusat interaksi sosial. Main ke sana, siapa tahu ketemu seseorang

Wisata pasar malam

Wisata pasar malam via maluku-news.blogspot.com

Teluk Namlea

Teluk Namlea via burukab.go.id

Setelah menikmati pantai dan danau di siang hari, kamu juga harus menikmati wisata malam hari kebanggaan masyarakat Buru. Namanya Pantai Merah Putih. Sebuah pantai kecil di pinggiran Teluk Namlea yang diubah menjad pasar malam. Pantai ini terletak tepat di pusat Pulau Buru, yaitu di Kota Namlea. Kamu bisa duduk-duduk saja bersama teman dan keluarga, menikmati berbagai kuliner khas Pulau Buru, sambil mendengarkan deburan ombak di Teluk Namlea dan merasakan angina yang bertiup sepoi-sepoi. Waspada galau bila kamu sedang traveling sendiri 😉

7. Desa Savana Jaya di kecamatan Waeapo, adalah tempat tahanan tapol diisolir. Rumah-rumah kayu dan gedung kesenian menjadi saksi bisu penderitaan mereka

Gedung Kesenian dan Tugu Peninggalan Tapol '65

Gedung Kesenian dan Tugu Peninggalan Tapol ’65 via www.cnnindonesia.com

puing-puing sebelum direnovasi

puing-puing sebelum direnovasi via travel.kompas.com

Pada era geger ’65, kurang lebih 12.000 pria-pria yang dituduh terlibat dengan PKI diangkut dan diturunkan di Pulau Buru. Di sana sudah dibangun beberapa unit pemukiman untuk tahanan politik ini. Totalnya ada 19 unit. Desa Savanajaya yang terletak di kecamatan Waeapo, oleh penduduk lokal disebut sebagai Unit IV, yang dulunya menampung 20 orang tapol. Untuk menuju Desa Sanavajaya hanya bisa melalui satu jalur yang berkelok-kelok melewati bukit tanaman kayu putih. Jalan ini konon dibangun oleh para tapol. Desa Savanajaya adalah satu-satunya lokasi yang masih menyimpan bekas-bekas penjara berupa Gedung Kesenian. Dulunya gedung kesenian yang terletak di tengah desa, sunyi senyap di pinggir lapangan,  itu adalah sebuah balai yang digunakan untuk pembinaan ataupun pusat diskusi tapol. Dulu Savanajaya menjadi saksi bisu penyiksaan tapol, kini sudah berkembang menjadi lumbung padi bagi Pulau Buru.

Tentunya perkembangan ini nggak bisa dipisahkan dari peranan tapol yang datang dan tinggal selama bertahun-tahun di sana. Dalam masa pengasingannya, para tapol dipaksa untuk membuat jalan, membuka ladang dan persawahan, yang menjadi cikal bakal pertumbuhan Pulau Buru hingga saat ini. Kini Pulau Buru sudah mulai berbenah, bangkit dari sisi kelamnya sebagai ‘rumah’ bagi ribuan orang yang dituduh komunis, dan mulai menjadi tempat di Indonesia timur yang menawarkan berbagai wisata yang eksotis.

Jadi, kamu tertarik nggak untuk napak tilas sekaligus melihat keindahan alam di Pulau ‘Penjara’ ini?

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me !

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi