Sudah 25 tahun 8 bulan…
Ini berarti sejak lahir aku kehilangan tulang rusukku. Hilang tak tahu ke mana. Tanpanya aku tetap hidup, hanya saja jiwaku terasa belum lengkap. Aku sungguh resah. Sebuah pencarian panjang yang ingin segera ku akhiri. Sesegera mungkin.
Hanya saja, masalahnya aku tak tahu dia berada di mana?
Dear tulang rusukku,
Perkenalkan, aku adalah pemuda yang belum paham apa artinya cinta. Aku tak tahu apa itu rindu. Aku cuma paham, bahwa pria sepertiku tak akan mampu hidup sendiri sampai mati. Selalu membutuhkan pendamping di sisi.
Dear belahan jiwaku,
Petualanganku untuk menemukanmu begitu panjang dan rumit. Sebutkan Yogyakarta, Denpasar, Jakarta atau pun Samarinda. Tak ada kutemukan rasa itu di sana. Lebih ekstrim aku menelusur pelosok nusantara. Ku coba datangi Pare-pare, Sawarna, Morotai, juga Sumbawa. Aku tak merasakan kehadiranmu di sana.
Aku bingung. Di manakah kamu berada?
Sayang,
Kalau di daratan tidak ada. Mungkin saja bisa kutemukan dirimu di atas gunung. Ku daki Semeru, Rinjani bahkan aku segera ke Himalaya. Jangankan terdengar nafasmu di sana, detak jantung pun tak ku rasa. Sedih rasanya.
Agak resah sih mendengar cerita kawan-kawan yang sedang bercerita tentang pasangannya. Ada yang berencana ke pelaminan segera. Ada juga yang sedang galau ditinggal kekasihnya di negara nun jauh di sana. LDR katanya. Ya aku juga LDR sih, LDR dengan jodoh di masa depan. Tulang rusukku yang belum ditemukan.
Tapi,
Tak usahlah terlalu galau memikirkannya. Aku akan tetap berpetualang sekaligus memantaskan diri. Bukan mencari siapa, namun mencari apa. Aku mencari tulang rusukku, entah siapapun dia. Namun sebelumnya, hal paling penting yang harus dilakukan adalah memperbaiki dan memantaskan diri. Tanpa hal itu, jodoh terbaik pun tinggal mimpi. Semboyan, ‘jodoh tak kan ke mana’, harus kita ubah jadi ‘jodoh tak akan ke mana tanpa kita temukan.’
Boleh jadi memang waktu yang tepat belum terjadi. Mungkin Tuhan sedang menyiapkan skenario super indah buat kita bertemu. Skenario yang tak pernah kita tahu sebelumnya. Sehingga ungkapan, “kok bisa ya kita ketemu,” akan selalu menarik kamu katakan padaku nanti. Dan aku menjawab dengan sedikit sombong. Ya bisa dong, kamu adalah tulang rusukku. Harus kembali ke pelukanku. Hehehe.
Itu semua lamunanku selama ini. Ngenes ya.
Sudahlah, waktu kan segera menjawabnya. Proses tak pernah mengkhianati hasil kan? Mending aku diam-diam mendoakanmu saja. Semoga cintamu segera menyapa relung hatiku yang kering tanpa kasihmu. Segera berlabuh, Sayangku.
Salam hangat
Calon Tulang Punggungmu