Kalau mayoritas orang di Indonesia menganggap cantik itu berkulit putih, bergigi putih, berambut panjang nan hitam dan berpostur langsing, ya itu sah-sah saja. Konstrukis masyarakat kita memang sudah membentuk definisi cantik sedemikian rupa.
Tapi jangan berharap seluruh dunia akan setuju dengan konstruksi cantik seperti itu. Sebut saja definisi cantik dari negara tetangga, Vietnam misalnya. Ada sebuah suku bernama suku Lu di sana yang menjadikan gigi hitam sebagai lambang dari kecantikan. Lewat artikel ini kamu akan percaya, kalau cantik relatif, tergantung dari bagaimana kita melihatnya. Simak ya!
ADVERTISEMENTS
Karena cantik nggak melulu tentang make up ataupun lipstik. Di Vietnam, perempuan bergigi hitam justru yang paling menarik
Untuk membuktikannya, kamu bisa traveling ke wilayah perbukitan di Provinsi Lai Chau, Vietnam bagian utara. Di sanalah suku Lu tinggal dan menetap. Ketika bertemu para perempuan dan seketika mereka menyunggingkan senyuman, tolong jangan kaget kalau seluruh deretan gigi mereka berwarna hitam. Hitam keseluruhan, bukan sebagian. Karena nggak pernah ada cantik yang benar-benar universal.
ADVERTISEMENTS
Gigi hitam itu bukan pula bawaan lahir, mereka sengaja menghitamkannya dengan tanaman perdu sejenis sirih. Ketika mereka berusaha menghitamkan giginya, kita yang di sini justru berjuang mendapatkan gigi putih bersih~
Tradisi menghitamkan gigi oleh wanita suku Lu ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Tanaman perdu bernama Pothos Vine atau bisa juga dibilang sejenis sirihlah yang mereka gunakan sebagai bahan alami penghitam gigi. Namun ada pula sumber yang menyebut jika mereka mengunyah getah pohon dan sabut kelapa sehingga deretan giginya berwarna hitam. Apapun itu, yang jelas mereka menggunakan apa yang tersedia di alam untuk menunjang penampilan dan demi mendapat predikat kecantikan. Nggak adalah yang namanya dokter dan perawatan-perawatan itu, hihihiii…
ADVERTISEMENTS
Warna hitam dipilih, lantaran mereka percaya jika warna putih dan yang lainnya ialah warna hewan dan setan. Sebagai manusia, mereka merasa harus berbeda
Para wanita suku Lu beranggapan, warna hitam pada giginya dinilai sebagai pemanis. Membuat mereka dinilai lebih cantik oleh para pria. Siapa sangka jika apa yang mereka lakukan untuk menghitamkan gigi itu ternyata memberi dampak baik, yaitu gigi dan gusi mereka terbukti menjadi lebih kuat. Hingga kini, sayangnya hanya generasi wanita yang tua saja yang masih memegang teguh tradisi dengan menghitamkan gigi. Para wanita mudanya kebanyakan pindah ke kota dan menemukan arti kecantikan sendiri. Hiks, sedih.
ADVERTISEMENTS
Ternyata tak hanya di Vietnam saja, gigi hitam ini juga sempat menjadi tren yang mendarah daging dalam kultur wanita Jepang lho. Tradisi Ohaguro namanya
Dilansir dari Ancient Origins, gigi yang diselimuti warna hitam pekat merupakan simbol kecantikan budaya wanita Jepang. Kepercayaan mereka terhadap makna di balik gigi hitam dan juga praktik Ohaguro ini cukup lama, yakni sejak zaman Kofu (250-538) hingga akhir abad 19. Dilansir dari Ethnic Jewel Magazine, pada zaman Heian atau abad delapan hinga 12, kepopuleran Ohaguro kian meningkat karena tradisi tersebut dipraktikkan oleh para wanita bangsawan dan sejumlah sosok penting dalam kerajaan. Hingga kemudian, praktik Ohaguro ini dilarang pada zaman Meiji, yakni pada tahun 1870an silam. Alasannya, agar negara Jepang jauh lebih modern berkaitan dengan fashion. Sayang sekali ya…
ADVERTISEMENTS
Selain gigi hitam, ada lagi kebudayaan yang justru menilai gigi runcing sebagai ukuran kecantikan. Geser sedikit, budaya satu ini milik Filipina
Suku Bagobo namanya. Kamu harus percaya kalau wanita suku ini diharuskan untuk memiliki gigi runcing layaknya seorang drakula. Yang ini lebih mengerikan ya? Untuk mendapat predikat dan dianggap cantik, para wanita di sana harus rela merasakan sakit terlebih dahulu, berupaya meruncingkan gigi-giginya. Biasanya, mereka meruncingkan gigi dengan cara dipahat menggunakan bambu ataupun kayu. Mending nggak usah dibayangin sih yang ini.
Kalau di Indonesia, ada juga suku Mentawani yang hidup di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Mereka menganggap, semakin runcing gigi wanita, maka semakin cantiklah wanita tersebut. Kamu, berani? Makin kemari, banyak juga orang yang makin paham kalau sejatinya cantik itu tak lagi masalah fisik, lebih dari sekadar itu. Tapi, definisi dan konstruksi cantik itu tetap relatif, dibentuk berdasar konsensus atau kesepakatan masyarakatnya. Selamat menciptakan definisi cantikmu!