Namanya Aa Ujang, perawakannya kurus namun tampak antusias melayani pelanggan yang datang. Profesi yang telah menghidupinya dan keluarganya ini adalah berkah bagi mahasiswa di Jogja. Yap, Aa Ujang mempunyai warung burjo yang kini disebut warmindo ini. Seperti kita tahu bersama, warung burjo adalah penyelamat mahasiswa berkantong pas-pasan. Menu sederhana seperti Indomie goreng, nasi telur, nasi goreng dan sebagainya selalu jadi andalan mahasiswa setiap harinya.
Hipwee mencoba untuk mengapresiasi kehadiran warung burjo dengan mewawancarai salah satu penjual sekaligus pemilik warung burjo Berkah Illahi yakni Aa Ujang. Berikut intisari percakapan kami sore itu.
ADVERTISEMENTS
Gelombang perpindahan orang Kuningan ke Jogja untuk berjualan warung burjo dimulai sejak dekade 90-an. Aa Ujang salah satunya
Aa Ujang mulai berjualan ke Jogja pada tahun 1998. Pada tahun 2006 ia mengajak keluarganya pindah ke sini. Awalnya ikut bos lalu sekarang buka sendiri. Bisnis warung burjo ini tidak dimiliki oleh satu bos besar melainkan ada banyak orang yang memang membuka usaha seperti ini di Jogja. Dan memang sebagian besar dari Kuningan, Indramayu, Cirebon dan sebagainya. Waktu ia ke Jogja dulu, perantau masih sedikit dan kini sudah banyak sekali warung burjo di Jogja.
ADVERTISEMENTS
Mengapa warung burjo berkembang pesat di Jogja namun tidak berkembang di Jawa Barat?
Kenapa bisa banyak pasarnya di Jogja hal ini dikarenakan pasarannya banyak pelajar dan para perantau. Nah kalau buka di Jawa Barat sedikit peminatnya karena sedikit perantau. Kota pelajar lah yang bikin warung burjo bertahan dari serbuan cafe-cafe dan co-working space yang fancy. Warung burjo juga masih menyelamatkan mahasiswa yang berkantong pas-pasan.
ADVERTISEMENTS
Meski namanya warung burjo tapi kini jarang yang masih berjualan burjo. Kenapa?
Dulu sih awalnya jualan burjo namun saat ini sudah kurang peminatnya. Jadi sekarang beberapa burjo sudah nggak jualan burjo lebih ke mie instan dan berbagai lauk pauk. Bahkan burjo sudah menyerupai dengan warteg yang menyediakan aneka sayur dan lauk. Burjo buka 24 jam dan hanya tutup di libur lebaran saja,
Kesannya jualan burjo di Jogja bisa punya banyak kenalan mahasiswa. Meski begitu ada yang sering ngutang atau makan terus lalu abis itu main nyelonong pergi aja.Jangan dikira jualan di warung burjo tidak prospektif ya. Bagi Aa Ujang, penghasilan seharinya 1,5 juta. Tinggal dihitung aja kan keuntungan totalnya. Wah ternyata warung burjo punya simbiosis mutualisme dengan mahasiswa ya. Mahasiswa dapat makan murah, Aa burjo makin sejahtera. Saling menguntungkan. Hehehe