Pagi ini, Kamis 24 Januari 2018, pukul 06.35 WIB dari titik 0 kilometer Jogja, aku memulai perjalanan keliling Indonesia.  Cerita ini bukanlah tanpa maksud, bagi aku pribadi perjalanan keliling Indonesia  hanyalah wujud bentuk  penghargaan kepada diri sendiri karena telah bisa menyelesaikan salah satu pencapaian dalam hidup. Keliling Indonesia juga merupakan mimpi kecil yang dulu pernah aku impikan dan menjadi salah satu pilihan hidup,  hanya itu saja.
Oh iya, biaya yang aku siapkan selama memulai perjalanan  untuk mengelilingi Indonesia serta berencana mengunjungi Bali, NTB,NTT, Maluku, Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan kembali lagi Jawa cuma sekitar 500 ribu rupiah. Entahlah, sampai dimana ini akan berhenti, yuk kita mulai saja perjalanan ini, bismilllahirahmanirrahim…
Setelah memulai niat, aku menuju ke arah stasiun Lempuyangan untuk berangkat menuju Banyuwangi pada pukul 07.00 WIB. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar 15 jam menggunakan kareta Sri Tanjung, kemudian menyeberang dari pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk Bali selama satu jam perjalanan. Dari Bali, aku melanjutkan menggunakan bus menuju pelabuhan Padang Bai untuk menyeberang  ke tujuan awalku, yakni pulau Nusa Penida.
Salah satu hal menarik yang baru aku temui dalam perjalanan ini adalah bahwa aku bertemu orang-orang baru dengan kisahnya masing-masing. Â Mulai dari kisah bapak dosen di salah satu kampus yang ada di NTB yang lagi kuliah S3 namun sekarang masih hidup pas-pasan karena biaya gaji dosen habis oleh biaya kuliah S3 selama enam tahun. Aku juga bertemu turis mancanegara yang datang ke Indonesia dengan alasan cuaca musim dingin di negaranya hingga merasakan bagaimana toleransi di Pulau Dewata ketika menjadi muslim sekaligus minoritas di negara muslim terbesar di dunia.
Saat dalam perjalanan menuju pelabuhan Padang Bai, aku mampir dahulu di rumah teman di daerah Klungkung, Bali. Aku menginap dua malam di Klungkung dan berkesempatan mengunjungi daerah wisata Klungkung, Tengganan, dan wilayah Karang Asem, Bali. Aku juga berkempatan melihat kondisi pengungsi pasca-meletusnya Gunung Agung.
Berikut tempat wisata yang aku kunjungi di Bali bagian timur:
ADVERTISEMENTS
Monumen Puputan, Klungkung: mengenang perlawanan habis-habisan melawan Belanda
Di pusat Kota Klungkung, terdapat tugu besar yang diberi nama monumen Puputan Klungkung. Kita bisa melihat monumen berarsitek kuno menjulang tinggi yang dibangun untuk  mengenang perlawanan habis-habisan (puputan) kerajaan Klungkung melawan koloni belanda. Di dalamnya terdapat kisah zaman kerajaan Klungkung yang sayangnya menemui kekalahan. Namun, sialnya sangat jarang pengunjung masuk ke dalam monumen ini dan hanya berfoto-foto di luar saja. Selain itu, tempat ini menjadi lokasi favorit anak muda Klungkung di malam hari karena di sini tersedia Wifi gratis sepanjang hari.
ADVERTISEMENTS
Desa Wisata Tengganan: menemukan Bali yang sesungguhnyaÂ
Kata orang, jika ingin melihat Bali yang sesungguhnya, maka datanglah ke Desa Tenganan. Adat dan budaya Bali masih bertahan dengan baik di desa ini. Desa Tenganan juga dikenal dengan tradisi Perang Pandannya. Rumah-rumah yang sudah berumur ratusan tahun masih berdiri  dan terawat dengan baik. Di sini juga ada banyak pengrajin tenun Bali dan penjual suvenir. Namun, sayangnya aku datang di waktu yang kurang tepat. Saat itu Desa Tengganan dijadikan sebagai salah satu posko pengungsi Gunung Agung.  Waktu yang tepat untuk datang ke sini adalah di bulan Juni, Juli, dan Agustus.
ADVERTISEMENTS
Pantai Virgin: pantai yang masih bersih dan berpasir halus
Dari Desa Tenganan, kita bisa langsung menuju Pantai Virgin yang bisa ditempuh selama 15 menit perjalanan dengan motor. Kalau jalan kaki mungkin akan menghabiskan waktu 1-2 jam. Biaya masuknya 5 ribu per orang. Sebelum sampai ke pantai, kamu bisa singgah dan duduk sejenak di bukit asih yang menyajikan pemandangan tebing laut yang indah. Pantai Virgin bersih dan berpasir putih halus. Airnya biru dan tenang, cocok untuk snorkling dan berenang. Saking indahnya, konon pantai ini dulu menjadi rebutan antara dua desa.
ADVERTISEMENTS
Â
ADVERTISEMENTS
Water Palace Karang Asem: tempat rekomendasi pre-wedding yang belum banyak dijamah
Kalau Jogja punya Taman Sari, maka Bali punya Taman Ujung Water Palace.
Tempat ini sangat jarang diketahui olah wisatawan, mungkin karena tempatnya jauh di ujung Kabupaten Karang Asem. Bisa jadi itu asal mula dinamakan Taman Ujung. Kalau dari Pantai Virgin, jaraknya sekitar setengah jam perjalanan. Tempat ini keren banget, sangat bagus untuk foto-foto dan tergolong bersih juga, meski harga tiket masuk ke sini bagiku cukup mahal, yakni 15 ribu per-orang. Oiya, tempat ini sangat direkomendasikan untuk menggarap foto pre-wedding.
Usai berkeliling di Bali bagian timur, esok harinya aku melanjutkan perjalanan menuju Nusa Penida dan tinggal di kampung muslim Toya Pakeh bersama keluarga besar Fajar selama dua malam. Salah satu tempat yang paling saya rekomendasikan untuk datang ke Nusa pPnida adalah Pantai Kelingking. Kamu harus datang ke sini, terlebih jika bisa turun ke pantai yang ada di bawah. Memang untuk turun ke sini harus hati-hati, curam soalnya. Tapi setelah sampai di bawah, kamu akan menyebut nama tuhan saking kerennya. Pantai paling indah yang pernah aku temui. Super-recommended pokoknya. Namun, kamu harus siap-siap tenaga untuk naik lagi ya. Berat!
Oke, sampai di sini dulu, nantikan kelanjutan perjalanan #NekatKelilingIndonesia dari Hipwee!