Kabar kurang bagus tersiar dari candi Buddha terbesar di dunia, Candi Borobudur. Candi yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini memberlakukan peraturan baru. Per tanggal 13 Februari kemarin, dua lantai teratas di Borobudur akan dibatasi untuk pengunjung. Lantai 9 dan 10 kini tidak bisa diakses oleh pengunjung dan paling mentok cuma sampai lantai 8.
Tentu ini bukan berita yang baik mengingat keagungan Borobudur dan kesakralannya begitu terasa di lantai teratas. Sayang sekali jika harus diberlakukan pembatasan. Namun untuk menghindari kerusakan candi, mungkin kebijakan ini dirasa perlu diberlakukan di sana.
ADVERTISEMENTS
Mulai 13 Februari, pengunjung cuma bisa naik sampai lantai 8 Candi Borobudur. Nggak bisa lagi sampai lantai teratas
Balai Konservasi Borobudur (BKB) membatasi kunjungan wisatawan pada teras lantai 9 dan 10 Candi Borobudur mulai hari ini, Kamis (13/2/2020) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Hal ini dikarenakan sedang dilakukan monitoring terhadap batu dan stupa Borobudur. BKB akan melakukan monitoring struktur batuan, keterawatan, tingkat kerusakan akibat kunjungan wisatawan dan sebagainya. Jadi pengunjung Borobudur hanya bisa menaiki candi sampai teras lantai ke 8 saja. Tidak bisa lagi melihat stupa terbesar Borobudur dari depannya langsung.
ADVERTISEMENTS
Memang Borobudur mengalami banyak vandalisme dan kerusakan yang diakibatkan oleh turisme massal di candi suci umat Buddha sedunia tersebut
“Adapun perilaku-perilaku tersebut seperti duduk-duduk atau memanjat dinding pagar langkan candi atau stupa, corat-coret atau vandalisme, menggeser, mencungkil, menggores batu candi, membuang sampah sembarangan, menempelkan permen karet di batu candi, merokok dan mematikan puntung rokok pada batu, melompat di atas stupa (parkour),” kata Yudi dalam keterangan pers rilis yang dikutip dari Kompas.com.
Kerusakan terbesar memang terjadi di lantai 8,9 dan 10 karena kurang sadarnya pengunjung. Ada yang duduk di stupa dan menginjak stupa. Tak sedikit yang menempel permen karet di candi. Ada ribuan permen karet yang ditemukan di tubuh candi selama beberapa tahun terakhir. Tentu perilaku norak seperti ini merusak batuan candi yang usianya sudah ribuan tahun.
Tak cuma itu saja, perilaku pengunjung yang tidak elok lainnya dan tidak mencerminkan pelestarian candi yaitu menyentuh dan bersandar pada relief candi. Ada pula yang membawa benda yang berpotensi merusak batuan atau relief. Langkah kaki yang berpasir itupun bisa membuat candi perlahan aus dan rusak.
Untuk itu mari kita jaga Borobudur, peninggalan luar biasa bangsa Indonesia untuk dunia.