Setiap tahun, sudah menjadi rutinitas, masyarakat Tengger selalu menggelar upacara Kasada di kawah Gunung Bromo. Meski kini statusnya rawan akibat erupsi, mereka mantap tetap akan menghelat upacara tersebut.
Dua hari yang lalu (16/7), bandara di Malang bahkan terpaksa ditutup akibat aktifnya Gunung Bromo. Gunung yang terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur itu tengah erupsi dan membawa abu vulkanik ke arah barat daya. Karena itupun sekarang status Bromo menjadi waspada. Tapi kalau kamu tetap ingin turut serta dalam ritual agama itu ya masih bisa, tapi siap siap kecewa yaa…
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Tujuanmu datang ke Upacara Kasada buat apa? Kalau ingin mengabadikan momen dalam jepretan kamera ya kamu harus siap kecewa. Karena status masih waspada, jalur ke puncak pun dijaga ketat
Karena statusnya waspada, hingga dalam radius 1 kilometer pengunjung dilarang mendekati kawah. Tangga menjadi salah satu jalan yang dijaga ketat, nantinya hanya warga Tengger saja yang diperbolehkan melewati selama proses ritual Kasada. Jadi, kalau kamu sudah ada niat dan rencana untuk menikmati keseruan Kasada tahun ini, bahkan kamu sudah mengajukan cuti, maaf ya kamu nggak bisa lebih dekat lagi.
“Sekitar tangga, sampai anak tangga kita jaga ketat. Hanya umat (warga Tengger) saja yang boleh masuk,” ujar Muhammad Wahyudi, Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), seperti dilansir dari detiktravel.
Saking seriusnya, pengamanan juga dibantu oleh TNI dan Polri. Tangga menjadi prioritas pengamanan selama proses Kasada. Selain umat, dilarang masuk. Ini semua dilakukan demi memaksimalkan pemantauan dengan status waspada gunung tereksotik di Jawa Timur ini.
Kalian yang taat ya, tolong jangan nekat menerobos
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kepala Balai Besar TNBTS menyatakan tak bisa melarang perayaan Yadnya Kasada Bromo yang akan dilakukan masyarakat Tengger. Siapapun boleh sepakat, mustahil melarang perayaan keagamaan
John Kennedie, kepala Balai Besar TNBTS menyatakan tak bisa melarang perayaan Yadnya Kasada Bromo yang akan dilakukan masyarakat Tengger yang bermukim dekat Gunung Bromo dan sekitarnya. Toleransi pelaksanaan pun diberikan lantaran aktivitas vulkanik Gunung Bromo masih berstatus waspada alias level II, sehingga kondisi Bromo relatif dianggap masih aman bagi pelaksanaan Kasada.
“Mustahil melarang orang yang mau berhari raya, mau melakukan upacara keagamaan. Kalau dilarang malah bisa dituduh kami melanggar HAM. Lagipula sekarang Bromo masih berstatus waspada. Kalau berstatus awas, baru mungkin ada pelarangannya. Tapi juga masih harus dikompromikan dengan semua pemangku kepentingan,” ungkap John Kennedie, dilansir dari tempo.co
Gunung Bromo sendiri hingga saat ini masih tetap mengeluarkan asap 50-600 meter mengarah ke barat daya, suara gemuruh masih terdengar meski dalam intensitas sedang. Suara gemuruh itu disertai juga dengan lontaran pijar dan sinar api. Kasada tahun ini rasanya akan cukup menegangkan.
ADVERTISEMENTS
Hari Raya Kasada akan dirayakan dua hari lagi, yakni pada 20-21 Juli 2016. Ritual ini akan terus dilakukan demi keselamatan warga Tengger sendiri
Mereka akan tetap melakukan persembahan hasil bumi di kawah Gunung Bromo. Sebab, upacara ini wajib dilakukan dengan tujuan menjaga keselamatan warga Tengger. Kamu tahu nggak sih sebenernya upacara ini apa?? Kasada merupakan salah satu wujud persembahan terhadap Sang Hyang Widhi. Upacara ini selalu diperingati oleh suku Tengger setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan Jawa Kuno. Makna dan tujuannya pun ada bermacam-macam. Seperti memperoleh berkah, menjauhkan tolak bala atau malapetaka, serta wujud syukur atas karunia yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Tengger.
Karena tujuan yang mulia itulah, sebisa mungkin tiap tahun mereka akan tetap mengusahakan selalu menghelat Yadnya Kasada. Kalau enggak, kan malah nggak dapet berkah, deket sama malapetakan, dan kaya nggak bersyukur gitu. Selama masih bisa ya Kasada akan terus terlaksana. Dalam ritual ini, suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah Gunung Bromo.
ADVERTISEMENTS
Sejatinya rangkaian acara Yadnya Kasada Bromo sudah dimulai 16 Juli kemarin. Ada jalan santai dengan sarung, fashion show sarung, dan sebagainya
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Probolinggo, Anung Widiarto, seperti dilansir dari Kompas.com mengungkapkan, rangkaian acara Yadnya Kasada Bromo yang diselenggarakan tahun ini adalah Jalan Santai Pakai Sarung pada Sabtu, 16 Juli lalu mulai pukul 06.00 hingga selesai dimulai dari Rest Area Cemoro Lawang dan berakhir di Lava View Gunung Bromo. Setelahnya, ada pula Fashion Show Sarung dari pukul 09.00, dan Off Road dari Rest Area Cemoro Lawang dan berakhir di Lava View Gunung Bromo mulai pukul 07.00 WIB.
Kemarin Minggu (17/7) diselenggarakan juga Bromo Trails di Lapangan Desa Wonokerto, Sukapura. Masih ditambah dengan Pawai Obor dari Balai Desa Wonokerto menuju Ngadisari mulai pukul 18.00 WIB. Pada hari-H 20 Juli mendatang, ada Resepsi Yadnya Kasada bertempat di Pendopo Agung, Ngadisari, Sukapura . Dan Pemberangkatan Persiapan Upacara Ritual Yadnya Kasada mulai pukul 02.00 WIB dini hari.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, wisatawan dapat mengikuti seluruh rangkaian acara Yadnya Kasada Bromo. Saking sudah mendunianya acara ini, tiap tahun mendekati hari H Bromo akan penuh dengan wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara.
Upacara sesembahan atau sesajen ini bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Jadi kebayang kan kalau nggak ada Kasada?
Ritual dalam upacara Kasada pada hari H akan diawali dengan pengambilan air suci dari mata air Widodaren, persembahyangan umat Hindu, pemberkatan sesajen yang akan dilarung, dan pengangkatan dukun baru, baru kemudian sesajen dilarung menuju kawah Gunung Bromo. Pengangkatan dukun baru menjadi ritual yang begitu ditunggu dalam setiap Kasada. Karena pada setiap sakit, kepada dukun-dukun itulah masyarakat bergantung. Puncak acara akan berlangsung di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Gunung Bromo.
Sebelum upacara Kasada, para calon dukun atau tabib harus melalui tes pembacaan mantra terlebih dahulu. Untuk kemudian yang dinyatakan lulus akan diangkat oleh tetua adat. Peran dukun atau tabib bagi suku Tengger sangat kuat karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan masalah yang dialami oleh masyarakatnya. Tabib ini dapat melafalkan mantra-mantra kuno Hindu lho.
Gunung Bromo memang beda, nggak hanya indah dan cantik saja, namun juga mistis dan sarat akan tradisi lokal yang senantiasa dijaga. Semoga Kasada tahun ini masih akan berjalan baik-baik saja dan penuh dengan kesakralan. Selamat merayakan Kasada masyarakat suku Tengger.. dan para wisatawan, semoga cukup puas ya dengan kondisi penjagaan yang super ketat tahun ini. Maklumi saja, Bromonya lagi nggak sehat.