Penyebaran virus Corona makin sulit dihentikan. Lebih dari 720 ribu orang terlah terinfeksi di seluruh dunia. Ribuan korban meninggal terus berjatuhan hari demi hari. Pandemi ini bisa sulit terhenti jika orang-orang masih denial dan menganggap virus ini urusan sepele.
Salah satu indikator mengapa negara-negara Eropa terus meningkat jumlah penderita positif Covid-19 adalah karena banyak orang yang ngeyel tetap bepergian bahkan liburan di wakti-waktu krisis seperti sekarang. Tentu hal ini nggak bisa dibiarkan karena penderita terus bertambah jika orang-orang masih bergerak bepergian.
ADVERTISEMENTS
Salah satu ide untuk memaksa mereka pulang adalah merusak keindahan tempat wisata. Hal ini dilakukan dengan merusak warna biru Blue Lagoon di Inggris
Polisi di Inggris tampaknya hilang kesabaran dengan orang-orang yang tetap bepergian untuk tujuan liburan, salah satunya ke Blue Lagoon. Tempat wisata dengan keindahan air danau berwarna biru tosca ini berada di Harpur Hill, Buxton. Wisata ini adalah bekas lahan tambang batu kapur. Blue Lagoon bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam dari kota London.
Kesal dengan turis yang tetap saja datang liburan meski sedang ada pandemi Covid-19, polisi lalu punya ide yang cukup unik. Mereka ‘merusak’ tempat wisata indah ini dengan cairan berwarna hitam. Alhasil tampilan Blue Lagoon jadi perlahan menghitam.
ADVERTISEMENTS
Dengan warna Blue Lagoon yang perlahan menghitam, diharapkan tidak ada lagi orang yang nekat ke sana di saat-saat seperti ini
Tempat wisata yang mirip dengan Danau Kaolin di Belitung ini punya keindahan yang luar biasa dengan air warna biru tosca. Hal ini dikarenakan lahan ini bekas tambang batu kapur sehingga airnya jadi tampak indah walau mengandung zat kimia beracun.
Papan peringatan sudah dipasang dengan pemberitahuan bahwa air di sana mengandung hewan mati dan sampah, sehingga pengunjung dilarang berenang di dalamnya. Namun masih banyak turis yang menceburkan diri, sehingga polisi secara rutin mewarnai air di sana menjadi hitam. Diharapkan warga bisa tinggal di rumah dan tidak keluyuran ke sana lagi.
Mungkin ide yang sama bisa digunakan di Indonesia?