Bagi para pendaki, melangkahkan kaki menuju puncak-puncak tertinggi adalah saat-saat yang menyenangkan sekaligus mendebarkan. Meski melelahkan, naik gunung memang selalu membuat rindu. Tapi, mendaki gunung juga punya risikonya sendiri. Antara lain, sejumlah penyakit bisa saja mengintaimu tanpa kamu sadari, mulai dari yang ringan sampai yang mematikan.
Nah, biar perjalananmu ke puncak sana aman dan lancar, kamu perlu melakukan hal-hal berikut untuk mencegah penyakit menghampirimu saat mendaki. Apa aja? Yuk, simak bersama.
ADVERTISEMENTS
1. Saat mendaki, tubuhmu melakukan aktivitas fisik yang membuatnya kekurangan cairan. Cegah dehidrasi dengan minum cukup air sepanjang perjalanan
Pendakian merupakan aktivitas fisik yang membakar kalori, sehingga bikin kita berkeringat. Sekalipun udaranya dingin, tanpa sadar tahu-tahu baju kaos kita basah, ‘kan? Nah, keringat akibat aktivitas fisik ini bisa memicu terjadinya dehidrasi alias kekurangan cairan tubuh, yang gejalanya antara lain kerongkongan kering, bibir pecah-pecah, pusing, kram, sampai berhenti berkeringat.
Jika dibiarkan, dehidrasi bisa berakibat fatal. Sayangnya, masih banyak pendaki yang mengabaikan hal ini. Jika biasanya kamu minum 2 liter air per hari, saat mendaki setidaknya kamu mesti minum air sekitar 6-8 liter perhari untuk menjaga kadar cairan dalam tubuh. Jadi, jangan lupa bawa air minum yang cukup selama pendakian.
Selain air mineral, minuman isotonik juga bisa membantu mengembalikan cairan tubuhmu lebih cepat. Sedang minuman hangat macam kopi atau coklat panas cuma boleh kamu minum saat sudah mendirikan tenda dan hendak beristirahat. Jika diminum sepanjang perjalanan, kopi dan cokelat justru bisa membuat proses dehidrasimu berjalan lebih cepat.
ADVERTISEMENTS
2. Berolahraga rutin dan melakukan peregangan sebelum dan sesudah mendaki akan membantu ototmu pulih lebih cepat dan terhindar dari kram
Seperti olahraga lainnya, jika kamu langsung mendaki tanpa pemanasan, tubuh bakal “kaget”. Ujung-ujungnya, otot-ototmu bisa mengalami kaku, pegal, dan kram yang bisa mengganggu pendakian. Untuk mengantisipasi hal ini, sebaiknya kamu berolahraga rutin jauh-jauh hari sebelum melakukan pendakian. Selain itu, melakukan pemanasan sebelum mulai mendaki—terutama di bagian sendi— bisa membantu mencegah terkilir atau keseleo.
Kamu juga wajib memperhatikan barang bawaanmu agar tidak berlebihan sehingga tidak membebani ototmu terlalu berat. Oh iya, sebelum tidur di dalam tenda maupun di rumah usai mendaki, lakukan juga peregangan ringan untuk melemaskan kembali otot-ototmu yang mengencang selama perjalanan. Dijamin kamu terbebas dari pegal dan kram, tidurmu juga lebih enak.
ADVERTISEMENTS
3. Saat mendaki di siang hari, pastikan kulitmu terlindung dari sinar ultraviolet yang mengancam
Sinar matahari memang baik untuk tubuh. Namun, udara yang dingin di pegunungan seringkali membuat pendaki abai dengan kondisi kulitnya saat mendaki di siang hari. Meski udaranya dingin, tanpa disadari kamu gampang terpapar sinar ultraviolet yang bisa membakar kulitmu.
Nah, biar kulitmu gak perih terbakar, gunakan topi serta pakaian yang tertutup agar matahari tidak langsung mengenai kulit. Selalu sediakan tabir surya dan berjalanlah di tempat yang teduh kalau memungkinkan. Kamu juga bisa melindungi bibirmu dari pecah-pecah dengan lip balm yang mengandung tabir surya.
ADVERTISEMENTS
4. Cuaca buruk dan dinginnya udara gunung bisa menimbulkan hipotermia. Pastikan persiapanmu cukup memadai untuk mencegahnya
Gak bisa dipungkiri jika dinginnya udara di atas gunung serta cuaca buruk bisa menjadi masalah bagi pendaki. Apa jadinya jika hujan yang tiba-tiba bikin bajumu basah di tengah udara dingin yang menyergap? Atau, ketika tanpa sadar bajumu basah karena keringat. Bisa-bisa kamu masuk angin, bahkan sampai hipotermia.
Untuk menghindari hipotermia yang mengintaimu selama mendaki, sebaiknya kamu menyiapkan beberapa persiapan:
- Beberapa hari sebelum mendaki, cobalah simulasikan udara gunung di rumahmu. Bisa dengan mengeset AC ke suhu yang rendah, menggunakan kipas angin, atau tidur di ubin. Jangan melawan hawa dingin yang menyergap, anggap aja itu suhu normal. Lama-lama, tubuhmu akan terbiasa.
- Saat mulai mendaki, jangan buru-buru mengenakan pakaian hangat atau berlapis-lapis. Biarkan dulu tubuhmu menyesuaikan diri dengan udara gunung betulan.
- Hindari menggunakan kaos berbahan katun sebagai layer pertama. Meski udara dingin, saat mendaki kamu akan tetap berkeringat. Kaos yang basah akan mudah memerangkap udara dingin; kamu bisa semakin rentan terkena hipotermia. Pilih kaos berbahan polyester yang mudah menguapkan keringat.
- Bawa pakaian ganti secukupnya. Kalau bajumu basah karena hujan atau keringat, sebaiknya segera ganti dengan kering. Selain itu, jangan lupa bawa jaket dan sleeping bag yang dilapisi polar atau bulu angsa yang efektif memerangkap panas.
- Siapkan poncho dan plas chamois. Pastikan poncho atau fly sheet berada di tempat yang mudah dijangkau agar sewaktu-waktu bisa kamu manfaatkan sebagai bivak darurat yang melindungimu dari hujan. Plas chamois bisa kamu gunakan untuk mengeringkan pakaianmu yang basah. Lebih jelasnya baca aja “Tips Mendaki di Musim Hujan“.
ADVERTISEMENTS
5. Agar rasa lelah dan kedinginan tidak mendekat, konsumsi makanan sehat dan buah-buahan selama pendakian
Saat melakukan pendakian, tubuhmu membakar kalori lebih dari biasanya. Untuk menjaga tubuhmu tetap hangat dan memulihkan rasa lelah lebih cepat, tubuhmu butuh lebih dari sekadar mie instan yang cuma bikin kenyang. Pastikan makananmu seimbang gizinya dengan membawa bahan makanan yang tak cuma satu macam. Beberapa makanan yang pantas kamu bawa di atas gunung sudah pernah Hipwee bahas, kok.
Untuk cemilan, ada baiknya kamu membawa buah-buahan. Buah seperti pisang mengandung karbohidrat kompleks yang bisa diserap tubuh secara bertahap. Sebagian pendaki suka membawa gula merah sebagai sumber kalori. Sayangnya, karbohidrat sederhana yang dikandung gula merah terlalu cepat diubah menjadi sumber tenaga, sehingga kurang bisa diandalkan untuk jangka panjang.
Kalau perlu, kamu juga bisa mengkonsumsi multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuhmu selama mendaki.
ADVERTISEMENTS
6. Jangan bernafsu segera mencapai puncak. Nikmati perjalananmu pelan-pelan biar gak mengalami mountain sickness
Saat mendaki, secara fisiologis tubuhmu melakukan penyesuaian atau yang dikenal dengan sebutan aklimatisasi. Hal ini sangat diperlukan, apalagi jika kamu mendaki di atas ketinggian 2.500 meter dpl karena kondisi tekanan udara dan kadar oksigennya jauh berbeda dengan di dataran rendah.
Jangan anggap remeh aklimatisasi. Jika tubuhmu gak melakukan aklimatisasi dengan sempurna, bisa-bisa kamu terkena penyakit mountain sickness atau altitude sickness di atas gunung. Gejalanya mulai dari mual, pusing, hilang nafsu makan, lemas, sampai sesak napas. Kalau dibiarkan, penderitanya bisa kehilangan nyawa, lho.
Untuk mencegahnya, jangan terburu nafsu untuk mendaki ke puncak meski tubuhmu kuat. Lakukan pendakian tidak lebih dari ketinggian 300m tiap harinya biar tubuhmu bisa menyesuaikan diri dengan baik.
7. Tubuh manusia berbeda-beda keadaannya. Kenali kondisi tubuhmu sendiri dan selalu bawa obat-obatan pribadi serta P3k
Kamulah yang paling memahami kondisi tubuhmu sendiri. Misalnya, apa aja alergimu, seberapa sensitif dirimu, gampang kena anemia atau nggak, dan sebagainya. Biar pendakianmu nyaman, jangan andalkan orang lain untuk menyediakan obat-obatan buatmu. Pastikan obat-obatan yang kamu perlukan ada di dalam tasmu. Jangan lupa bawa serta kotak P3K mungil untuk berjaga-jaga siapa tahu ada pendaki yang membutuhkan.
8. Terakhir, jangan lupa memanjatkan sebait doa pada Yang Maha Kuasa untuk melindungimu sepanjang tapak dihela
Sebelum memulai pendakian, sebait doa adalah hal yang tak boleh kamu abaikan. Memang sih, hal ini sulit dibuktikan secara ilmiah. Tapi, doa bisa membantu pikiranmu berada di keadaan yang positif yang sanggup mensugesti tubuh kamu untuk tetap berada dalam keadaan baik, seperti halnya efek plasebo. Jadi, gak ada salahnya, ‘kan, memohon perlindungan-Nya selama mendaki?
Itulah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah penyakit-penyakit yang mengintai selama mendaki gunung. Eh, kalau kamu punya tips lainnya, jangan lupa dibagikan ke pembaca lainnya, ya. Salam lestari!