Berita duka datang dari puncak tertinggi di Jawa, Semeru yang ada di Provinsi Jawa Timur sana. Banyak orang berkata, pesona Semeru kerap jadi tempat malaikat pencabut nyawa melancarkan pekerjaannya, termasuk Soe Hok Gie yang tentu sering kamu dengar kisahnya. Berikut berita duka tentang meninggalnya salah seorang pendaki saat menuju puncak Mahameru. Semoga iringan doa dari sesama petualang mampu melapangkan jalanmu…
ADVERTISEMENTS
Zimam Arofik, pendaki asal Pelakongan diketahui meninggal ketika berada di Pos Kalimati. Apalagi yang dia bawa, selain amal ibadah yang setia mengiringi
Kemarin, Rabu (14/9/2016), seorang pendaki bernama Zimam Arofik, warga Jalan WR Supratman, Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah dinyatakan meninggal ketika berada di Pos Kalimati. Pendakiannya sudah dimulai sejak Sabtu (10/9/2016), Zimam mendaki bersama enam orang kawannya yang juga warga Pekalongan. Sayang ia tak bisa pulang bersama mereka.
ADVERTISEMENTS
Korban meninggal saat di ketinggian 2700 meter di atas permukaan laut. Tak ada kecelakaan yang terjadi, pun kelalaian atau kesalahan yang didapati. Sakitlah yang jadi alibi
Dilansir dari sindonews.com, Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Antong Hartadi mengatakan, korban bersama enam orang temannya menaati peraturan dengan melakukan pendaftaran di Pos Ranupani pada Sabtu, 10 September lalu. Persyaratan pendakian korban lengkap, termasuk surat keterangan sehat dari dokter. Setelah briefing dan pengecekan terakhir, rombongan berangkat sekitar pukul 17.00 WIB, dan tiba di Ranu Kumbolo pukul 22.00 WIB. Di hari yang sama, korban masih beraktivitas seperti biasa dan sudah mengeluh sakit pada pukul 23.00 WIB.
ADVERTISEMENTS
Keesokan harinya, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pos Kalimati. Ketika yang lain melakukan summit attack pada tengah malam, korban memilih tetap di pos dan menjaga tenda
Pukul 16.00 WIB keesokan harinya, rombongan sudah sampai di Pos Kalimati dan mendirikan tenda lagi. Pukul 00.30 WIB, rombongan pun siap meuju Puncak Mahameru. Ketika itu, korban tidak ikut dan menjaga tenda serta pembekalan yang ada di Pos Kalimati. Kawan-kawannya sampai di puncak pukul 05.30 WIB, dan setelah sepuluh menit berada di atas, mereka pun turun dan kembali menuju Kalimati tempat korban beristirahat. Selanjutnya, pukul 07.00 WIB, korban mengeluh sakit kepala dengan kondisi badan yang hangat, suhu badan meninggi. Korban langsung diberi pertolongan dengan obat yang dibawa rombongan dan terus beristirahat di tenda.
ADVERTISEMENTS
Sempat menuju turun ke Pos Ranupani, 50 meter perjalanan korban mengeluh tak kuat dan tenda pun kembali didirikan di Pos Kalimati. Kita tak akan pernah tahu, kapan maut akan mengintai diri
Pada pukul 10.00 WIB, semua rombongan memutuskan turun ke Pos Ranupani. Namun, baru sekitar 50 meter perjalanan, korban mengeluh tak kuat dan mereka pun kembal ke Kalimati untuk mendirikan tenda lagi. Pukul 14.00 WIB, tiga orang dari rombongan turun mencari pertolongan ke Pos Ranukumbolo. Karena tak mendapat bala bantuan di sana, mereka semakin turun menuju Pos Ranupani dan melaporkan pada Resot PTN Ranupani, kala itu waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB, Selasa 13 September 2016.
ADVERTISEMENTS
Naasnya, ketika bantuan tiba di Kalimati pada pagi hari Rabu kemarin, korban sudah terlanjur meninggal dunia. Kita pun berduka. Semeru kembali mencekam dengan pesonanya
Dari laporan yang didapat malam harinya pukul 20.30 WIB, petugas Resot PTN Ranupani mengupayakan tenaga evakuasi. Tapi karena sudah malam dan kondisinya hujan serta berkabut, tim evakuasi tidak berani menindaklanjuti. Mereka menunggu pagi. Ketika enam orang diberangkatkan untuk memberi bantuan, saat sampai di lokasi itu pula kematian yang mereka dapatkan. Setelahnya, korban segera dibawa ke RSUD Lumajang untuk proses visum.
ADVERTISEMENTS
Pendakian ke Mahameru memang selalu menjadi kebanggaan bagi para pendaki. Tapi ingatlah, kamu tak bisa memilih di mana akan mati. Tetaplah berhati-hati dan kenali kondisi diri sendiri
Siapa sih yang nggak bangga ketika berhasil berdiri di sebuah puncak tertinggi di tanah Jawa? Apalagi dalam kosmologi Jawa, Semeru merupakan tempat bersemayamnya para dewa. Dihimpun dari berbagai sumber, sejak tahun 1969 hingga 2009, sudah ada 28 nyawa melayang, termasuk pendaki yang dinyatakan hilang di Semeru. Masih ditambah empat pendaki yang meninggal di tahun 2013 hingga 2015. Satu lagi di 2016. Sehingga, bila ditotal ada 33 pendaki Semeru yang meninggal dunia dan hilang sejak tahun 1969 hingga 2016.
Yang paling monumental dan diingat tentu saja sosok Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa 1966 yang juga anggota pecinta alam Mapala Universitas Indonesia. Bersama Idhan Lubis, merekalah dua korban pertama yang hilang dan meninggal di Semeru. Jalur pendakian gunung yang masuk Kabupaten Lumajang ini memang dikenal memiliki medan yang sulit dengan cuaca yang tidak menentu. Jadi, para pendaki jangan hanya mengandalkan fisik saja, tetapi juga mental dan kemampuan membaca cuaca di alam pegunungan wajib dimiliki. Tragedi sudah terjadi. Apapun hasil visumnya nanti, semoga almarhum Zimam Arofik tenang di alam barunya, keluarga pun diberikan sabar dan tabah dalam menjalani hidup ke depannya. Amin.