Jogja itu “Kota Seniman,” katanya.
Agaknya dua kata itu bukan lagi menjadi julukan tak bermakna.
Melainkan janji hidup yang mengumandangkan sebuah paham, Seni Untuk Semua.
Apa yang terlintas di pikiranmu ketika saya menyebut kata Yogyakarta? Sebatas pantai-pantai dan deretan goa di Gunung Kidul sana, Merapi yang legendaris karena Mbah Maridjannya, atau wisata belanja di Malioboro dan pusat perak di Kotagede? Nyatanya, Jogja lebih dari sekadar itu. Ada hal lain yang membuat kota mistis nan romantis ini mendunia. Banyaknya ruang seni di berbagai penjuru kota Jogja yang selalu membuka pintunya, untuk siapa saja.
Tak banyak kota di Indonesia, di dunia sekalipun, dimana seniman bisa berbaur dengan masyarakat. Dalam mengungkapkan kritik sosial, dunia seni pada umumnya tak bisa dipisahkan dari sifat eksklusivisme yang adalah bagian dari kulturnya. Namun, tidak demikian halnya dengan budaya seni di Jogja.
ADVERTISEMENTS
ART|JOG sebagai bukti nyata bahwa seni rupa bisa dirayakan oleh siapapun setiap tahunnya
Ruang seni di berbagai penjuru kota Jogja selalu hidup dengan pameran dan pertunjukan. Pintu yang terbuka di berbagai ruang seni independen seolah mengundang siapapun yang memang tertarik oleh seni. Beberapa seniman dan kolektor seni pun membuka rumahnya untuk ruang edukasi publik. Kultur yang demikian menjadikan seni sebagai bagian yang tak terpisahkan dari napas hidup orang Jogja. Karakter tersebut tercermin dalam pesta seni tahunan Jogja yang diinisiasi oleh Heri Pemad Art Management pada 2009 lalu, ART|JOG namanya (dulu dikenal dengan Jogja Art Fair).
ADVERTISEMENTS
Lebih dari sekadar berpesta, tujuan implisitnya lebih untuk mendorong agar semakin banyak karya berkualitas yang tercipta
Pagelaran serta bursa seni ini bertujuan mengapresiasi seniman-seniman asal Indonesia, baik yang senior maupun seniman muda. Mengutip catatan kuratorial Aminudin TH Siregar, yang adalah kurator ART|JOG pada tahun 2009-2011,
“ART|JOG bukanlah arena yang disediakan untuk galeri berpesta, melainkan untuk lebih mendorong terciptanya keseronokan karya debutan baru seraya menantang seniman yang sudah mapan untuk mengolah karya-karya mereka di ruang-ruang khusus.”
Berbasiskan tujuan tersebut, komite penyelenggara pun mengadakan pendaftaran terbuka bagi para seniman. Hal ini dimaksudkan untuk menyeleksi karya yang akan ditampilkan, tanpa melalui perantara galeri seni. Idealisme tersebut dilakukan secara konsisten dibarengi dengan dukungan nama-nama besar dalam dunia seni Indonesia kontemporer.
Karena itulah, seperti sudah jamak diketahui orang, tak sembarang karya bisa ditampilkan di ART|JOG ini. Menerapkan seleksi yang profesional dan kurasi yang ketat, pesta seni tahunan ini disebut-sebut sebagai yang terbaik di Asia Tenggara dalam hal kualitas kurasi. Jadi, kamu jangan heran kalau ART|JOG telah menjadi magnet dan agenda seni rupa kontemporer di Asia berkat karakternya yang unik ini.
ADVERTISEMENTS
Jumat, 27 Mei lalu ART|JOG sudah resmi dibuka, dan akan berlangsung setiap hari hingga sebulan lagi. Yakin nggak mau mampir kesana?
ART|JOG kini telah menjadi pagelaran seni yang diakui secara internasional. Terbukti dengan dukungan yang diberikan oleh galeri-galeri internasional, termasuk ARNDT (Berlin-Singapura), Primo Marella (Milan), dan MiFA (Melbourne). Animo masyarakat pun semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut Heri Pemad (CEO ART|JOG), pengunjung pameran tahun 2014 silam mencapai 100 ribu orang, dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun kala itu tiket masuk sebesar Rp 10 ribu mulai diberlakukan. Kemudian tahun 2015 pengunjung mencapai 120 ribu orang, dengan harga tiket masuk senilai Rp 50 ribu.
Tahun ini, ART|JOG dibuka sejak tanggal 27 Mei lalu, dan akan berlangsung hingga 27 Juni mendatang di Jogja National Museum. Tentu saja tahun ini diharapkan lebih banyak lagi masyarakat yang tertarik untuk larut memaknai ragam seni, yang telah dihimpun di dalam museum yang terletak di Jalan Prof Ki Amri Yahya itu. Dikuratori oleh Bambang ‘Toko’ Witjaksono, ART|JOG|16 mengambil tema Universal Influence.
ADVERTISEMENTS
Universal Influence, merupakan sejarah yang diakumulasikan hingga membentuk kebudayaan global yang universal
Tema yang digunakan tahun ini berangkat dari sebuah pemahaman bahwa apa yang menjadi kebudayaan global atau universal lahir melalui akumulasi peristiwa yang menyejarah. Universalitas pun memiliki pengaruh tatanan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan hingga religi. Tahun ini, ART|JOG ingin menjadi kekuatan yang ikut mewarnai dinamika seni rupa Indonesia.
Beragam karya seni dipamerkan, mulai dari lukisan 2 dimensi, 3 dimensi, seni instalasi, video, site specific object dan performance. Seniman yang terlibat antara lain Eko Nugroho, Agus Suwage, Garin Nugroho, Nasirun, Titarubi, dan masih banyak lagi. Karya-karya yang dipamerkan dibuat untuk dapat dinikmati masyarakat secara luas. Pas pembukaan tanggal 27 Mei lalu, artis (super) cantik, Dian Sastrowardoyo juga turut menyemarakkan lho. Kamu nggak mau kalah kan?
Kalau kamu nggak tahu seni, yaudahlah kamu bisa selfie sepuas hati.
ADVERTISEMENTS
Ada 72 seniman dari dalam dan luar negeri, dengan total 97 karya yang dipamerkan. Eh, ada blower raksasa dan mercusuar juga lho~
ART|JOG dikenal selalu menyuguhkan sesuatu yang segar setiap tahunnya. Kali ini ada menara setinggi 36 meter lengkap dengan perangkat lampu suar dengan jangkauan 10 kilometer. Mercusuar tersebut disertai dengan karya instalasi kinetik berbentuk blower berdiameter 2,5 meter dan dalamnya 50 meter. Wow banget kan??
Katanya sih karena ini tahun kesembilan ART|JOG, makanya dilambangkan melalui mercusuar dengan sembilan cahaya. Ada maknanya? Ada dong. Mercusuar merupakan simbol pengaruh universal yang diciptakan oleh sang seniman melalui penampilan artistiknya. Kemudian, seniman dan karya terbaiknya akan berpengaruh terhadap dunia sekelilingnya melalui berbagai perspektif. Nah, karya seni adalah suatu pernyataan diri, sebuah upaya mengalirkan pengaruh universal terhadap dunia sebagaimana mercusuar menjadi penerang dan penentu arah. Yakin deh, keluar dari sana kamu bakal jadi makin filosofis banget, ciyeeee~
ADVERTISEMENTS
Ehem, ART|JOG yang dipuji banyak orang ini katanya diabaikan pemerintah daerahnya sendiri. Iya apa iya?
Tahun lalu, banyak media menyoroti abainya pemerintah daerah setempat dalam keberlangsungan pesta seni tahunan ini. Seolah memperbaiki citranya, Jumat (27/5) lalu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X turut serta hadir dan membuka ART|JOG ini lho. Dia pun menyatakan bahwa kegiatan berkesenian tidak akan ada matinya sepanjang jaman. Pameran seni kontemporer ini menunjukkan perkembangan seni rupa di Indonesia. “Yogyakarta adalah gudangnya seni kreatif. Sekarang ini sedang mengalami transformasi cepat dari agraris ke industri kreatif,” begitu kata Sultan.
Lagipula, kalau Sultan nggak bisa dateng tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya, bisa jadi karena beliaunya memang sedang sibuk kan? Patut dicatat pula, bahwa area pameran Jogja National Museum atau juga Taman Budaya Yogyakarta yang digunakan tahun-tahun sebelumnya, merupakan milik pemerintah daerah. Hal ini seakan menunjukkan dukungan otoritas lokal terhadap bursa seni tahunan ini.
Pesta seni ini juga dapat dikatakan telah menjadi wadah usaha berbagai stakeholders kota Jogja untuk memajukan industri pariwisata. Sinergi harmonis yang terjalin antara penggagas, komunitas seni nasional dan internasional, serta pemerintah daerah, menunjukkan komitmen yang nyata untuk membudidayakan seni di tengah kehidupan masyarakat modern.
Kamu bukan anak seni? Tenang aja, seni kontemporer adalah seni interpretatif. Jadi, pengunjung lebih bebas menginterpretasi ide dan jalan pikiran sang seniman dari karya yang ditampilkan. Sebagai seorang yang awam seni memang seringkali mengaku nggak paham. Sama sekali nggak masalah kok kalau kamu menganggap ekshibisi di ART|JOG ini sebagian besar adalah benda-benda random yang ditata secara random yg kemudian diberi makna sesuai interpretasi sang seniman pembuatnya. Setidaknya sekali sumur hidup, cobalah berkunjung kesana.
Jadi, masih mau beralasan apa lagi untuk tidak turut terlibat dalam ‘gemerlap’nya pesta seni rupa kontemporer tahunan ini???