Baca judul ini jangan-jangan kamu jadi ingat serial drama Meteor Garden ya? Hehe. Sekarang ini, kita memang tengah berada di tengah hujan meteor yang bernama Delta Aquarid, yang sudah dimulai sejak 12 Juli lalu. Nah, sekitar tanggal 28 dan 29 Juli besok, Delta Aquarids akan mencapai puncaknya. Meski katanya hujan meteor akan lebih banyak terlihat di bumi bagian selatan, namun tenang saja, kamu yang ada di utara tetap tidak akan ketinggalan untuk menikmati fenomena langit ini. Selama puncaknya nanti, kamu akan bisa melihat setidaknya 20 meteor setiap jamnya.
“Lho itu kan besok, belum ada persiapan mau lihat dimana nih.”
Tenang, masih ada hujan meteor bernama Perseids yang akan datang dalam waktu satu bulan lagi. Jadi, setelah puncak Delta Aquarids tanggal 28 dan 29 Juli ini, ia akan kembali hadir sekitar tanggal 23 Agustus. Bersamaan dengan hujan meteor Perseid yang mencapai puncak pada pertengahan Agustus. Bingung? Intinya akan ada 2 puncak hujan meteor di pertengahan Agustus mendatang. Kamu yakin nggak bikin planning kemana-mana??
Lagi mikir gimana cara nikmatinya? Kamu nggak kepikiran nyaksiin fenomena ini pas siang hari atau sore kan?
Waktu terbaik menikmati pemandangan bintang jatuh jelas saat tengah malam menuju pagi, ya sekitar pukul 2 atau 3 pagi gitulah. Di sepertiga malam. Kebayang nggak, kamu ngelihatin bintang jatuh sembari menyebut nama-entah-siapa dalam doa. Syahdu banget kayanya ya…
Lalu, karena meteor-meteor itu akan terlihat cukup kecil, kamu harus melihatnya di langit yang sangat gelap. Bebas dari cahaya bulan atau benda benda bercahaya lainnya. Kalau mantanmu masih bercahaya ya jangan lihat sama dia. Satu rahasia nih, Agustus nanti hujan meteor akan semakin nampak indah. Sebab, bersamaan dengan kemunculan bulan baru, meteor-meteor itu akan ditemani bulan sabit. Nggak usah dibayangin!
Kalau kamu anak kota, dan ingin menyaksikan fenomena epic ini, pergi jauh jauh ke desa! Di kota banyak polusi cahaya. Main-main sana ke pinggir sawah.
Polusi cahaya kan sangat bisa menerangi langit malam yang harusnya gelap. Jadilah, cahaya-cahaya dari meteor redup yang melintas nggak akan kelihatan jelas. Kamu melipir ke desa dulu deh mending, ke tempat nenek kamu mungkin. Sembari bisa silaturahmi kan. Misalnya kamu dari Jakarta nih, bisa kali ke Garut. Lalu lihatnya dimana? Di pinggir hamparan sawah! Sebab, dengan hamparan sawah yang luas, medan pandang pengamatanmu juga bakalan luas. Pastikan nggak terhalang oleh pepohonan, bangunan, ataupun bukit. Jadi kapan berangkat ke rumah nenek?
Denger soal hujan meteor begini, kamu yang anak gunung pasti langsung ngelirik carrier kan? Jadi punya alasan ngajak gebetan naik gunung nih!
Bisa jadi tempat paling cocok, paling pas, dan paling indah menyaksikan hujan meteor ini ialah puncak gunung. Tempat dimana pandanganmu nggak akan terhalang oleh pepohonan, bangunan, dan nggak ada pula cahaya lain yang menginterupsi keagungan ciptaan Tuhan yang menghias langit malam. Bintang-bintang biasa kalau dilihat dari puncak gunung aja indah banget, apalagi hujan meteor. Duh! Nggak usah cari gunung yang jauh dari tempat tinggalmu, yang dari Jawa mau ke Sumatera dulu, udah gunung manapun oke, yang penting langitnya bersih lho ya.. Langit bersih itu yang gimana? yang terbebas dari awan dan kabut, meski nggak mungkin 100% sih. Hihii
Yang nggak hobi naik gunung nggak usah maksa, daripada kenapa-napa. Hujan meteor ini bisa kamu nikmati sembari tidur-tiduran di pantai kok
Nggak percaya? Udah percaya aja. Cari pantai yang nggak di kota. Main-main sini ke Gunungkidul aja. Pantai kan definisinya merupakan sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir laut. Kamu kebayang dong panjangnya garis pantai sepanjang apa? Disini kamu bakal cukup punya medan pandang yang luas. Sambil terlentang di hamparan pasir menyaksikan meteor yang berjatuhan, aduh betapa romantisnya. Nggak tahu sih, yang di sebelah kamu siapa? Hehe. Yang jelas, posisi terlentang memang disarankan. Sebab, kemunculan meteor di langit nggak pernah kita tahu kapan persis waktu datangnya, jadi kamu butuh waktu pengamatan cukup lama dan kepalamu harus siap sedia menengadak melihat ke atas langit.
Yang mau lihat dari ketinggian, tapi nggak mau tinggi-tinggi, mungkin bukit bisa jadi solusi! Bukit Sikunir di Dataran Tinggi Dieng misalnya…
Sebut saja Sikunir, mungkin orang bilang ia tak lebih dari sekadar bukit kecil. Jangan salah, Sikunir Dieng tak pernah sepi dari pengunjung. Ratusan wisatawan berbondong ke tempat ini setiap weekend. Banyak kesan yang akan kamu dapat disini, selama ini sih karena keindahan golden sunrise-nya. Bagaimana kalau kamu menyaksikan hujan meteor disini saja? Sangat bisa dicoba. Sudah siapin doa belum pas ada bintang jatuh? Yakali kamu salah satu yang percaya kalau hujan meteor/ bintang jatuh mampu mengabulkan permintaan yang kamu inginkan.
Mau yang pasti-pasti aja? Yaudah, berkunjung ke Bosscha. Walau bisa dilihat dengan mata telanjang, kamu bisa memakai kamera DSLR dengan lensa fisheye misalnya
Observatorium Bosscha Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sudah tahu kan ini tempat apa? Jadi, di bulan Agustus nanti, tanggal 11, 12, 25, dan 26, pihak Bosscha akan membukan kunjungan malam. Kamu bisa meneropong langsung dengan teleskop portable dan teleskop Bamberg. Biayanya Rp 200 ribu per orangnya. Karena disana ada ahlinya, kamu bisa menyimak penuturan dan penjelasan mereka. Mugkin kamu jadi bisa paham, sumber hujan meteor berasal dari rasi bintang apa, bagaimana fase bulan saat puncak hujan meteor tiba. Mungkin dengan ilmu baru itu gebetanmu akan makin terpukau.
Pinggir sawah udah, gunung, pantai, bukit, bosscha juga kelar. Yaudah, tinggal kamunya ngatur waktu aja mau berangkat kemana dan sama siapa. Mumpung masih muda, mumpung masih ada hujan meteor juga. Atau kamu punya skenario berbeda? Pakai perahu nelayan ke tengah laut untuk melihat hamparan langit luas misalnya, ahhh itu juga indah. Se-kreatifnya kamu aja menangkap momen langka ini. Selamat menyaksika fenomena semesta!