Dibandingkan dengan kota-kota besar lain d Indonesia, misal Jakarta, Surabaya atau Semarang, Bandung relatif sangat muda. Kota ini dibangun pada tahun 1810, atau tepat ketika Gubernur Hindia Belanda, Herman William Daendels menancapkan tongkatnya di satu titik.
“Jika aku kembali, aku ingin ada kota yang dibangun di sini”
Kata-kata sakti Daendels itulah yang kini menghasilkan Kota Bandung. Sulit dipercaya memang, tapi begitulah adanya. Titik yang ditancapkan tongkat itu kini jadilah titik nol Kota Bandung.
Sebagai kota berjuluk Paris van Java, kamu pasti penasaran kaya apa sih bentuk Kota Bandung tempoe doeloe. Yuk kita simak perbandingan Bandung jadul sama Bandung masa kini…
ADVERTISEMENTS
Braga memang sudah jadi jalan yang sangat populer di jaman kolonial. Kini pun masih demikian, Braga kerap dijadikan ajang festival kala malam…
Sebagai jalan yang populer di Bandung sedari dulu, Braga adalah icon Kota Bandung. Kini berpuluh-puluh tahun setelahnya, pesona Braga sebagai jalan yang ramai oleh wisatawan masih terjaga. Acara-acara festival seperti Bandung Culinary Night pun digelar di jalan ini. Begini tampilan Braga di masa kini.
ADVERTISEMENTS
Alun-alun Kota Bandung mengalami transformasi yang cukup banyak jika dibandingkan dengan alun-alun era Ridwan Kamil. Nih kamu bisa bandingkan!
Alun-alun Bandung dibangun di pendopo kabupaten, sehingga menyatu dengan Masjid Agung dan bangunan pemerintahan lainnya. Awalnya ada dua pohon beringin di sana, namun tumbang jelang kedatangan Jepang. Kini, alun-alun jadi lebih tampak hijau setelah Ridwan Kamil, walikota Bandung, membuat konsep ruang terbuka hijau di alun-alun Bandung.
ADVERTISEMENTS
Stasiun Bandung sudah jadi stasiun penting pada masa itu. Kini stasiun Bandung sudah sangat modern…
Stasiun Bandung berdiri pada tahun 1884 dan jadi salah satu stasiun kereta api paling tua di Jawa. Awalnya hanya dibuka untuk jurusan Batavia-Bandung via Bogor. Beberapa tahun setelahnya dibuka jalur ke perkebunan teh. Kini, stasiun Bandung makin modern dengan penumpang yang terus meningkat.
ADVERTISEMENTS
Tak jauh dari Jl Asia Afrika, ada Jl Otista yang mengambil dari nama Otto Iskandar Dinata. Kini Jalan Otista jadi salah satu jalan yang paling penting di Kota Bandung. Tak terkecuali saat acara peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika tahun 2015 lalu…
Tidak banyak sejarah yang menyelipkan Jalan Otista ini. Saat peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung, 2015 lalu, sepanjang Jalan Otista dihiasi payung-payung yang berwarna-warni nan indah…
ADVERTISEMENTS
Gedung Merdeka, salah satu bangunan paling bersejarah di Bandung. Dulunya Gedung Merdeka digunakan untuk pelaksanaan Konferensi Asia Afrika yang begitu melegenda…
Gedung Merdeka adalah bangunan bersejarah yang dulunya digunakan untuk Konferensi Asia Afrika. Kini, meskipun jarang digunakan, Gedung Merdeka masih difungsikan sebagai tempat pertemuan penting dan juga museum. Bentuk fisiknya nyaris tidak terlalu mengalami perubahan dibanding beberapa puluh tahun lalu.
Gedung Sate sebagai landmark utama kota Bandung dibangun pada tahun 1920. Kini fungsinya sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat
Gedung Sate pada awalnya diperuntukkan untuk kantor Departemen Lalulintas dan Pekerjaan Umum. Sempat jadi kantor pemerintah Hindia Belanda ketika Batavia dinilai tidak memenuhi syarat sebagai ibukota. Kini, Gedung Sate berfungsi untuk kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, bangunan ini juga jadi tempat wisata utama di Bandung.
ADVERTISEMENTS
Jalan Asia Afrika kini telah mengalami banyak perubahan. Tapi dari dulu fungsinya masih sebagai jalan utama di Bandung. Ada beberapa bangunan yang kini sudah tidak ada lagi…
Jalan Asia Afrika memang populer sebagai destinasi wisata di Bandung. Sejarah jalan ini pun cukup panjang. Dahulu, kota Bandung dipindahkan ke daerah ini karena tongkat Daendels tadi ditancapkan di Jalan Asia Afrika ini ang kemudian jadi titik 0 Bandung. Untuk itu dibuatlah jalan besar sebagai penghubung Jalan Raya Pos Daendels sejauh 1.000 km dari Anyer ke Panarukan. Jalan ini bernama Grootepostweg yang artinya jalan raya pos utama. Kemudian berubah jadi Jalan Asia Afrika karena terjadi Konferensi Afrika di Gedung Merdeka yang terletak di jalan tersebut.
Buat warga Bandung, kangen Bandung yang lama atau suka dengan Bandung yang modern seperti sekarang. Jawab di kolom komentar ya…