Bencana adalah sesuatu yang menjadi tragedi dalam hidup manusia. Kedatangannya biasa diikuti oleh tangis dan dusta nestapa. Sementara kenangannya menjadi catatan kelam tersendiri yang mungkin begitu sulit dilupakan. Hikmah bencana alam menunjukkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya di alam semesta yang maha luas ini. Sementara bencana kemanusiaan, menjadi tanda bahwa terkadang perbuatan manusia bisa lebih kejam dari bencana alam.
Meski kenangannya harus diingat-ingat dan dihormati, lokasi bencana ternyata juga bisa dijadikan destinasi wisata. Kali ini Hipwee Travel akan membahas beberapa destinasi wisata yang dulunya menjadi lokasi bencana, baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan. Sambil, yuk, kita ingat-ingat lagi apa yang sudah kita lakukan di dunia ini.
ADVERTISEMENTS
1. Tak mau berdiam diri hartanya habis, penduduk Porong Sidoarjo mengubah lokasi bencana Lumpur sebagai tempat wisata. “Nuansa tragisnya” bisa kamu lihat sekarang
Sudah sepuluh tahun berlalu, bagaimana kondisi masyarakat Porong Sidoarjo setelah semburan lumpur menenggelamkan 16 desa? Warga yang kehilangan mata pencaharian dan putus asa menunggu bantuan atau tindakan dari pemerintah, mengubah cerita tragis hidup mereka menjadi daerah wisata. Di lokasi tempat semburan lumpur menenggelamkan seluruh harta kekayaan itu kini berubah menjadi lautan lumpur yang sebagian mengering dan sebagian masih menggenang. Di salah satu titik, kamu bisa melihat patung-patung orang dalam posisi tenggelam dan nyaris tenggelam, sebagai bentuk karya seni sumbangan warga. Yang terbaru adalah Pulau Sarinah, pulau yang muncul akibat endapan lumpur lapindo yang sudah mengering. Uniknya lagi, warga berinisiatif menanami berbagai tumbuhan bakau di pulau baru ini, dan tumbuh! Wah, mungkin ini layak disebut keajaiban. Ada sunrise juga yang bisa kamu nikmati. Jadi, kamu tidak akan rugi main-main ke sini, selain sebagai bentuk dukungan kepada perekonomian warga yang kini hanya menggantungkan hidupnya ke sektor wisata.
Ngomong-ngomong, di sana juga ada patung besar Aburizal Bakrie dengan pakaian berwarna kuning sekaligus tulisan “Jangan Biarkan Bangsa Ini Lupa.” Hmm, apa ya kira-kira maksudnya?
ADVERTISEMENTS
2. Wisata rumah Teletubbies di Dusun Nglepen Prambanan. Monumen bencana gempa Jogja tahun 2006 silam
Kamu yang pernah menjadi remaja di era 90-an sampai awal 2000-an, pasti langsung teringat acara Teletubbies ketika melihat rumah-rumah di Dusun Nglepen, Desa Sumberharjo, tak jauh dari komplek Candi Ratu Boko di Prambanan. Rumah Dome, adalah rumah tahan gempa yang dibangun setelah peristiwa gempa Jogja di tahun 2006 silam yang menyebabkan 4.983 orang meninggal dunia. Pembangunan rumah Dome ini merupakan kerjasama antara LSM Wango dan Domes For The World. Bentuk rumah Dome persis seperti rumah Tinky Winky, Dipsy, Lala, dan Poo. Bentuk rumahnya lucu, bulat-bulat berwarna putih, dengan pintu dan jendela di bagian depan. Untuk menambah keasrian, ada pohon-pohon rindang di masing-masing rumah. Ada 71 unit rumah Dome di dusun ini. Kamu bisa mengunjunginya dan menikmati berbagai paket wisata seperti menginap dengan biaya 120.000/malam, kuliner khas Dome, dan menikmati kesenian Dhom Thek-tek. Lokasinya mudah dijangkau kok, kamu hanya perlu berkendara sekitar 40 menit dari kota Jogja.
ADVERTISEMENTS
3. Tsunami dahsyat di Aceh 2004 silam menghempaskan banyak benda lautan ke daratan. Di antaranya adalah kapal nelayan yang tersangkut di atap rumah ini
Kita tentu masih ingat dengan duka di penghujung tahun 2004 silam. Lebih dari 230.000 orang tewas setelah gempa sebesar 8,3 skala richter di Laut Samudera Hindia memicu tsunami di 14 negara. Indonesia adalah negara yang paling parah terkena dampaknya. Tsunami setinggi 9 meter menelan kurang lebih 197.000 korban jiwa. Tidak berlebihan rasanya bila menyebut bencana ini sebagai bencana paling mematikan di abad 21.
Untuk mengenang duka atas peristiwa ini, banyak lokasi di Aceh yang kemudian dijadikan destinasi wisata. Salah satunya adalah Kapal di Atas Rumah (Boat On The Roof). Kapal apung Lampulo adalah salah satu dari kapal nelayan yang terhempas ke daratan saat tsunami terjadi. Kapal apung Lampulo berlabuh di atap rumah seorang warga. Hingga kini pemkot Aceh masih mempertahankan kapal ini sebagai salah satu monumen peringatan tsunami Aceh. Kapal ini menyelamatkan 59 awak kapal yang berlayar di atasnya. Sekarang, di atas kapal tersebut kamu bisa melihat catatan perjalanan awak kapal mulai dari sebelum tsunami terjadi.
Meski memiliki berat hampir 200 ton dan luas 1.900 kilometer persegi, ternyata PLTD Apung I tetap mengalami nasib yang sama dengan Kapal Nelayan Apung Lampulo. Sebelumnya, kapal besar ini berada di laut yang jaraknya sekitar 5 kilo dari posisinya saat ini. Tahun 2012-2013 pemkot Aceh merenovasinya dan menjadikannya sebagai salah satu situs peringatan tsunami juga, sekaligus pusat edukasi tentang tsunami.
ADVERTISEMENTS
4. Menikmati ‘padang pasir’ Merapi dan museum Sisa Hartaku di Jogja. Sebagai pengingat letusan besar Merapi tahun 2010 silam
Letusan Gunung Merapi tahun 2010 silam memang termasuk salah satu letusan dahsyat dari gunung berapi teraktif di dunia tersebut. Lava pijar dan awan panas yang muncul lebih awal daripada perkiraan membuat sedikitnya 353 orang tewas, termasuk juru kunci Mbah Maridjan. Akibat dari erupsi Merapi itu, kini muncul lautan pasir yang luas di sisi selatan Merapi. Tak mau terpaku duka terlalu lama, masyarakat menjadikan sisa-sisa letusan Merapi sebagai destinasi wisata.
Kamu bisa menikmati wisata Merapi ini dengan mengikuti Lava Tour Merapi, yaitu menjelajahi padang pasir yang luas itu dengan menggunakan Jeep Willys. Kamu juga akan diajak singgah ke beberapa lokasi menarik mulai dari Kaliurang, Kinahrejo, Kalikuning, hingga bunker Kaliadem. Kamu juga bisa mengunjungi rumah sekaligus makam Mbah Maridjan. Terakhir, jangan lupa untuk mengunjungi Museum Sisa Hartaku, yang awalnya adalah rumah warga, tapi hancur akibat terjangan lava. Di museum ini kamu bisa melihat bangkai benda-benda sehari-hari mulai dari sepeda motor, televisi, peralatan dapur, serta rangka hewan-hewan ternak yang habis terkena awan panas. Ada juga sebuah jam dinding utuh yang berhenti di angka 00.05, penanda waktu saat peristiwa itu terjadi.
ADVERTISEMENTS
5. Banjir besar di tahun 1953 membuat Belanda berbenah. Bendungan Delta adalah buktinya, yang membuat arsitektur dan teknik Belanda diakui dunia
Bendungan Delta atau yang sering disebut dengan Deltawerken atau Delta Work ini adalah serangkaian konstruksi rumit yang membentang di bagian barat daya Belanda, meliputi provinsi Brabant Utara, Holland Selatan, dan Zeeland. Awalnya Delta Works adalah lokasi pembuatan tanggul-tanggul raksasa, proyek pengeringan air laut untuk dijadikan daratan, dan berbagai macam tata kelola air lainnya. Tapi sekarang kamu bisa jalan-jalan ke sana sebagai turis dan menikmati berbagai wisata yang ada. Tiga provinsi yang disebut tadi terkenal sebagai daerah-daerah dengan keunikannya sendiri. Kalau kamu main ke sana saat musim panas, kamu bisa bersepeda atau olahraga air di Pulau-pulau Holland Selatan. Kamu juga bisa melihat kota pelabuhan terbesar di dunia yaitu Rotterdam dan Rijnmond dari atas menara Euromast.
Siapa sangka, destinasi wisata yang termasuk dalam keajaiban dunia ini berasal dari sakit hati Belanda akibat bencana alam besar di tahun 1953? Sebagai sebuah negara, posisi Belanda memang agak ‘sial’. Sesuai namanya “Netherland”, 20% wilayah di Belanda lebih rendah daripada permukaan air laut. Tanggal 1 Februari 1953, akibat cuaca buruk membuat air laut mengalami kenaikan luar biasa. Akibatnya banjir besar terjadi, dan menelan korban hingga 2.100 jiwa, dengan korban terbanyak di Belanda yaitu 1.800 jiwa. Karena tidak mau bencana alam yang sama terulang lagi, Belanda mulai merancang tata air dan project mengeringkan laut untuk dijadikan daratan sekaligus membuat tanggul-tanggul raksasa yang melindungi dataran Belanda dari air laut yang mendadak pasang.
ADVERTISEMENTS
6. Luka bangsa Amerika atas tragedi 11/9 diabadikan dalam situs Zero Ground, yang mencatat nama-nama korban dalam suasana sunyi senyap
Siapa yang bisa melupakan tragedi 11/9 di New York Amerika? Kira-kira 3.000 orang meninggal setelah dua pesawat teroris menabrakkan diri ke menara kembar World Trade Center. Sudah 15 tahun berlalu, tapi peristiwa ini masih menjadi mimpi buruk bagi warga Amerika. Kini di lokasi yang sama dibangun monumen peringatan yang disebut dengan Ground Zero. Di lokasi tempat dua menara kembar dulu berada dibangun dua lubang besar berbentuk persegi yang menjadi air terjun buatan. Warna hitam yang mendominasi lubang dan air yang memantul dengan suara keras menambah suasana kelam. Di pinggiran lubang itu, kamu bisa melihat nama-nama korban tragedi WTC yang dituliskan adalam pelat perungu. Berbeda dengan destinasi wisata lainnya, tidak ada yang memasang wajah bahagia saat mengunjungi Ground Zero. Para pengunjung bicara dalam bisikan, melangkah dengan perlahan, dan sibuk mencari-cari nama keluarganya yang menjadi korban untuk menyelipkan bunga. Suasana sedih dan trauma masih terus membayangi Amerika, bisa kamu rasakan saat berada di Ground Zero.
7. The Killing Field ‘Choeung Ek’, ladang pembantaian warga sipil oleh rezim Khmer Merah di Kamboja. Wisatanya bikin bulu kudukmu meremang
Rezim Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot menjadi luka terburuk bagi masyarakat Kamboja. Sekitar 1,7 – 2,5 juta warga negara terbunuh dari total penduduk yang hanya 8 juta. Yang dibunuh bukan hanya pria ataupun perempuan dewasa saja, melainkan juga bayi-bayi dan anak-anak dengan tujuan agar kelak saat mereka dewasa, mereka tidak membalas dendam atas kematian orang tuanya. Rasa kelamnya duka dan sisa-sisa kekejaman itu bisa kamu lihat saat kamu berkunjung ke Cheoung Ek yang terletak sekitar 40 menit dari kota Pnomh Pehn.
Julukan Killing Fields diberikan karena di lokasi ini jutaan korban rezim Khmer Merah dibantai dan dikubur secara massal. Konon sebelum dibantai, para korban disuruh untuk menggali kuburnya sendiri. Ladang pembantaian Cheoung Ek memiliki sebuah menara pengintaian. Di dalamnya, jutaan tengkorak milik korban disimpan, disusun membentuk Stupa Buddha. Tak jauh dari sana, ada The Magic Tree, tempat sebuah pengeras suara digantungkan. Dulu saat pembantaian terjadi, lagu-lagu rakyat diputar dengan suara keras agar pembantaian tersamarkan. Untuk kamu yang bernyali besar, silakan berkunjung ke sana dengan biaya $6 atau sekitar Rp. 70.000,-.
8. Kekejaman Nazi adalah rapor merah kemanusiaan. Di kamp konsentrasi Auschwitz Polandia ini jejak-jejak penyiksaan mereka bisa dirasakan
Kekejaman Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler di tahun 1930-1940 an masih menjadi satu kenyataan yang memilukan dalam sejarah kemanusiaan. Bila Belanda punya Rumah Persembunyian Anne Frank, di Polandia ada Kamp Konsentrasi Auschwitz, yang merupakan tempat di mana dulu tentara Nazi membantai bangsa Yahudi, LGBT, dan orang-orang yang tak diinginkan lagi. Bangunan ini terletak di kota kecil Polandia yang bernama Oswiecim, yang letaknya sekitar 50km dari kota Krakow.
Meskipun berupa bangunan tua besar yang berada di antara pepohonan hijau (saat musim semi), namun suasana kelam sudah akan menyambutmu sejak memasuki pintu gerbang. Kamp konsentrasi terbesar ini terdiri dari banyak barak-barak yang masih dipertahankan sesuai dengan kondisi aslinya. Kamu bisa menemukan barang-barang tahanan seperti koper, baju, hingga sikat gigi. Di antara barak-barak yang ada, barak 10 dan 11 tidak dibuka untuk umum. Di barak ini inilah tahanan ditelanjangi, digunduli, diperkosa, sebelum kemudian dimusnahkan. Spot suram lainnya adalah ruang bawah tanah yang menyatu dengan krematorium, di mana dulu tentara Nazi membinasakan tahanan dengan gas beracun. Kalau kamu pernah membaca atau menonton film tentang kekejaman Nazi, mungkin kamu tidak akan kuat mengunjungi tempat ini.
Mengutip kata-kata seorang pengunjung wisata lumpur Lapindo: “Jika ini disebut wisata, mungkin ini wisata tragis.”. Mengunjungi daerah-daerah wisata yang berasal dari lokasi bencana, kita tidak hanya disuguhi pengalaman inderawi saja, melainkan juga pengalaman rohani meliputi rasa kehilangan, kesedihan, keputus-asaan, sekaligus rasa ingin bangkit dari keterpurukan.
Hal ini bukan berarti menjadikan kesedihan orang lain sebagai bahan rekreasi, melainkan untuk ikut merasakan sekaligus mengingatkan bahwa banyak tragedi yang terjadi di masa lalu. Karenanya, kita harus banyak belajar agar kejadian yang sama tidak terulang di masa depan.
Selamat berlibur ya…