Gunung Rinjani adalah gunung berapi dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut. Predikat gunung berapi tertinggi ke dua di Indonesia pun jadi bukti megahnya puncak Anjani. Selayaknya gunung-gunung tinggi lainnya di dunia, ia menjanjikan keindahan paripurna bersanding dengan beraneka bahaya. Tak ayal, nyawa manusia sering kali melayang dalam perjalanan ke puncak tertinggi. Tak terkecuali Rinjani, ia dengan kejam menghempaskan pendaki sesuai yang ia kehendaki. Berikut ini Hipwee Travel merangkum 6 kisah kematian tragis di Rinjani.
Kenapa kamu perlu membaca artikel ini? Agar kamu tidak menjadi korban di sana untuk kesekian kali. Semoga menjadikan pelajaran bagi semua pendaki.
ADVERTISEMENTS
Kita awali dari tragedi meninggalnya 7 pendaki di Sembalun. Tepatnya di antara danau Segara Anak dan Plawangan Sembalun. Sebuah pendakian nekad karena kala itu cuaca buruk dan Rinjani ditutup!
Kejadian tragis ini sudah terjadi agak lama, sekitar tahun 2007 atau 9 tahun lalu. Seorang penduduk Desa Sembalun yang ingin memancing di Danau Segara Anak menemukan 7 jenazah di sekitar jembatan antara Plawangan Sembalun dengan Danau Segara Anak. Alhasil ia memutuskan kembali ke Sembalun dan melaporkan penemuan tersebut kepada Basarnas. Tujuh pendaki lokal itu disinyalir terjebak cuaca buruk karena waktu itu bulan Maret memang musim hujan dan badai. Dan konyolnya, mereka tidak membawa makanan dan perlengkapan yang memadai. Terjebak di tengah cuaca buruk, wajar jika tubuh mereka tak bisa bertahan. Pelajaran penting buat pendaki gunung, bawalah peralatan yang lengkap. Jangan sampai menyerahkan nyawa sia-sia di gunung.
PS : Ada video yang berhasil Hipwee dapatkan tentang evakuasi 7 jenazah pendaki tahun 2007 ini. Mungkin memang kurang etis, namun setidaknya pembaca bisa belajar dari tragedi ini. Maafkan jika kurang berkenan, dan tidak usah dibuka jika memang tidak kuat melihatnya. Terimakasih.
ADVERTISEMENTS
Turis asing senantiasa masuk dalam daftar korban yang meregang nyawa di Rinjani. Turis asal Italia jatuh ke jurang setinggi 80 meter!
Pada juni 2010 Seorang warga negara Italia Federica Frovera, 27 tahun, pendaki gunung Rinjani tewas terjatuh dari tebing ke dalam jurang sedalam 80 meter, Senin 28 Juni 2010 di kala sore hari. Peristiwa itu terjadi ketika Federica bersama teman prianya, Guillome Antonilo, 30 tahun, usai melihat danau Segara Anak yang berada di bawah puncak Rinjani. Diduga Federica kelelahan karena sudah beberapa hari berada di Rinjani. 🙁
ADVERTISEMENTS
Nggak melulu pendaki pemula, salah seorang pemandu pendakian juga terjatuh dari jurang gara-gara ia melewati jalur ilegal yang tidak direkomendasikan untuk pendakian
Ryan Hadi, mahasiswa asal IKIP Mataram meninggal di Gunung Rinjani setelah jatuh ke jurang dalam perjalanan dari Danau Segara Anak menuju Plawangan di jalur Timbanuh. Jalur Timbanuh bukanlah jalur resmi pendakian alias jalur ilegal karena berbahaya buat pendaki. Ryan yang berperan sebagai guide membawa rombongan dari Jakarta dan ia meninggal karena terjatuh ke jurang yang dalam pada tanggal 24 Agustus 2014.
Pelajaran penting bahwa pendaki sebaiknya melewati jalur resmi yakni Sembalun dan Senaru agar perjalanan lebih aman dan terkendali. Pun, kecelakaan di gunung bisa menimpa siapa saja, bahkan guide yang sudah berpengelaman sekalipun.
ADVERTISEMENTS
Wisatawan asal Republik Dominika juga meninggal di Rinjani karena kecelakaan. Ia meninggal ketika dievakuasi ke Sembalun
Wisatawan asal Dominika, Mario Alpanso Rodriguez, meninggal beberapa hari sebelum Ryan terjatuh di Rinjani. Ia yang merasa sakit memutuskan untuk segera turun dari Rinjani via Jalur Sembalun. Sayangnya ia mendesak untuk dijemput pada tengah malam di mana rute pendakian sulit dilewati dengan mudah. Akhirnya ia dijemput sepeda motor di Pos 2 savana Sembalun. Namun, terjadi kecelakaan sewaktu melewati trek yang curam. Mario akhirnya meninggal dunia.
ADVERTISEMENTS
Satu tahun yang lalu, pendaki asal Thailand terperosok jatuh ke jurang setelah menuruni Plawangan Senaru. Nahas, nyawanya tak tertolong!
Tragedi ini terjadi pada tahun lalu, tepatnya 27 Juli 2015. Phannee Rojwitchaa (39), pendaki asal Thailand ditemukan meninggal dunia setelah terperosok jatuh di jurang dalam perjalanan melewati trek terjal menuju Danau Segara Anak dari Plawangan Senaru. Ia mendaki bersama 5 rekan dari Thailand beserta porter dan guide. Ia terpeleset dan jatuh ke jurang sedalam 10 meter. Tak sempat tertolong, ia meninggal saat itu juga. Jasadnya kemudian dievakuasi ke RS Bhayangkara Lombok. Itu adalah kematian terakhir pendaki berkewarganegaraan asing di Rinjani.
ADVERTISEMENTS
Paling terbaru, pendaki asal Palembang yang meninggal di pemandian Aik Kalak Rinjani. Diduga ia kelelahan sehingga meregang nyawa di air panas
Nah, kalau yang ini kasus terbaru. Salah seorang pendaki dari Palembang bernama Ike Suseta Adelia menghembuskan nafas terakhir di Gunung Rinjani. Anehnya, ia meninggal justru di tempat yang relatif aman di pemandian air panas Aik Kalak, tak jauh dari danau Segara Anak yang termasyhur itu. Menurut informasi rekan-rekannya, seperti ada yang menarik kaki mereka kala berendam di air panas. Jenazah Ike ditemukan terapung keesokan harinya setelah tiba-tiba lenyap saat berendam di sana. Sebuah sebab kematian yang aneh. Satu hal lagi, secara manajemen pendakian, guide yang mengantarkan rombongan Ike juga tidak profesional, terbukti dari alpanya dalam membeli tiket masuk Taman Nasional Gunung Rinjani. Sehingga status Ike menjadi pendaki ilegal.
Ada satu pernyataan menarik dari porter yang mengantarkan rombongan Ike ke Rinjani Mei lalu.
Dia sudah tidak bernyawa Mas sedari datang ke Rinjani. Saya lihat sudah tak ada tanda kehidupan dalam dirinya. Barangkali Mbak-nya sudah merasa bakal meninggal di sini.
Itu dia 6 kejadian tragis yang berujung kematian bagi pendaki Gunung Rinjani. Sebagai pengingat buat kamu semua agar senantiasa berhati-hati.