Sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan destinasi pantai terbanyak di dunia. Pulau Jawa merupakan tempat dengan banyak pantai yang bisa menjadi tujuan wisata saat liburan. Selain sebagai destinasi wisata yang memanjakan mata, beberapa pantai di Indonesia juga memiliki daya tarik lain, termasuk mitos-mitos yang beredar bahwa wisatawan tidak diizinkan melakukan beberapa hal. Yuk, simak apa saja lima pantai di Pulau Jawa yang punya pantangan-pantangan bersifat mistis untuk para wisatawan!
Mitos tentang larangan memakai baju hijau sudah menjadi ciri khas dari Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis mungkin merupakan salah satu pantai yang paling terkenal di Pulau Jawa. Saat wisatawan mengunjungi Yogyakarta, Pantai Parangtritis tampaknya selalu masuk ke dalam daftar destinasi wisata yang ingin dikunjungi.
Banyak wisatawan yang menghabiskan waktu di Parangtritis dengan bermain di gumuk pasir, atau berkunjung di sore hari untuk melihat matahari terbenam. Hal ini menjadi alasan logis mengapa Pantai Prangtritis selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Alasan lain yang menjadi daya tarik Pantai Parangtritis berkaitan dengan mitos yang beredar bahwa wisatawan yang datang tidak diizinkan memakai baju warna hijau. Sebagai bagian dari Pantai Selatan, Parangtritis dipercaya memiliki penghuni mistis, yaitu Nyi Roro Kidul. Konon, wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis dengan memakai baju hijau akan diseret ombak suruhan Nyi Roro Kidul, karena penghuni pantai tersebut sangat senang dengan warna hijau.
Pantai Pangandaran sebagai destinasi keluarga saat liburan menyimpan kisah yang hingga saat ini masih dipercaya masyarakat
Pantai yang berlokasi di Bandung ini merupakan bagian dari Pantai Selatan. Pantai ini menjadi salah satu destinasi paling “seksi” untuk wisata keluarga saat liburan.
Warga yang tinggal di sekitar Pantai Pangandaran selalu mengingatkan wisatawan untuk tidak mandi di pantai tersebut. Jika wisatawan tidak mengindahkan larangan itu, maka mereka akan mendapat musibah, misalnya hanyut atau terbawa ombak.
Pantangan tersebut berawal dari cerita rakyat yang beredar. Dulu, Raja Padjajaran memiliki seorang istri simpanan yang sedang hamil. Raja Padjajaran tidak menginginkan kehamilan tersebut, sehingga ia menyuruh pengawal istana untuk membuang istri simpanannya ke hutan.
Istri simpanan Raja Padjajaran sangat sedih. Ia berjalan ke pantai di Selatan Laut Jawa, lalu mencoba bunuh diri di sana. Namun, ia diselamatkan dan diangkat menjadi anak Ratu Laut Kidul. Nama istri simpanan Raja Padjajaran berubah menjadi Roro Kidul. Konon, ia selalu mencari orang lain untuk dijadikan sebagai temannya. Oleh sebab itu, ketika ada wisatawan yang mandi dan terbawa ombak di Pantai Pangandaran, ia dipercaya telah diambil oleh Nyi Roro Kidul.
Pantai Petanahan menjadi salah satu destinasi pilihan anak hits di Kebumen. Sebagai bagian dari Pantai Selatan, pantai ini juga menyimpan misteri
Pantai Petahanan berlokasi di daerah Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Karanggadung. Pantai ini menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diminati wisatawan, terutama anak muda, karena lokasinya yang instagramable.
Namun, Pantai Petahanan tergolong sebagai pantai berombak besar. Ketinggian ombak yang dihasilkan dapat mencapai 5 meter. Selain itu, ombaknya bisa datang secara tiba-tiba dan menyeret apapun yang ada di sekitar pantai. Hal tersebut menuntut wisatawan untuk selalu berhati-hati, mengingat banyaknya korban yang terseret ombak.
Seperti kebanyakan larangan pantai yang merupakan bagian dari Pantai Selatan, masyarakat di Desa Karanggadung juga percaya bahwa wisatawan tidak boleh mengenakan baju hijau gadung saat berkunjung. Baju hijau akan mengundang datangnya ombak besar secara tiba-tiba, lalu menyeret wisatawan tersebut hingga ke dalam laut.
Tebing-tebing yang membentuk kolam kecil menjadi ciri Pantai Kedung Tumpang. Pantai ini memiliki larangan sendiri tentang hal yang tidak seharusnya dilakukan wisatawan
Pantai Kedung Tumpang berlokasi tepat di Desa Pucunglaban, Kabupaten Tulungagung. Jika biasanya pantai diidentikkan dengan pasir, daya tarik Pantai Kedung Tumpang malah terlihat dari banyaknya tebing-tebing di sekitar pantai. Tebing-tebing tersebut membentuk kolam-kolam kecil yang membuat pengunjung senang mengabadikannya. Hal ini membuat Pantai Kedung Tumpang menjadi salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi di Jawa Timur.
Wisatawan yang datang ke pantai ini disarankan untuk datang di pagi hari, yaitu saat kondisi pantai sedang surut. Kunjungan sore hari dapat membahayakan keselamatan wisatawan karena hempasan ombak yang dapat mengimbangi ketinggian tebing.
Selain itu, terdapat mitos yang beredar di masyarakat tentang larangan membawa jeruk saat berkunjung. Dipercaya bahwa membawa jeruk saat berkunjung dapat mengundang ombak besar di Pantai Kedung Tumpang.
Sebuah kamar di hotel dekat Pantai Pelabuhan Ratu dipercaya sebagai kamar Nyi Roro Kidul. Kamar tersebut menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang datang ke Pantai Pelabuhan Ratu
Nama Pelabuhan Ratu mungkin bukan nama yang asing lagi di telinga banyak orang, terutama yang tinggal di Pulau Jawa. Pantai ini terletak di Kota Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Di dekat pantai, terdapat sebuah hotel bernama Hotel Inna Samudera Beach, tepatnya di Jl. Cisolok Raya Km 7. Di sana terdapat sebuah kamar, yakni kamar nomor 308, yang dipercaya sebagai kamar Nyi Roro Kidul. Kamar tersebut menjadi salah satu daya tarik Pantai Pelabuhan Ratu yang mengundang rasa penasaran para wisatawan.
Semua benda-benda, mulai dari bantal, tempat tidur, dinding, hingga kursi di kamar tersebut menggunakan warna hijau. Masyarakat percaya bahwa Nyi Roro Kidul memang sangat fanatik dengan warna hijau. Oleh karena itu, wisatawan tidak dianjurkan menggunakan baju atau pernak-pernik lain berwarna hijau saat masuk ke kamar nomor 308 Hotel Inna Samudera Beach dan mengunjungi Pantai Pelabuhan Ratu.
Itulah lima pantai di Pulau Jawa yang dikenal dengan pantangan-pantangan yang masih dipercaya masyarakat hingga saat ini. Apapun larangan yang ada di tempat wisata tersebut, kita sebagai wisatawan patut menghargainya, karena itu adalah bagian dari adat istiadat yang berlaku di masyarakat.