Meski hidup tak melulu berputar soal cinta, kegagalan dalam hubungan tetap bisa menyakitkan. Sekalipun kamu tak pernah bicara terbuka tentangnya, walaupun mungkin kamu sering mengejek teman yang galau di media sosial, kamu toh pasti mengerti rasanya sakit hati.
Tapi jika kegagalan bercinta adalah nasib, berkubang dalam kesedihan adalah sikap kekanak-kanakan. Mengasihani diri sendiri itu cuma buang-buang waktu. Mau tahu apa yang seharusnya kamu lakukan? Tenangkan diri, istirahat sejenak dari rutinitas, dan jika memungkinkan, pergilah jalan-jalan. Pergi liburan bisa membantumu mendapatkan pengalaman baru. Gak perlu lagi yang namanya mengingat-ingat masa lalu. Liburan juga akan membuatmu paham: hal-hal yang indah di dunia ini tetap saja bakal menakjubkan walau harus kamu nikmati sendirian.
Jadi, sudah siapkah kamu mengetahui tempat-tempat mana yang bisa kamu kunjungi untuk menyalakan kembali semangatmu? Hipwee sudah merangkum 12 di antaranya di sini. Tempat-tempat mana sajakah itu?
ADVERTISEMENTS
1. Museum Sisa Hartaku di Jogja akan membuat matamu terbuka. Dibanding korban bencana, kehilangan yang kamu rasa bukanlah yang terberat di dunia.
Bencana erupsi Merapi empat tahun silam masih menyisakan sesak bagi sebagian masyarakat yang tinggal di lereng Merapi. Bagaimana tidak, mereka harus merelakan harta bendanya luluh diterjang awan panas. Banyak keluarga yang pulang dari pengungsian disambut rumah yang hampir tak berbentuk, serta hewan ternak yang sudah jadi tulang. Padahal bagi banyak keluarga ini, harta yang paling berharga adalah rumah dan ternak mereka.
Untuk mengenang tragedi tersebut, Pak Riyanto – seorang warga Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman – mendirikan museum sederhana yang dinamakannya Museum Sisa Hartaku. Seperti namanya, sisa-sisa harta benda beliau menjadi memorabilia yang mengisi museum ini.
Di antara bangkai sapi, motor Suzuki yang sudah tinggal rangka, pakaian bekas serta peralatan dapur yang sudah tak bisa dipakai lagi, kita akan sadar bahwa kehilangan hanyalah suatu hal yang pasti di dunia ini. Tanpa bermaksud meremehkan kehilanganmu, apa yang sedang kamu rasakan sekarang mungkin bukan penderitaan paling hebat yang bisa dialami manusia. Walaupun sakit hati, bersyukurlah karena kamu masih dilindungi dari penderitaan yang lebih hebat lagi.
Seperti yang tertulis di dinding museum: “Untuk Anda yang terhindar dari bencana, syukurilah hidupmu.” Makanya, kegalauanmu karena cinta gak boleh membuatmu terpuruk, ya.
ADVERTISEMENTS
2. Kayuh sepedamu menyusuri kawasan pedesaan Ubud. Panorama dan ramahnya warga akan menyadarkan: dalam kesendirian, tak ada yang perlu ditakutkan.
Siapa bilang sendirian itu menyedihkan? Beberapa hal di dunia ini justru lebih baik dilakukan sendirian. Contohnya adalah bersepeda menyusuri kawasan pedesaan di Ubud, Bali. Bersepeda sendirian di tengah hijaunya sawah, segarnya udara, dan keramahan warga akan membawa pikiranmu melanglang lebih bebas.
Ubud punya banyak sekali lintasan sepeda yang layak kamu jajal. Tak hanya jalan tanah, ada juga lintasan yang sudah dipaving dan diaspal. Meski tentu kamu harus hati-hati, apalagi ketika sedang berjalan menyusuri tembuku (aliran kali) di sisi sawah.
Jika lelah, kamu tinggal mencari warung atau restoran terdekat untuk melepaskan dahaga. Ketika sore hari tiba, melipirlah sebentar ke tepi jalan. Keluarkan kameramu dan abadikan senja yang berkilau indah di antara undak-undakan sawah. Saat tiba kembali ke penginapan, kamu akan tersadar: melakukan suatu hal sendirian ternyata bisa begitu mengasyikkan.
ADVERTISEMENTS
3. Jika sendirian masih terasa menakutkan, coba berenang bersama hiu-hiu Karimunjawa. Sungguh, kita sering takut pada hal-hal yang sebenarnya tak menyeramkan.
Berani berenang bersama hiu? Kalau penasaran gimana rasanya berenang bersama ikan predator ini, datang aja ke Karimunjawa. Di kepulauan yang cantik ini, terdapat pusat penangkaran hiu yang terletak di Pulau Tengah dan Pulau Menjangan Besar. Cobalah benamkan dirimu ke dalam kolam-kolam yang berisi hiu, ternyata mereka gak semenakutkan yang kamu kira kok.
Lewat hiu-hiu ini, kamu pun akan memahami bahwa kadang sesuatu yang terlihat menakutkan ternyata gak seseram yang kamu kira. Sama halnya dengan kegalauan yang kamu sandang gara-gara putus cinta. Setelah dijalani, ternyata gak semenakutkan itu, kan?
ADVERTISEMENTS
4. Sambangi Monumen Titik Nol di Pulau Weh, Aceh. Karena hidup selalu bisa diset ulang, kesalahan apapun yang pernah kamu lakukan.
Datanglah ke Monumen Titik Nol Kilometer di Pulau Weh, Aceh. Ini adalah titik paling barat dari Indonesia — jarak negeri kita dengan negeri lain akan diukur dari titik ini. Mengunjungi tempat ini sama dengan mengingatkan diri bahwa segala hal selalu punya titik awal. Dan saat kita terlanjur salah langkah dalam berjalan, hidup selalu bisa diset ulang agar kembali ke titik awal.
Selain Monumen Titik Nol, Pulau Weh juga memiliki sejumlah pantai eksotis yang menarik untuk dijelajahi. Misalnya saja Pantai Iboih. Jangan lupa jelajahi keindahan bawah laut pulau ini dengan snorkeling atau diving. Berenanglah di antara terumbu karang dan berbagai spesies ikan. Jika kamu rindu suasana kota, berkunjunglah ke kota Sabang untuk menyantap makanan khas Aceh seperti sate gurita. Dengan segala keindahannya, inilah tempat yang tepat untuk berdamai dengan masa lalu, meleburkan diri dalam nol yang ada sekaligus tiada.
ADVERTISEMENTS
5. Nikmati musik dangdut yang menghentak dari speaker angkutan kota Medan. Riuhnya bakal bikin kamu lupa sama galaumu ke mantan.
Bahagia berarti bisa menikmati setiap detik yang kita punya. Kalau kamu kepikiran terus sama mantan, kapan move on-nya? Bahagia gak harus dengan segala yang mewah; ia bisa datang dari hal-hal yang sederhana. Contohnya, saat kamu bisa menikmati alunan musik dangdut yang disetel keras-keras di dalam angkot saat kamu menyambangi kota Medan.
Mungkin di dalamnya kamu akan merasa sesak dan panas. Tapi, melihat ekspresi si abang sopir angkot yang menikmati musik dangdut seolah tanpa beban, setidaknya bakal membuat beban di hatimu juga berkurang. Toh, kebahagiaan adalah soal pilihan, bukan?
ADVERTISEMENTS
6. Jika ada waktu beberapa hari, menginaplah di Pulau Bidadari. Ada banyak bidadari dari Jakarta yang bisa kamu curi selendangnya :p
Masih ingat dengan legenda Jaka Tarub yang mencuri selendang seorang bidadari yang sedang mandi di telaga? Oke, legenda ini mungkin gak ada hubungannya sama Pulau Bidadari yang ada di Kepulauan Seribu, Jakarta. Tapi, tempat ini pas kok buat mengobati kegalauan hatimu.
Di pulau ini, siapa tahu kamu bisa menemukan seseorang yang bisa menjadi tambatan hati yang baru, yang bisa kamu ajak makan siang bersama sambil mengenal satu sama lain. Kalaupun tidak, ada banyak hal lain yang bisa kamu lakukan. Misalnya mengunjungi kastil merah peninggalan Belanda di ujung pulau, yang berbentuk melingkar dan atapnya ditumbuhi rumput liar. Air pantainya yang bening dan berwarna teal juga indah dipandang mata, terlepas bisa atau tidaknya kamu menggandeng seorang “bidadari” baru.
7. Belajar dari Bandung Bondowoso & Candi Prambanan. Sebesar apapun usahamu, gadis impian takkan kamu dapatkan jika takdir tak mengiyakan.
Bertandang ke Candi Prambanan, tentu kamu ingat legenda Bandung Bondowoso yang berusaha membangun seribu candi dalam semalam demi mempersunting Roro Jonggrang. Tapi, Roro Jonggrang yang tak berkenan diperistri akhirnya menggagalkan usaha Bandung Bondowoso dengan mendatangkan fajar lebih awal.
Nah, sambil menyusuri Candi Prambanan yang epik di Yogyakarta, kamu bisa memaknai kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Kadang usaha kita dalam mempertahankan hubungan gak selalu berjalan mulus; cinta gak mungkin dipaksakan jika dia bukanlah yang tertakdirkan. Berkaca dari sana, kamu pun paham bahwa galaumu hanyalah sementara; kamu hanya sedang dipersiapkan untuk cinta yang lebih baik. Toh Bandung Bondowoso akhirnya berhasil menjadi raja yang jaya, bukan?
8. Dari Yogya, kejarlah sunrise di Bukit Pananjakan Gunung Bromo. Karena semangat hati kadang bak matahari: tenggelam untuk terbit kembali nanti.
Merasa muram setelah putus cinta memang hal yang wajar. Tapi, kamu gak boleh terus-terusan terpuruk, dong. Secercah cahaya fajar di Bukit Pananjakan, Gunung Bromo, mungkin bisa sedikit mengobati kegalauanmu. Datanglah di saat subuh, secangkir kopi hangat dari warung sederhana di dekat sunrise point akan membantumu menghalau udara dingin.
Menjelang fajar, kamu bisa bergabung dengan pengunjung lainnya untuk melihat matahari menyapa dari balik gunung. Meski sendiri, kamu gak akan merasa sepi, karena kamu ditemani oleh keceriaan orang-orang yang menyambut sunrise di Pananjakan. Dingin dan gelap yang kamu rasakan tadi berganti menjadi kehangatan dari cahaya yang menyergap. Inilah yang juga akan kamu rasakan nanti: semangatmu memang sedang terpuruk kini. Namun bagai matahari, semangatmu akan terbit kembali jika saatnya tiba.
9. Masih di Jawa Timur, sambangilah Kawah Ijen di Banyuwangi. Tampar diri sendiri dengan menyaksikan perjuangan para penambang belerang.
Kawah Ijen memang ajaib. Cuma di tempat ini kamu bisa menyaksikan fenomena api biru yang spektakuler itu. Menjelang pagi, panorama sekeliling kawah juga menakjubkan setelah cahaya matahari menerangi daerah ini; pemandangan yang mampu membuatmu melupakan rasa galaumu sejenak.
Tapi, kamu akan menganggap bahwa kegalauanmu bukanlah hal besar setelah berjumpa dengan para penambang belerang tradisional di Kawah Ijen. Setiap hari, mereka harus berjibaku dengan asap belerang yang beracun dengan perlindungan seadanya di tepi danau kawah yang tingkat keasamannya mampu melarutkan tubuh manusia. Gak hanya itu, mereka juga harus mengangkut belerang yang bobotnya 70-100 kg dengan pikulan sejauh 3 km demi upah seribu rupiah per kilonya.
Ya, tiap hari mereka menghadapi kesulitan yang mengancam jiwa demi mencari nafkah bagi keluarga. Kamu pun akan menganggap kegalauanmu hatimu itu menjadi sesuatu yang gak pantas dibesar-besarkan.
10. Jika Jatim terlalu jauh, ketuk saja pintu Suku Baduy di bagian barat Pulau Jawa. Kamu akan belajar dari mereka: kepemilikan – atas manusia atau benda – bukan segalanya.
Rasa galau kadang membuatmu ingin lari dari hiruk pikuk kehidupan modern. Kalau begitu, datanglah ke desa Kanekes, Banten, tempat tinggal urang Kanekes atau yang lebih dikenal dengan suku Baduy. Mereka hidup secara tradisional dan mengisolasi diri dari pengaruh budaya modern. Di sini, kamu bisa melupakan sejenak dunia maya serta gadget-gadget-mu.
Dari mereka. kamu bisa mempelajari kearifan lokal suku Baduy yang hidup harmonis dengan alam. Bahkan, mereka melarang menggunakan sabun untuk mandi dan mencuci. Hidup sederhana suku Baduy adalah pelajaran bagi kita. Kepemilikan, baik terhadap barang maupun orang, bukanlah segalanya. Tak bisa memiliki bukanlah suatu bencana.
11. Lakukan cliff jump di Blue Lagoon Nusa Ceningan. Karena kadang untuk memulai, kamu perlu sebuah lompatan besar.
Di Nusa Ceningan, Bali, ada sebuah tebing di mana kamu bisa terjun bebas menuju permukaan Blue Lagoon yang terhampar indah di bawahnya. Tentu perlu nyali untuk melakukan cliff jump ini. Saat mencoba melompat untuk pertama kalinya, kamu pasti merasa ragu-ragu. Tapi setelah lompatan yang pertama, kamu gak ragu untuk melakukan lompatan berikutnya.
Sama halnya dengan move on dari kekasih yang lama, mulanya kamu pasti merasa ragu dan gak yakin bisa. Tapi, setelah kamu melewatinya, toh kamu baik-baik aja. Satu lompatan di Nusa Ceningan mengajarkanmu semuanya.
12. Tutup perjalananmu dengan menjamahi Gunung Rinjani. Sukses menaklukkan Bukit Penyesalan, alasanmu galau resmi tak ada lagi.
Puncak Rinjani (3.726 mdpl) yang terletak di Pulau Lombok merupakan puncak gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, setelah Puncak Gunung Kerinci di Sumatera. Makanya, menjamah Puncak Rinjani sama sekali bukanlah perkara mudah.
Jika mau sampai ke puncak Rinjani, kamu harus melewati jalur yang dijuluki tujuh bukit penyesalan. Alternatif lainnya punya nama yang tak kalah suram: jalur penderitaan. Kedua jalur tersebut akan kamu temui lepas dari Pos III, di jalan menuju Plawangan Sembalun — perhentian terakhir sebelum puncak. Belok ke kiri dan kamu akan menemui bukit penyesalan, belok ke kanan dan kamu akan menemui di jalur penderitaan. Nama suram keduanya, konon, disematkan para pendaki karena topografi menantang kedua jalur: terus naik tanpa ampun, setelah berhasil melewati satu bukit masih ada bukit lainnya yang menanti untuk didaki. Tak hanya itu, ketika melewati jalur ini kamu juga harus tahan terhadap banyaknya debu di udara.
Bukit penyesalan atau jalur penderitaan seharusnya bisa menjadi semacam “tanda semesta” bagimu. Sukses melewati mereka menyiratkan, bukan masanya lagi kamu menyesal karena hubungan yang gagal. Sudah tak sepantasnya lagi kamu merasa menderita karena cinta.
Berhenti membuang energimu dengan berkubang dalam kesedihan. Puncak Rinjani sedang menunggu untuk kamu taklukkan.
Berprestasi mendaki hingga ke puncak Rinjani juga akan membuatmu percaya: selama masih bernapas, kamu bisa meraih apapun yang kamu inginkan. Semustahil apapun kelihatannya, sekeras apapun kamu harus berusaha. Soal cinta? Biarkan saja berlalu dulu. Kamu punya banyak ambisi lain yang butuh komitmenmu!
Ya, kamu tak perlu berlarut dalam kegalauan gara-gara cinta yang tak berakhir bahagia. Benahi hatimu dengan berjalan-jalan dan kamu pun akan menemukan bahwa move on bukanlah hal yang luar biasa. Selamat menemukan cinta yang baru!