Bikepacking berasal dari kata bike (sepeda) serta backpacking, yaitu traveling nggembel dengan budget minim. Awalnya, bikepacking memang kegiatan traveling mengeksplorasi alam dan dan budaya dari atas sadel sepeda. Tapi, karena di Indonesia sepeda motor jauh lebih populer daripada sepeda, jadilah istilah bikepacking mengalami perluasan makna menjadi traveling dengan sepeda motor. Gak salah juga, lagian bike itu kan juga bisa berarti sepeda motor.
Gaya bikepacking ini bahkan menginspirasi Ahmad Yunus dan Farid Gaban berkeliling Nusantara dengan dua unit motor berkapasitas 100 cc yang dimodifikasi. Kisah mereka diabadikan lewat buku Meraba Indonesia: Ekspedisi “Gila” Keliling Nusantara serta film dokumenter berjudul Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa.
Nah, lantas apa sih yang bikin bikepacking naik motor itu menjadi salah satu cara traveling yang seru dan asyik?
ADVERTISEMENTS
1. Bikepacking bisa dilakukan siapa aja dan kapan aja, yang penting ada sepeda motor yang bisa kamu gunakan untuk menjelajah
Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Selain terjangkau kalangan menengah ke bawah, sepeda motor juga menjadi solusi cerdas untuk mengatasi moda transportasi umum yang seringkali masih carut-marut.
Traveling ala bikepacking sangat umum dilakukan siapa aja, mulai dari anak muda sampai yang setengah tua. Yang penting, kamu harus punya sepeda motor dan SIM C aja, sih. Kalau gak punya sepeda motor? Masih bisa nebeng teman yang sevisi-misi, kok!
ADVERTISEMENTS
2. Dengan kendaraan sendiri, kamu bisa bebas menentukan kapan mau pergi tanpa perlu terikat dengan jadwal transportasi umum
Traveling ala bikepacking membuatmu gak terikat sama jadwal transportasi umum. Mau berangkat sekarang? Kamu gak perlu menunggu bus atau angkot lewat. Gak perlu terburu-buru karena takut ketinggalan juga. Coba kalau naik kereta, telat beberapa menit aja kamu udah ditinggal. Pengen mantai sampai malam dan menikmati jagung bakar? Silakan, ‘kan gak buru-buru ngejar angkot untuk pulang.
ADVERTISEMENTS
3. Dengan menumpangi sepeda motor, kamu juga bisa lebih fleksibel untuk berhenti sekehendak hati
Naik sepeda motor memang menawarkan kebebasan dan keleluasaan yang gak bisa diberikan oleh moda transportasi lainnya. Coba bayangkan jika di jalan kita menemukan pemandangan kece yang menarik untuk diabadikan, kuliner incaran, atau bahkan jodoh idaman yang mungkin gak bakal ditemui lagi untuk kedua kalinya; dengan sepeda motor, kamu bisa langsung berhenti dan menikmatinya dengan leluasa, ‘kan? Badan pegal atau perut lapar? Gak perlu mikir dua kali, deh, untuk berhenti.
ADVERTISEMENTS
4. Sepeda motormu juga bisa diajak blusukan dengan leluasa melalui jalan-jalan tikus sampai menembus pedalaman, melewati tempat-tempat yang gak bisa dilalui kendaraan beroda empat
Salah satu kelebihan bikepacking adalah sepeda motormu bisa diajak melipir masuk gang-gang dan jalan tikus untuk memotong jalan, bahkan memungkinkan untuk menembus jalur off-road di pedalaman saat kamu hendak mengunjungi tempat-tempat seperti air terjun atau pantai yang masih tersembunyi, misalnya. Yah, asal motormu kuat aja, sih.
Dengan kemampuan blusukan, pengalaman yang kamu dapat selama bikepacking bakal semakin berwarna. Melewati jalan kecil di pedalaman, siapa yang tahu bakal ada apa di balik tikungan sana. Baik itu hal yang menyenangkan dan menyebalkan, semua adalah bumbu pelengkap yang bikin petualanganmu terasa nikmat. Tapi, tetap taati peraturan, ya!
ADVERTISEMENTS
5. Kamu gak perlu gabung klub atau geng motor biar bisa touring; bikepacking justru membuatmu tetap low profile dan bisa lebih dekat dengan warga setempat
Berpapasan dengan klub motor yang sedang touring dalam kawanan besar kadang memang bikin dongkol. Tapi, jangan membayangkan bikepacking sama dengan itu, lho. Berbeda sama touring ala klub motor yang sepeda motornya harus merk tertentu dan seringkali jalannya rame-rame sehingga bikin penuh jalanan, dengan bikepacking kamu malah bisa berbaur dengan kendaraan di sekelilingmu.
Dengan bikepacking sendirian atau kelompok kecil—dua sampai tiga motor,misalnya—kamu pun bisa menepi untuk istirahat, menanyakan arah, atau diskusi dengan temanmu tanpa harus kelihatan mencolok; paling cuma plat nomornya aja yang kelihatan dari luar kota, ‘kan.
ADVERTISEMENTS
6. Bila traveling sendirian maupun dalam kelompok kecil, bikepacking umumnya mampu menekan biaya bahan bakar secara signifikan
Kalau hanya traveling sendiri atau dalam kelompok kecil yang kebetulan gak punya mobil, hitung-hitungan biaya bila naik motor sendiri biasanya jauh lebih irit daripada mesti naik transportasi umum atau sewa mobil plus membayar bahan bakarnya. Misalnya saja, perjalanan saya bolak-balik Jogja–Dieng untuk mendaki Gunung Prau cuma menghabiskan biaya BBM sekitar Rp40.000. Itupun masih dibagi dua sama boncengan saya. Jelas lebih irit daripada naik kendaraan umum yang kalau ditotal bisa mencapai 40-50 ribu untuk one-way per orangnya.
7. Kalau sepeda motormu bermasalah di tengah jalan, penanganan maupun biaya perbaikannya jelas lebih mudah dan murah dibanding kendaraan lain
Rantai tiba-tiba putus, pecah ban, atau tahu-tahu mesin motormu mogok? Tenang, bengkel motor atau tambal ban biasanya gak susah ditemui. Biaya perbaikannya pun biasanya murah, masih aman di-cover sama dana cadangan selama traveling. Bahkan, kalau kamu mengerti seluk beluk mesin motormu, kamu masih bisa memperbaikinya sendiri, seperti ganti busi atau ban selama kamu mempunyai peralatan yang memadai.
8. Saat bikepacking, capek naik motor itu pasti. Tapi, kamu berkesempatan untuk gantian nyetir sama partner boncenganmu
Karena motor udah menjadi salah satu moda transportasi yang gak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, kayaknya hampir semua orang kini bisa naik motor dan punya SIM. Traveling naik motor memang bikin kamu gak bisa duduk manis dan bobok-bobok cantik kayak di moda transportasi lainnya. Tapi, kalau capek nyetirin, setidaknya kamu bisa gantian sama teman yang bonceng kamu di belakang.
Beda halnya kalau kamu nyetir mobil, belum tentu teman-teman seperjalananmu bisa diajak gantian. Di situ kadang saya merasa sedih. Hiks.
9. Saat menumpangi sepeda motor, sensasi petualangannya lebih terasa. Termasuk ketika tiba-tiba tubuhmu basah kehujanan atau ada debu yang nyasar ke mata
Saat bikepacking, sensasi petualangannya memang lebih terasa. Kamu bisa menikmati segarnya semilir angin sepoi-sepoi yang bertiup di pipimu saat kamu melibas daerah pegunungan maupun aroma asin ketika kamu mendekati kawasan pantai. Bahkan, pengalaman ketika tiba-tiba hujan mengguyur atau ada debu yang nyasar ke mata pun menjadi bumbu tersendiri dalam perjalananmu.
10. Yang paling asyik, tentu perasaan saat dipeluk pacar dari belakang ketika kalian bikepacking bareng
Waini nih salah satu serunya bikepacking bareng pacar. Selalu ada yang siap sedia memeluk kita dari bangku penumpang sepanjang perjalanan. Bikin gak ngantuk deh, pokoknya. Kalau naik mobil, boro-boro, deh. Paling mentok cuma pengangan tangan, atau malah ditinggal tidur. Hehehe.
Tapi, jangan sampai kejadian kayak gini juga, ya:
“Sayang, kok gak meluk aku sih?”
“Bro, ini gue Bambang, Bro. Bukan Mona. Kan kalian udah putus minggu lalu.”
Bikepacking maupun cara-cara traveling lainnya tentu ada sisi enak dan gak enaknya masing-masing. Tapi, biar perjalanan kita menyenangkan, buat apa mikir gak enaknya?
Oh iya, kalau kamu punya sisi enak lain dari bikepacking yang belum sempat disebutkan di sini, jangan ragu buat nambahin di komentar, ya!