Niatnya sih jujur, tapi jadinya malah frontal dan menyakiti orang lain dengan tidak sengaja. Kata-kata yang kamu anggap biasa diartikan sebaliknya oleh orang lain karena cara setiap orang menangkap memang beda. Kamu mungkin nggak tahu, kadang teman-temanmu sampai menghela nafas panjang dan berkata “Ya ampun begitu amat, udah dong!”. Temen yang geregetan sekaligus sebel sama kamu bisa jadi dampak terbesar dalam pertemanan kalau kamu terlalu ceplas-ceplos.
Bagaimanapun kamu harus sadar bahwa ini tak baik bila diteruskan. Kamu sudah dewasa dan harus mulai bisa memilah mana yang harus kamu ungkapkan dengan gamblang dan mana yang sebaiknya tetap kamu simpan dalam diam. Karena tak semua hal harus diungkapkan dengan sejujur-jujurnya.
Kita bangsa Timur menjunjung tinggi harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Membesarkan hati orang lain demi terciptanya kerukunan juga akan menguntungkan untukmu kok. Awalnya mungkin sulit, tapi kamu bisa kok mencoba mengurangi kefrontalanmu dengan cara-cara ini.
ADVERTISEMENTS
1. Buat kesepakatan dengan dirimu sendiri, harus ada 3 orang yang berbicara dulu sebelum kamu mulai
Sebelum kamu memulai berbicara, cobalah tahan dirimu hingga orang lain berbicara terlebih dahulu. Ini akan jadi tahapan tersulit karena orang yang ceplas-ceplos biasanya cenderung sulit mengontrol diri terutama saat ada yang tidak ia setujui. Tapi kamu harus mencoba mendisiplinkan dirimu sendiri, anggap saja ini seperti sedang antre.
ADVERTISEMENTS
2. Mulai sekarang berhenti memotong pembicaraaan lawan bicara, biarkan mereka menyelesaikannya
Jangan pernah lagi menyela saat orang lain berbicara, kamu harus mendengarkan mereka dengan setia hingga pada titik terakhir. Tetaplah pura-pura mendengarkan walaupun hatimu berontak kuat. Cobalah posisikan dirimu di posisi mereka yang sedang berbicara, kamu juga pasti akan sama sebalnya ketika tiba-tiba ada orang yang menyela.
ADVERTISEMENTS
3. Daripada hanya sekenanya menimpali, coba observasi bahasa tubuh lawan bicaramu agar lebih bisa memahami
Untuk mengalihkan emosimu yang ingin terus menimpali, cobalah mencari “pekerjaan” baru yaitu memfokuskan diri pada bahasa tubuh lawan bicaramu. Pelajari gerak-gerik mereka dan cobalah tafsirkan arti dari bahasa tubuh itu. Bisakah kamu memahami mereka hanya dengan melihat gerak tubuhnya saja? Kamu akan menemukan hal yang tak pernah kamu sadari sebelumnya.
ADVERTISEMENTS
4. Ajukan pertanyaan yang berfokus pada lawan bicara, jadi kamu cukup mendengarkan jawabannya
Bertanyalah pada mereka dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang. Setelah itu tugasmu hanya mendengarkan saja dulu. Jika jawaban mereka singkat, pastikan kamu sudah punya pertanyaan lagi. Tapi jangan bertanya dengan nada mengintimidasi, bertanyalah seolah kamu memang benar-benar ingin tahu walaupun pada kenyataannya tidak.
ADVERTISEMENTS
5. Perlahan-lahan coba pelankan suaramu, agar kalimat ceplas-ceplosmu tak terlalu mengganggu
“A: Dasar kudet, gitu aja nggak tahu!
B: Kenapa A?
A: Hah? Nggak papa, gue juga lupa ngomong apaan barusan”
Ungkapkan kalimat frontalmu dengan cara berbisik hingga tak ada orang yang mendengarnya dengan jelas. Jika mereka bertanya kamu barusan mengatakan apa, ngeles aja! Kamu lega, mereka pun nggak paham apa yang terjadi.
ADVERTISEMENTS
6. Jika kamu merasa kesal, ekspresikan saja dengan wajahmu tanpa kata-kata yang membuat orang sebal
Ganti kata-katamu dengan sebuah ekspresi, ini akan jauh lebih lembut dibandingkan kamu mengungkapkan kata-kata pedas. Orang-orang akan melihat ekspresimu sebagai sesuatu yang lebih lumrah dibandingkan kata-kata pedas yang biasa kamu lontarkan. Kemungkinan besar ekspresimu juga tidak akan menyakiti orang lain walupun cukup tersirat arti dari ekspresimu itu.
7. Sebelum asal berbicara, tarik nafas dalam-dalam dan berhitunglah cukup sampai 100 saja
Ini terlihat konyol, but it works! Kamu bisa mencobanya sekarang juga. Tarik nafas panjang dan berhitung sampai 100 sudah terbukti bisa meredakan amarah yang kemudian dampaknya bisa tetap menjaga hubungan yang baik antara kamu dengan siapapun. Jadi saat kamu ingin mengungkapkan sesuatu pikirkanlah kembali dampak positif dan negatifnya sembari berhitung dari 1 sampai 100.
8. Luapkan ceplas-ceplosmu dalam tulisan, agar hati orang lain tetap terjaga dan terkesan
Pada dasarnya kamu memang punya banyak pemikiran spontan yang harus diluapkan. Mengontrol ceplas-ceplosmu itu mungkin akan terasa jadi beban bagimu karena kamu harus memendamnya. Siasati hal ini dengan menumpahkannya lewat tulisan. Ketika menulis, uneg-unegmu tetap akan tersampaikan.
Kata-kata tertulis juga bisa diedit. Jadi jika kamu sudah selesai dan merasa ada yang salah, kamu masih bisa memperbaikinya. Berbeda dengan kata-kata yang diucapkan lisan, begitu kamu mengucapkan hal yang salah dan sudah terlanjur didengar orang, menariknya kembali tentu tidak mudah.
9. Cobalah berteman dengan mereka yang introvert atau pendiam, keinginanmu mendominasi pembicaraan lama-lama pasti redam
Introvert bukan penyakit menular, tapi berteman dengan orang introvert akan membuatmu tidak terlalu banyak bicara karena lawan bicaramu memang tidak suka bicara. Kamu hanya bisa bicara hal-hal yang penting saja dengan mereka. Kamu juga tidak mungkin seenaknya ceplas-ceplos karena kamu bahkan tidak akan punya kesempatan untuk memulainya.
Menjadi diri sendiri memang harus, tapi ketika kepribadianmu itu menyakiti orang lain tidak ada salahnya jika kamu berubah. Mengubah diri demi kebaikan bukanlah suatu masalah. Pepatah yang mengatakan bahwa diam itu emas bukan hoax. Memang ada waktu-waktu tertentu dimana kamu lebih baik diam.
Banyak orang yang pandai berbicara, tapi sedikit di antara mereka yang bijak berbicara. Jadilah salah satunya.