Manusia memang telah hidup dalam zaman kepastian waktu. Manusia tahu kalau dalam satu hari terdapat 24 jam, dalam satu jam terdapat 60 menit, dalam satu menit terdapat 60 detik. Itu pasti. Namun ihwal waktu, ada beberapa hal yang sering tak dipahami manusia. Terutama misteri tentang kenapa waktu perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada waktu berangkat.
Belum lama ini, dalam sebuah jurnal yang dipublikasi oleh PLOS ONE, para peneliti menemukan alasan kenapa fenomena tersebut terjadi. Berikut hasil rangkuman Hipwee Tips yang dikutip dari Washington Post.
ADVERTISEMENTS
Para peneliti menyimpulkan fenomena tersebut sebagai akibat dari persepsi otak. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘Return Trip Effect’
Ada keanehan yang terasa ketika kita sedang bepergian. Perjalanan pulang rasanya bisa dengan mudah kita simpulkan sebagai perjalanan singkat ketimbang perjalanan saat berangkat. Padahal pada faktanya, jarak tempuhnya sama.
Namun para peneliti menemukan fakta bahwa fenomena tersebut hanyalah buah dari persepsi yang muncul di otak kita. Mereka telah melakukan beberapa eksperimen dan sepakat untuk menyebut peristiwa tersebut dengan ‘Return Trip Effect’.
ADVERTISEMENTS
Para peneliti pun melakukan eksperimen kepada dua kelompok. Waktu jarak tempuh disamakan
Para peneliti asal Jepang telah mencoba eksperimen pada dua kelompok orang yang tak dikenalinya. Kemudian melakukan perjalanan pergi dan pulang ke tempat dari satu titik ke titik berbeda, lalu kembali ke titik awal. Tak lupa, para peneliti menggunakan perhitungan bagaimana waktu bisa habis ketika eksperimen terjadi.
Lalu apa yang terjadi?
Waktu yang dihitung tentang waktu tempuh tak ada perbedaan signifikan. Namun apa yang dirasakan para dua kelompok tersebut nyatanya sama persis dengan hipotesis para peneliti. Ketika ditanya, mereka mengaku lebih mengingat jika perjalanan pulang terasa lebih singkat ketimbang perjalanan pergi.
ADVERTISEMENTS
Lalu, bagaimana penjelasan ilmiah yang menyebabkan perjalanan saat berangkat terasa lebih lama?
Kita memang hidup pada zaman kepastian waktu. Akan tetapi, para peneliti menyebut, setiap manusia memiliki pengertian yang berbeda-beda lewat pandangan subyektifnya. Pengertian tentang waktu bisa dengan mudah menjadi bias oleh hal-hal lain yang terjadi di sekitar, seperti mood atau kegiatan yang sedang kita lakukan pada saat tersebut.
Ditarik dari pernyataan tersebut, para peneliti menemukan fakta yang sama tentang fenomena ‘Return Trip Effect’ lewat sejumlah eksperimen. Mereka menjelaskan bahwa ketika seseorang berada dalam perjalanan pergi, otak seseorang bisa lebih fokus pada setiap rute dan obyek asing yang kita temui sepanjang perjalanan.
Pada momen tersebut, seseorang dapat tertarik pada obyek-obyek baru dan membagi fokusnya pada hal tersebut. Kemudian, proses yang terjadi dalam otak menciptakan persepsi, sehingga perjalanan pun lebih terasa lebih lama.
ADVERTISEMENTS
Dan ternyata, inilah penjelasan tentang ‘misteri’ perjalanan pulang
Berbeda dengan perjalanan pulang, seseorang takkan mengalami banyak intervensi dalam otaknya sebab sudah pernah melewati rute tersebut. Ia kemudian tak merasa asing lagi dengan keadaan tersebut. Otaknya sudah lebih familiar dengan setiap obyek yang ditemui, sehingga tak ada banyak usaha dan kerja keras dari otak untuk fokus. Lalu, persepsi otak terhadap waktu pun bakal terasa lebih cepat.
Di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa fenomena ‘Return Trip Effect’ terjadi karena tingginya harapan waktu kita dalam perjalanan berangkat. Konkretnya, ketika kita dalam perjalanan berangkat, kita sering sekali mengecek jam tangan karena ketakutan akan terlambat tiba di sebuah tempat. Lahirlah beban waktu. Akan berbeda jauh dengan proses kepulangan. Kita tak merasa terbebani dan lebih santai dalam perjalanan pulang.
Begitulah penjelasan mengenai fenomena perjalanan pulang yang terasa lebih cepat ketimbang perjalanan berangkat. Bukan berarti waktu yang kamu tempuh lebih cepat, hanya saja persepsi otakmu yang mengatakan seperti itu.
So, apakah artikel ini sudah menjawab pertanyaanmu selama ini?