Bagi seorang ibu (atau calon ibu) penting banget rasanya untuk tahu bagaimana cara untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat dan berjalan dengan baik. Selain penting untuk pertumbuhan janin yang sehat, kehamilan yang baik juga akan sangat memengaruhi memperlancar proses persalinanmu kelak.
Nah, salah satu komplikasi yang patut diwaspadai pada masa kehamilan adalah preeklampsia dan eklampsia. Kedua komplikasi ini adalah salah satu momok yang paling sering jadi masalah bagi para ibu hamil, apalagi bagi yang pernah punya riwayat hipertensi atau sedang hamil di usia rawan. Bahkan disebutkan bahwa kejadian ini merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil, sampai di setiap 12 menit, satu orang ibu meninggal karenanya. Agar wawasanmu bisa lebih terbuka, yuk simak sampai habis ulasannya kali ini!
ADVERTISEMENTS
1. Sebagai calon ibu atau perempuan yang suatu hari nanti akan menikah dan berencana punya anak, penting banget untuk tahu bahaya preeklampsia dan eklampsia
Bagi kamu para calon ibu atau ibu yang sedang hamil, komplikasi preeklampsia dan eklampsia adalah kondisi yang patut diwaspadai karena bisa menyerang tanpa menunjukkan gejala yang terlalu kentara.
Dilansir dari alodokter.com, preeklampsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria).  Preeklampsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Sedangkan eklampsia adalah kondisi serius akibat preeklampsia pada ibu hamil, yang ditandai adanya kejang. Dengan kata lain, preeklampsia yang disertai kejang disebut eklampsia.
Hipertensi adalah salah satu gejala paling signifikan yang muncul pada penderita preeklampsia dan eklampsia, makanya jangan heran kalau di setiap kunjungan rutin untuk kontrol ke dokter, tekanan darahmu akan selalu dicek dan dipantau oleh perawat yang bertugas.
ADVERTISEMENTS
2. Nggak cuma hipertensi, protein berlebih dalam urin ternyata juga menjadi indikasi seseorang menderita gejala preeklampsia dan eklampsia lho!
Penting untuk diketahui bahwa gejala preeklampsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu ke-20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu), sampai tak lama setelah bayi lahir. Nah, apabila gejala-gejala preeklampsia tersebut diabaikan bahkan nggak ditangani dengan baik, komplikasi tersebut bisa menjadi eklampsia, kondisi medis yang lebih serius yang dapat mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya. Duh, serem ya.
Dilansir dari alodokter.com, penderita preeklampsia patut waspada saat mengalami gejala-gejala berikut ini:
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi hingga mencapai 140/90 mm Hg atau lebih
- Sesak napas akibat cairan di paru-paru
- Sakit kepala parah
- Berkurangnya volume urine
- Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhadap cahaya
- Mual dan muntah parah
- Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan)
- Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria)
- Gangguan fungsi hati
- Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah, dan tangan
- Menurunnya jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)
Ingat, kalau sudah mengalami 1 atau lebih gejala ini, jangan ragu untuk segera dikonsultasikan ke dokter ya agar dapat segera tertangani sebelum terlambat! Lebih baik berjaga-jaga deh, daripada menggampangkan hal-hal seperti ini karena kalau udah terlambat, bisa memicu komplikasi yang serius yaitu eklampsia, komplikasi kehamilan dapat memicu risiko munculnya kejang (eklampsia) adalah pada saat menjelang masa persalinan.
Kejang eklampsia dapat dibagi menjadi 2 fase. Fase pertama adalah kejang selama sekitar 15-20 detik yang ditandai dengan kedutan di sekitar wajah. Setelah itu, kejang eklampsia akan masuk fase kedua yang ditandai dengan kejang otot di sekitar rahang, otot mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama sekitar 60 detik.
ADVERTISEMENTS
3. Para calon ibu maupun ibu hamil wajib tahu dan waspada dengan faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit preeklampsia dan eklampsia
Meski penyebab pasti preeklampsia belum diketahui, namun beberapa ahli percaya bahwa preeklampsia diawali dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam kandungan.
Tanpa penanganan yang baik, preeklampsia yang berlanjut ke eklampsia dapat menimbulkan kompikasi serius, termasuk kematian ibu dan janin. Makanya penting nih untuk dapat mendeteksi sejak dini gejala preeklampsia agar dapat segera ditangani dan diberikan perawatan yang tepat oleh dokter.
Berikut ini beberapa faktor pemicu preeklampsia yang patut diwaspadai para ibu hamil:
- Kehamilan pertama bagi sang ibu
- Pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
- Kekurangan nutrisi
- Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal
- Mengandung lebih dari satu janin (bayi kembar)
- Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang berbeda dengan kehamilan sebelumnya
- Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
- Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas usia 40 tahun
- Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih
- Memiliki keluarga dengan riwayat preeklampsia
Preeklampsia yang disepelekan dan nggak mendapat penanganan yang baik akan berisiko memicu eklampsia yang mengancam keselamatan ibu dan sang buah hati. Selain mengancam nyawa, preeklampsia dan eklampsia juga dapat berdampak buruk pada kesehatan sang anak kelak. Tak cuma berisiko cacat dan gagal tumbuh, anak juga berisiko lebih besar untuk terserang penyakit jantung koroner, diabetes dan hipertensi. Waduh!
ADVERTISEMENTS
4. Meskipun preeklampsia dan eklampsia nggak bisa 100% dihindari karena kondisi kehamilan masing-masing individu berbeda, tapi kamu tetap bisa terapkan cara pencegahan ini
Setelah mendapat diagnosis pasti dari hasil pemeriksaan USG, tes darah, tes urine dan nonstress test (NST), maka dokter dapat memutuskan apakah kamu positif preekelampsia atau nggak. Jika dokter mencurigai kamu rentan preeklampsia, biasanya dokter akan meresepkan aspirin dosis rendah dan asupan kalsium untuk mencegah terjadinya preeklampsia. Selain itu pola makan dan istirahat pun wajib ekstra diperhatikan. Ingat! Jangan pernah sekali-kali minum obat atau vitamin apapun tanpa berkonsultasi pada dokter dulu sebelumnya ya, semua demi kebaikan ibu dan calon bayi kok.
ADVERTISEMENTS
5. Nggak perlu panik dan gelisah dulu, kedua komplikasi ini masih bisa diobati kok. Yang penting jangan sampai terlambat penanganannya
Jika ternyata dokter menyatakan kamu positif preeklampsia, dokter akan melakukan perawatan khusus agar mencegah terjadinya efek yang nggak diinginkan. Pada dasarnya sih preeklampsia hanya bisa disembuhkan dengan proses kelahiran sang bayi itu sendiri. Namun selama kehamilan, dokter akan memantau lebih ketat kehamilanmu, lebih sering melakukan pemeriksaan darah dan USG.
Jika kamu menderita preeklampsia parah atau eklampsia, dokter bisa jadi akan menyarankamu untuk dirawat inap di rumah sakit atau klinik demi mendapat penanganan yang lebih intensif. Obat yang biasa diberikan pada penderita preeklampsia parah antara lain adalah obat antihipertensi, kortikosteroid dan antikejang. Komplikasi yang bisa mengikuti ibu penderita preeklamsia adalah HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), eklampsia, penyakit kardiovaskular, kegagalan organ, gangguan pembekuan darah, solusio plasenta, dan stroke hemoragik.Â
Soal nanti lahirnya melalui persalinan normal atau caesar, hanya dokter saja yang bisa memberikan saran karena kondisi ibu dan kandungan sangatlah bervariasi. Yang pasti sih percayakan saja prosesnya pada dokter kandunganmu agar kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik. Harap dicatat, artikel ini bukan dibuat untuk menjadi acuan kesehatan melainkan untuk menambah wawasanmu saja. Jadi kalau kamu merasa ada masalah pada kehamilanmu, jangan tunda-tunda lagi untuk segera konsultasikan ke dokter ya!