Seperti yang diketahui bersama, Miss-V merupakan area yang sangat sensitif. Menjaganya memang tidak bisa dibilang mudah. Area tersebut tidak boleh terlalu kering, namun bisa jadi bumerang saat terlalu lembap terlebih jika tidak dirawat dengan baik. Hal ini ternyata menjadi pemicu munculnya rasa gatal akibat adanya infeksi jamur atau bakteri yang dengan mudah bisa tumbuh subur di area Miss-V.
Pada dasarnya, rasa gatal pada Miss-V merupakan sesuatu wajar. Namun, patut dicurigai jika dialami dalam jangka waktu yang lama, terasa panas dan sakit jika buang air kecil, hingga mengeluarkan keputihan dengan warna berbeda disertai bau yang menyengat. Untuk itu, baiknya kamu tahu apa saja penyebab gatalnya Miss-V, agar diberikan penanganan tepat, serta tidak berdampak pada penyakit yang lebih serius.
ADVERTISEMENTS
1. Alergi dan iritasi kulit akibat bahan-bahan kimia yang bersinggungan dengan Miss-V
Hati-hati dalam memilih produk yang nantinya akan bersinggungan dengan Miss-V seperti;Â deterjen atau pelembut kain, sabun mandi, tisu dengan pengharum, pembalut, kondom sampai pada sabun pembersih Miss-V yang banyak dijual di pasaran. Beberapa produk berbahan kimia tersebut dapat memicu timbulnya alergi dan iritasi kulit. Jika memang karena alasan ini, ganti dengan merek lain yang cocok pada kulit sehingga masalah gatalmu akan cepat teratasi.
ADVERTISEMENTS
2. Infeksi jamur atau Vaginal Candidiasis (VC), berkembangnya ragi vagina di luar batas normal
Infeksi jamur terjadi saat ragi vagina, candida, berkembang pesat di luar batas normal dalam vagina dan juga vulva (bagian organ seksual eksternal wanita yang mengelilingi lubang kencing). Infeksi ini lebih berisiko terjadi saat wanita sedang hamil, menggunakan antibiotik, aktif berhubungan seksual, dan ketika sistem kekebalan tubuhnya sedang melemah. Selain gatal, jamur akan menyebabkan vagina mengeluarkan cairan putih dan kental.
ADVERTISEMENTS
3. Bacterial Vaginosis (BV), tidak seimbangnya bakteri baik dan bakteri jahat pada Miss-V
BV disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat, juga perubahan pH dalam vagina. Meski secara umum gejalanya mirip seperti gatal karena jamur, BV memiliki ciri-ciri spesifik lainnya seperti; keputihan dengan tekstur yang lebih cair, berwarna putih susu keabuan atau kuning, dan berbau amis menyengat, serta diiringi rasa perih.
Jika sudah begini, periksakan pada dokter dan jelaskan secara rinci mengenai apa saja yang dirasakan. Biasanya dokter akan meresepkan antibiotik dalam bentuk pil, krim, atau kapsul (disebut ovula) yang dimasukkan ke dalam vagina.
ADVERTISEMENTS
4. Penyakit menular seksual (PMS) akibat dari praktik seks yang tidak aman
Penyakit menular seksual seperti klamidia, herpes genital, trikomoniasis, dan gonore dapat memicu vagina terasa gatal. Bahkan, sensasi ini dapat disertai rasa nyeri dan terbakar, sakit saat buang air kecil dan juga berhubungan seks, serta keputihan yang berbau busuk. Biasanya, dengan beberapa gejala tersebut, dokter akan melakukan rangkaian tes dan uji laboratorium.  Jika terbukti positif, dokter akan meresepkan antibiotik, baik dalam bentuk oral atau suntik, atau obat-obatan antivirus untuk kasus herpes.
ADVERTISEMENTS
5. Perubahan hormon akibat menopause, menyusui atau dampak penggunaan pil KB
Turunnya produksi esterogen dapat dialami oleh mereka yang ada dalam masa menopause, menyusui atau dampak dari penggunaan pil KB. Hal ini akan membuat vagina menjadi kering dan mengakibatkan rasa gatal. Pada kasus vagina gatal akibat perubahan hormon, dokter biasanya akan meresepkan krim hormon topikal yang dapat dioleskan langsung di area yang bermasalah. Namun, kamu bisa juga meminta untuk beralih ke versi pil jika gatal tidak kunjung menghilang.
Jika tidak mengalami beberapa gejala tersebut, gatal pada Miss-V pasti akan hilang dengan sendirinya. Namun, perhatikan baik-baik. Jika sudah sampai pada kadar menganggu karena sensasi gatalnya yang tak tertahankan bahkan menimbulkan rasa nyeri, jangan sungkan untuk pergi ke dokter ya!