Cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di momen lebaran | Illustration by Hipwee
Apa yang dinantikan setiap tahun, tapi juga bikin deg-degan?
Ya, betul, Hari Raya Idulfitri. Cuma terjadi sekali dalam setahun, lebaran menjadi momentum hangat untuk bertemu kerabat dan keluarga. Di hari kemenangan ini, kita diberi kesempatan untuk memaafkan dan meminta maaf. Namun, selain kebahagiaan, momen lebaran juga nggak ubahnya uji nyali, lo.
Bagaimana tidak? Pertanyaan yang sifatnya basa basi jadi agak menakutkan, bahkan tak jarang bikin mental berantakan. Makanya, muncul guyonan serius nih; menyiapkan mental baja adalah salah satu persiapan menyambut lebaran. Selain itu, dibutuhkan strategi khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut biar jiwa dan pikiran tetap tenang. Nggak terpancing emosi, Sohip~
Biasanya, apa aja sih pertanyaan yang muncul saat lebaran selain pertanyaan ‘kapan’?
Bagaimana cara menjawabnya dengan taktis, cerdas, dan elegan?
Nih, Hipwee sudah mengumpulkan bergaam pertanyaan, plus cara menjawabnya. Simak, yuk, SoHip!
ADVERTISEMENTS
1. Macam-macam pertanyaan “kapan” yang kadang bikin suasana hati memburuk
Pertanyaan “kapan” identik dengan Hari Raya Idulfitri. Saat kumpul keluarga, pertanyaan “kapan” bisa datang dari siapa saja, mulai dari om, tante, sepupu, atau bahkan tetangga. Paling lumrah sih, pertanyaan “Kapan nikah?” menjadi bahasan yang populer. Meski baru lulus sekolah, kamu nggak akan luput dari pertanyaan ini.
Selain pertanyaan “Kapan nikah?”, masih ada pertanyaan “kapan” yang kerap ditanyakan saat momen lebaran. Apa saja?
Kapan punya anak?
Kapan punya pacar? Jomlo terus
Kapan lamaran?
Kapan kerja? Tante lihat, kamu di rumah terus
Kapan punya mobil?
Kapan punya rumah sendiri?
Kapan lulus? Kok masih kuliah padahal udah 4 tahun
Setelah pertanyaan “kapan”, biasanya muncul pertanyaan-pertanyaan lain yang nggak kalah menantang untuk ketenangan jiwa, seperti di bawah ini contohnya.
2. Masih ada pertanyaan seputar fisik yang siap mengacaukan harimu di momen lebaran
Kesempatan untuk bertukar kabar dengan keluarga yang lama tak berjumpa justru kadang berakhir dengan pertanyaan disertai penghakiman. Memang sih, niatnya untuk bertanya kabar atau kondisi, tapi cara penyampaiannya malah bikin sakit hati.
Ini beberapa contoh pertanyaan tentang fisik yang muncul saat lebaran:
Siapa yang nggak risih dengan pertanyaan seperti itu? Siapa pun yang mendengarnya, apalagi di hari lebaran, pasti merasa canggung dan diam-diam kesal, kan? Hari lebaran yang seharusnya penuh kegembiraan malah dipenuhi perilaku, sikap, dan ucapan yang buruk. Makanya, ada pola pikir dan pola perilaku yang patut diubah supaya pertanyaan-pertanyaan menjengkelkan di hari lebaran nggak ada lagi.
ADVERTISEMENTS
3. Pertanyaan tentang finansial/kerjaan, tapi dengan kalimat penghakiman. Duh, kesal!
Selanjutnya, pertanyaan yang sering diterima oleh siapa pun yang sudah bekerja. Siap-siap deh, pertanyaan-pertanyaan ini bisa jadi akan muncul di hari lebaran.
Gajimu berapa? Om lihat kamu belum punya apa-apa
Anak tante kerja di perusahaan besar di Jakarta. Kalau kamu kerja di mana?
Wah, duitmu udah banyak sepertinya sampai jarang pulang. Betah di sana?
Gimana kerjaanmu? Udah bisa beli apa saja?
Terlepas dari niat baik yang ada di baliknya, pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dengan nada sindirian atau berkesan pamer tersebut tentu membuat kita nggak nyaman mendengarnya. Pertanyaan itu biasanya datang dari orang yang ternyata nggak kita kenal cukup dekat.
Pertanyaan yang muncul saat lebaran | Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
4. Siasat menjawab pertanyaan-pertanyaan menjengkelkan di hari Raya Idul Fitri. Catat, ya~
Nah, kalau nggak cukup lihai menjawabnya, pertanyaan itu bisa memancing emosi. Daripada energi kita habis untuk menanggapi pertanyaan menyakitkan, ada baiknya gunakan energi untuk menyikapinya dengan tepat. Alhasil, kita tetap merasa tenang dan nggak mudah terpengaruh dengan pendapat orang yang justru sifatnya destruktif.
Cobalah mulai menerapkan cara menjawab ini:
Biar orang lain juga ikut berpikir, mintalah mereka berkontribusi dalam hidupmu juga
Misalnya ada pertanyaan “kapan nikah?” atau “kapan punya pacar?”, coba jawab dengan kalimat ini, “Tolong carikan calonnya dong, om dan tante.”
Alternatif lainnya, minta mereka berkontribusi dalam pembiayaan pernikahan. Ketika menyinggung soal anak, coba minta mereka untuk ikut merawat atau membesarkan anak. Jadi, bukan kamu saja yang dituntut untuk segera ini dan itu. Namun, mereka sadar untuk berani mengambil peran dalam hidupmu, bukan sekadar mendesak banyak hal.
Jawab dengan jawaban yang agak nggak masuk akal
Kalau bingung harus menjawab apa, gunakan jawaban nggak masuk akal. Contohnya, ketika ditanya soal pernikahan, bilang saja, “Rencana menikah tanggal 30 Februari, Tante. Hehe.” Gunakan juga kalimat ini saat ditanya soal hubungan, “Rencananya sih, aku menunggu dilamar oppa-oppa Korea dulu.” Walaupun nggak masuk akal, tapi trik ini cukup menyelamatkanmu dari obrolan basai-basi yang panjang.
Sesekali ajak mereka bermain dengan jawaban yang penuh teka-teki
Ngomongin gaji atau perusahaan, kamu bisa menggunakan jawaban teka-teki. Jelaskan rumus matematika untuk menghitung gaji, salah satu contohnya. Daripada menjawab langsung, buat si penanya berpikir dulu.
Jika ditanya tentang perusahaan tempat bekerja, kamu bisa menjawab:
Lokasinya ada di dekat bangunan sekolah, di pinggir jalan, dan ada satpam.
Stay private aja, SoHip, daripada rumit menjelaskannya, tapi tetap berujung penghakiman juga.
Jawab dengan gurauan atau senyuman
Sedikit bercanda juga nggak ada salahnya, lo. Ketika ditanya soal pencapaian misalnya, jawab saja dengan kalimat ini, “Oh, saya sudah bisa beli miniatur pesawat sih, om dan tante.” Jangan lupa akhiri jawaban dengan senyuman manis, ya.
Kalau mentok nggak mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, coba tersenyum saja. Cara ini lumayan ampuh untuk menghentikan perbincangan. Jika melihat responsmu, semoga mereka nggak akan antusias lagi.
Itu dia pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di hari lebaran. Semoga bisa jadi pegangan untuk menghadapi pertanyaan menyebalkan, ya.